KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Eks Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad kembali menjadi sorotan, lantaran perseteruannya dengan PM Muhyiddin Yassin.
Pada 9 Mei, Mahathir dan Anwar Ibrahim mengeluarkan pernyataan bersama yang berjanji menggulingkan pemerintahan Muhyiddin Yassin.
Nikkei Asian Review pada Kamis (4/6/2020) menyebut, konflik terbaru yang dialami Mahathir ini bisa jadi adalah pertarungan terakhirnya di dunia politik Negeri "Jiran".
"Mengenai situasi ini, kami tidak mengakui pemerintahan saat ini. Prinsip kami sudah jelas sejak hari pertama pemerintahan ini dibentuk, bahwa itu didirikan tanpa mandat rakyat," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Baca juga: Mahathir Janji akan Tantang Keputusan Pemecatan dari Muhyiddin
Mahathir telah berencana melayangkan mosi tidak percaya ke sidang parlemen yang dihelat pada 18 Mei. Akan tetapi perdana menteri mencegahnya dengan mempercepat durasi sidang atas alasan keamanan pandemi virus corona.
Sesi parlemen itu berlangsung hanya 30 menit. Pembahasan mosi tidak percaya ditunda hingga setidaknya pertengahan Juli, ketika parlemen dibuka kembali.
Hingga akhir Mei Malaysia telah melaporkan 7.819 kasus Covid-19 dengan 115 kematian. Muhyiddin lalu menerapkan lockdown nasional pada pertengahan Maret, hanya seminggu setelah ia menduduki kursi perdana menteri.
Nikkei Asian Review mewartakan, survei baru yang diadakan oleh lembaga survei Inggris YouGov di 26 negara dan wilayah menunjukkan pemerintah Malaysia menempati peringkat kedua tertinggi dalam kepercayaan publik yaitu 93 persen.
Lalu mengapa Mahathir mengkritik Muhyiddin dengan keras?
Mahathir menggulingkan kekuasaan Najib Razak dengan mengalahkan partai UMNO pada pemilu 2018.
Dalam upaya itu, Mahathir yang berusia 92 tahun bermitra dengan Anwar, dan menduduki kembali kursi perdana menteri untuk pertama kalinya selama 15 tahun. Ia berjanji akan menyerahkan kekuasaannya ke Anwar dalam dua tahun.
Akan tetapi Mahathir tidak pernah memberikan kerangka waktu yang jelas dalam penyerahan kekuasaan ini, sehingga memicu reaksi dalam koalisi yang berkuasa.
Baca juga: Muhyiddin: Mahathir Tidak Dipecat, Tapi...
Muhyiddin, yang juga merupakan tangan kanan Mahathir, kemudian memanfaatkan momen ini untuk menggulingkan Anwar. Pada akhir Februari ia meminta Raja Malaysia merombak koalisi dengan membawa UMNO berkuasa lagi.
Mahathir tidak ingin bermitra dengan eks partainya dan mundur sebagai perdana menteri. Namun langkah yang ditujukan menyelesaikan pertikaian di dalam partai itu justru menjadi bumerang dan membuat Muhyiddin memegang kendali.
Di tengah kebingungan, raja yang memiliki wewenang mencalonkan perdana menteri, mempertemuka semua anggota parlemen dan menunjuk Muhyiddin sebagai PM Malaysia. Ia disebut mendapat dukungan mayoritas.
Namun Mahathir bersikeras dialah yang mendapat suara mayoritas, dan tetap optimis. Bagi politisi berjuluk Dr M itu, ini adalah upaya ketiganya untuk menggulingkan perdana menteri.
Mahathir merupakan PM Malaysia keempat sejak kemerdekaan. Ia memimpin Malaysia dari 1981 hingga 2003, dan menunjukan Abdullah Badawi sebagai penggantinya pada 2003.
Abdullah Badawi yang dijuluki Mr Clean, membekukan proyek penggantian Johor-Singapura Causeway yang dimulai pemerintahan sebelumnya, sebagai bagian dari upaya anti korupsi dan penghematan. Langkah ini memantik kemarahan para pendahulunya.
Setelah UMNO kehilangan kursi dalam pemilu 2008, Mahathir menuntut pengunduran diri Abdullah.
Baca juga: Mahathir Mohamad Dipecat Partai Bersatu, bersama Putranya dan Syed Saddiq
Tahun berikutnya Abdullah terpaksa mundur dan digantikan Najib Razak. Najib adalah putra sulung Abdul Razak perdana menteri kedua Malaysia, dan keponakan Hussein Onn perdana menteri ketiga.
Pengangkatan ini melanjutkan perseteruan antara Mahathir dan Najib. Setelah berkuasa, Najib coba merevisi kebijakan Bumiputra, sebuah program aksi afirmatif yang dipromosikan oleh Mahathir untuk membantu etnis Melayu.
Najib juga menolak memberi bantuan keuangan ke Proton, produsen mobil Malaysia yang sudah lama diperjuangkan Dr M.
Najib menjual 49 persen sahamnya ke produsen mobil China, yang pada dasarnya, mencuci tangan proyek pemerintah.
Ini menjadi penghinaan bagi Mahathir, yang berusaha membalasnya dengan menuding Najib telah menyalahgunakan miliaran dollar AS dari dana kekayaan negara yakni 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB.
Skandal itu terungkap pada 2015. Banyak pengamat politik menyebut 1MDB adalah pukulan telak bagi karier politik Najib.
Baca juga: Skandal 1MDB Malaysia, Najib Razak Dilawan Anak Tirinya di Persidangan
Lalu jika Mahathir berhasil menggulingkan Muhyiddin, apa yang akan dilakukan selanjutnya?
Dalam wawancara pada Maret dengan Nikkei Asian Review, Mahathir berkata akan egois jika dia pensiun karena masih anggota parlemen.
"Saya merasa memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu," ucapnya.
Namun Masashi Nakamura Wakil Direktur Jenderal Area Studies Center di Institute of Developing Economies, sebuah lembaga konsultan di Jepang, ragu Mahathir memiliki agenda kebijakan yang jelas.
Periode keduanya sebagai perdana menteri didominasi langkah-langkah memutar lagi kebijakan Najib, seperti mencabut pajak konsumsi dan meninjau beberapa proyek infrastruktur.
Nakamura mengatakan, "Saya tidak dapat melihat visi kebijakan yang jelas dalam narasi politiknya."
Baca juga: Mahathir: Jika Saya Ingin Berkhianat, Saya Sudah Jadi PM Lewat Kubu Lain
Ketika Mahathir berjanji memberikan jabatan perdana menteri ke Anwar Ibrahim dalam dua tahun, usianya mungkin menjadi faktor.
Akan tetapi salah satu tujuannya tetap sulit dipahami, yaitu melihat Malaysia mencapai status negara maju pada 2020. Mahathir mungkin masih berharap dapat mewujudkan "Visi 2020" yang dicanangkannya pada 1991 saat menjabat perdana menteri.
Kondisi perekonomian Malaysia yang terpuruk kemudian memaksanya memundurkan target menjadi 2024.
Muhammad Takiyuddin ilmuwan politik di Universitas Nasional Malaysia mengatakan, "Kami masih menghormatinya sebagai negarawan. Namun, ia sekarang dianggap sebagai tipe hero to zero. Dia adalah orang yang mengundurkan diri, dan sekarang dia ingin mandatnya kembali."
Nikkei Asian Review menyebut karier politik Mahathir pasti akan berakhir jika dia gagal menggulingkan Muhyiddin.
Bahkan kalaupun berhasil, hubungannya dengan Anwar akan tegang lagi. Pertanyaan kapan dia akhirnya akan memberi kekuasaan untuk Anwar pun harus dijawab.
Situasi ini menjadi teka-teki, apakah Mahathir seorang tokoh politik senior di Asia, akan bersinar lagi atau memudar di senja kariernya.
Baca juga: Mahathir Mohamad Ungkap Alasannya Mundur sebagai PM Malaysia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.