Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Diprediksi Bakal Beri Dampak Negatif ke Trump

Kompas.com - 30/06/2020, 20:43 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pandemi virus corona diprediksikan dapat memberikan dampak negatif terhadap perolehan suara untuk Presiden Donald Trump dalam Pilpres AS 3 November 2020 mendatang.

Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Tomas J Philipson mengatakan, suara pendukung Trump salah satunya datang dari masyarakat yang teredukasi tentang peningkatan upah masyarakat berpenghasilan rendah.

Sementara di tengah pandemi corona ini, aspek ekonomi tidak luput dari efek negatif.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan BBC (30/6/2020), Philipson mengatakan situasi corona memberikan efek regresif pada perekonomian secara keseluruhan.

Baca juga: Peringatan untuk Kaum Muda, Satu Remaja Tewas akibat Virus Corona di AS

"Pekerja berpenghasilan rendah menerima pukulan lebih besar daripada yang berpenghasilan lebih tinggi," ujar Philipson.

Philipson kemudian mengatakan virus ini telah menggagalkan setiap kemajuan yang dibuat AS dalam meningkatkan standar hidup masyarakat berpenghasilan rendah.

"Kami telah sukses besar dalam menumbuhkan upah masyarakat berpenghasilan rendah sebelum pandemi melanda. Jadi pandemi ini telah mengambil korban yang sangat regresif terhadap ekonomi," ujarnya.

Kemudian, ia memprediksikan bahwa kecil kemungkinan pemulihan ekonomi dapat berberlangsung cepat.

Baca juga: Kasus Virus Corona di AS dalam Angka

"Pada kenyataannya data menunjukkan semacam respons pemulihan bertahap," ujarnya.

Di tengah penjelasannya, ia megatakan bahwa dampak buruk ekonomi yang terjadi saat ini karena China.

Sementara AS adalah negara pertama yang berusaha memperingatkan hal itu kepada berbagai negara bagian.

"Kami adalah negara pertama yang memperkenalkan larangan bepergian dari China dan dikritik karena itu. Banyak pemerintah negara bagian yang dipegang gubernur dari partai demokrat tidak bertindak di hadapan pemerintah federal, meskipun mereka bisa melakukannya," ungkapnya.

Baca juga: Ini Perkiraan Puncak Wabah Virus Corona di AS

Profesor Sejarah di Stanford University, Niall Ferguson, menyebut bahwa corona telah menciptakan ketegangan ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia, menjadi lebih dari sengketa perdagangan.

"Sepertinya saya cukup jelas bahwa kita sekarang berada di 'Perang Dingin Dua'," kata Ferguson.

Ia menilai kondisi ini berbeda dari 'Perang Dingin' yang pernah terjadi sebelumnya.

"Sulit untuk memikirkan ilustrasi yang lebih baik tentang kerugian dari globalisasi daripada kerentanan ekstrim yang ditimbulkan oleh virus yang berasal dari China," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com