Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Gajah secara Misterius Mati Massal, Kenapa?

Kompas.com - 02/07/2020, 07:16 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

BOTSWANA, KOMPAS.com - Sebuah klaster kematian hewan gajah pertama kali dilaporkan di Delta Okavango pada awal Mei lalu dengan 169 ekor tewas di akhir bulan.

Pada pertengahan Juni kemarin, angka kematiannya berlipat ganda, dengan 70 persen klaster kematian gajah ditemukan di sekitar kubangan air. Hal ini disampaikan oleh narasumber lokal anonim.

Sampai saat ini, pemerintah Botswana masih belum mengadakan tes terhadap bangkai gajah yang ditemukan dari klaster kematian dengan angka besar 'bencana konservasi' ini.

Baca juga: Selama 10 Tahun, 700 Gajah Mati karena Diburu, Diracun dan Disetrum

Dr Niall McCann, seorang Direktur Konservasi Lembaga Amal National Park Rescue yang berbasis di Inggris mengatakan,

"Ini adalah kematian massal dalam tingkatan yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat, sangat lama. Di luar kekeringan, saya tidak tahu kematian massal bisa menjadi sesignifikan ini."

Karena pemerintah Botswana masih belum melakukan uji sampel, maka tidak ada informasi terkait penyebab kematian atau apakah kematian massal itu bisa berisiko terhadap kesehatan manusia.

Baca juga: Pelaku Kasus Gajah Mati Makan Petasan Ditangkap, Terancam Dipenjara 7 Tahun

2 kemungkinan adalah keracunan dan patogen (penyakit) yang tidak diketahui. Anthrax, awalnya dipertimbangkan sebagai penyakit yang paling mungkin namun telah dikesampingkan.

 

Menurut McCann, ketika kematian massal terjadi pada gajah yang hidup di dekat habitat manusia saat penyakit satwa liar menjadi kecurigaan banyak orang, dan sampel belum dikirim ke laboratorium yang punya reputasi yang baik adalah suatu hal yang keterlaluan.

Saksi mata setempat mengatakan beberapa gajah tampak berjalan mengelilingi air, hal itu mengindikasikan adanya gangguan neurologis.

Baca juga: 361 Gajah Mati Sepanjang 2019, Terbanyak Sejak Sri Lanka Merdeka

"Jika Anda melihat pada (foto) bangkai gajah, beberapa dari mereka jatuh terjerembab tepat di wajah mereka, menunjukkan mereka mati sangat cepat. Yang lain jelas mati lebih lambat, seperti yang berkeliaran. Jadi sangat sulit untuk mengatakan apa racunnya," ungkap McCann.

Gajah-gajah dari berbagai usia dan jenis kelamin ditemukan sekarat, menurut laporan lokal. Beberapa yang hidup tampak lemah dan kurus, seakan-akan mereka akan mati beberapa pekan lagi.

Ada pun angka kematian gajah diperkirakan lebih tinggi karena bangkai-bangkai sulit ditemukan, menurut para ahli konservasi.

Baca juga: Misteri Temuan Kerangka Gajah, Mati Dua Bulan Lalu hingga Dugaan Tersengat Arus Listrik

Racun sianida, yang sering digunakan pemburu di Zimbabwe, adalah racun yang paling memungkinkan namun satwa liar itu tidak tampak sekarat sebelum mati.

Berdasarkan laporan lokal, hanya ada sedikit burung pemakan bangkai dari yang seharusnya, tetapi tidak menunjukkan perilaku abnormal.

"Tidak ada preseden untuk ini menjadi fenomena alam tetapi tanpa pengujian yang tepat, hal itu tidak akan pernah diketahui," ujar McCann.

Baca juga: Gajah Mati usai Angkut Turis, Tahun 2020 Angkor Wat Larang Wisata Tunggang Gajah

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com