Jaksa penuntut telah memerintahkan pemeriksaan di "instalasi berbahaya" yang di bangun di atas lapisan tanah beku yang berada di bawah titik nol derajat celsius (permafrost).
Keterlambatan laporan peristiwa ini telah membuat Presiden Vladimir Putin dan Direktur Pembangkit Listrik, Vyacheslav Starostin, marah.
Komite Investigasi Rusia menyatakan kasus pencemaran lingkungan ini sebagai kasus kriminal, dan adanya dugaan kelalaian.
Baca juga: Trump dan Rusia Bikin Harga Minyak Mentah Jatuh
Istilah ini merujuk pada tanah yang membeku dengan suhu berada di titik nol derajat celsius secara berkelanjutan selama dua tahun atau lebih.
Sebanyak 55 persen wilayah Rusia, terutama Siberia, adalah permafrost yang merupakan sumber minyak dan gas.
Laporan tahun 2017 dari Dewan Arktik, sebuah forum internasional termasuk Rusia, memperingatkan pemanasan gelobal dan mencairnya lapisan es telah membuat pondasi permafrost tidak dapat lagi seperti pada tahun 1980-an.
Laporan terbaru dari kantor berita Bloomberg menyebutkan, infrastruktur minyak Rusia telah memperhitungkan dampak dari perubahan iklim: tangki penyimpan minyak di Semenanjung Yamal, misalnya, dipasang di atas pancang.
Tumpahan minyak tersebut telah menjadi hamparan merah tua di Sungai Ambarnaya.
Baca juga: Lewati Rusia, Brasil Catatkan Kasus Covid-19 Terbanyak Kedua di Dunia
Dalam sebuah pernyataan, Perusahaan Norilsk Nickel mengatakan insiden ini telah dilaporkan dengan cara "tepat waktu dan wajar".
Perusahaan berjanji akan membayar operasi pembersihan tumpahan minyak yang diperkirakan mencapai 146 juta dollar AS (sekitar Rp 2 triliun).
Norilsk dikenal sebagai sumber titik polusi, hal ini disebabkan kontaminasi dari aktivitas industri yang mendominasi kota tersebut.
Pada 2016, Norilsk Nickel mengakui bahwa ada sebuah kecelakaan di salah satu pabriknya yang menyebabkan sungai di dekat kawasan tersebut berubah warna menjadi merah.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup untuk wilayah Krasnoyarsk, Yulia Gumenyuk mengatakan proses pembendungan minyak telah gagal untuk menahan laju pencemaran ke bagian hilir.
"Kita bisa melihat penumpukan tumpahan minyak di luar area yang telah dibendung," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.