Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Kumamoto di Jepang, 49 Orang Tewas, 40.000 Personel Bantu Evakuasi

Kompas.com - 07/07/2020, 14:03 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

"Sejujurnya, awalnya saya sangat takut ketika melihat permukaan air naik begitu cepat di sungai."

Baca juga: Hujan Lebat di Jepang, 1,2 Juta Orang Diminta Evakuasi Mandiri

Lantai dasar tenggelam

Sebanyak 14 korban tewas adalah penghuni panti jompo, yang tak bisa melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi karena memakai kursi roda.

Seorang petugas penyelamat yang mendatangi rumah itu menerangkan kepada NHK, "Lantai dasar tenggelam dan kami tidak bisa masuk ke dalamnya."

"Beberapa orang berhasil mengungsi ke lantai pertama. Saya belum pernah mengalami hal seperti ini dalam hidup saya."

Upaya evakuasi menjadi lebih rumit karena masih ada ancaman tertular Covid-19.

Baca juga: Banjir sampai Lantai 2, 14 Orang di Panti Jompo Jepang Diperkirakan Tewas

Sebuah mobil terbalik di jalanan berlumpur, usai diterjang banjir di Hitoyoshi, Prefektur Kumamoto, Jepang, pada Minggu (5/7/2020). Hujan deras yang mengguyur wilayah Kumamoto mengakibatkan banjir besar dan tanah longsor, membuat puluhan orang terjebak di rumah-rumah dan bangunan lainnya.KYODO NEWS via AP Sebuah mobil terbalik di jalanan berlumpur, usai diterjang banjir di Hitoyoshi, Prefektur Kumamoto, Jepang, pada Minggu (5/7/2020). Hujan deras yang mengguyur wilayah Kumamoto mengakibatkan banjir besar dan tanah longsor, membuat puluhan orang terjebak di rumah-rumah dan bangunan lainnya.
Dibandingkan negara-negara lainnya, kasus corona Jepang relatif sedikit dengan total di bawah 20.000 kasus dan kurang dari 1.000 kematian, hingga Selasa (7/7/2020).

Akan tetapi social distancing tetap harus diterapkan, sehingga kapasitas tempat pengungsian menjadi berkurang.

Di Kota Yatsushiro, pemerintah setempat mengubah gimnasium olahraga menjadi tempat penampungan warga. Para keluarga dipisahkan oleh dinding kardus untuk mencegah penyebaran virus bernama resmi SARS-CoV-2 ini.

Menurut laporan media setempat, beberapa orang lebih memilih tidur di mobilnya daripada berisiko terkena Covid-19 di tempat penampungan.

Bagi beberapa pemilik bisnis lokal yang sebelumnya sudah terpukul akibat pandemi virus corona, bencana alam terbaru ini semakin memperparah masalah mereka.

Baca juga: Jepang Luncurkan N700S, Shinkansen Baru yang Tahan Gempa

Yuju Hashimoto yang menjalankan biro pariwisata di resor sumber air panas di Yatsushiro, salah satu kota yang terdampak banjir di Prefektur Kumamoto, mengatakan kepada jurnalis AFP bahwa "tempat wisata yang indah berubah drastis hanya dalam semalam."

"Kerusakan itu di luar bayangan kami. Ini benar-benar di luar dugaan... Bencana ini adalah pukulan ganda karena resor sumber air panas kami sedang berjuang menghadapi dampak virus corona."

"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami selanjutnya," ungkapnya.

"Negeri Sakura" saat ini sedang berada di tengah musim hujan tahunannya, yang sering menimbulkan banjir dan tanah longsor.

Perubahan iklim juga berperan dalam bencana ini, karena atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak air, sehingga meningkatkan risiko banjir dari curah hujan ekstrem.

Pada 2018 lebih dari 200 orang tewas dalam banjir yang juga memporak-porandakan Prefektur Kumamoto.

Baca juga: Jepang Batal Pasang Sistem Anti-Rudal Aegis Ashore, Ini 2 Sebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com