Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lengan dan Payudara Terluka karena Serangan Udara, Samia Hussein Salahkan ISIS

Kompas.com - 04/07/2020, 22:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

DAMASKUS, KOMPAS.com - Seorang pengantin ISIS, Samia Hussein, menyalahkan kelompoknya itu setelah payudara dan lengan terluka karena serangan udara.

Samia yang berasal dari Southall, London Barat, Inggris, mengklaim teradikalisasi secara online sebelum kabur ke Suriah pada 2015.

Namun 12 bulan setelah dia mulai menetap itu, Samia Hussein mengungkapkan dia nyaris terbunuh karena serangan udara koalisi internasional.

Baca juga: Polisi Italia Sita Narkoba Buatan ISIS Senilai Rp 16 Triliun

Diberitakan The Sun Sabtu (4/7/2020), penyerangan itu membuatnya menghabiskan waktu selama tujuh bulan dirawat di rumah sakit.

Dalam wawancaranya dengan sineas dokumenter Alan Duncan dari kamp pengasingan al-Hol yang dijaga Kurdi, Samia menceritakan momen mengerikan itu.

Dia menuturkan dalam wawancara pertamanya, ISIS sengaja menyimpan senjata di bangunan sipil, persis di sebelah gedung tempatnya tinggal.

"Saya masuk ke rumah itu dan saya ingat melihat benda oranye. Namun saya tak tahu bahwa saya terluka dan berusaha menyelamatkan diri," kata dia.

Samia kemudian mengatakan, lengan dia terputus. "Payudara saya mengalami luka parah, dan kaki saya juga remuk," jelas perempuan yang kini berusia 25 tahun itu.

Dia meyakini bahwa koalisi internasional yang dipimpin AS tentu tidak sengaja menjatuhkan bom ke lokasi yang berisi warga sipil.

"Saya menyalahkan ISIS. Kalian menempatkan benda itu (senjata) di antara warga sipil. Sebab mereka tahu koalisi tidak akan menyerang perempuan dan anak-anak," ungkapnya.

Warga Inggris itu mengklaim, bayi berusia enam bulan dan seorang pensiunan tewas dalam serangan tersebut, yang kemudian digunakan oleh teroris dalam propagandanya.

Baca juga: Buru Pemimpin ISIS yang Baru, AS Tawarkan Hadiah Uang Rp 142 Miliar

Samia Hussein menyatakan, ISIS akan menaruh senjata di bangunan yang padat dengan keluarga, dan menjadikan kematian mereka sebagai propaganda.

"Bagi mereka itu bagus. Mereka akan merekam dan memublikasikan seraya berkata 'lihat, mereka membunuh perempuan dan anak-anak'," ucapnya.

Hidup dalam kekuasaan kelompok yang menguasai sebagian Irak dan Suriah, Samia mengaku apa yang dialaminya hanyalah "fantasi" daripada yang didapat secara daring.

Dia mendiskripsikan orang-orang menerima perlakuan "tak manusiawi", di mana mereka dipenjara hanya karena merokok atau tidak beribadah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com