Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sertifikat Kekebalan Covid-19, Memang Perlu atau Akan Jadi Harapan Palsu?

Kompas.com - 12/05/2020, 19:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah negara seperti Inggris, Jerman, Chile, dan Amerika Serikat (AS) sudah mengeluarkan ide agar warganya membawa "sertifikat kekebalan", bila mereka sembuh dari Covid-19.

Dengan memegang "sertifikat kekebalan" mereka boleh melakukan aktivitas di luar rumah dengan bebas.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas John Hopskins, lebih dari 1 juta orang di seluruh di dunia sudah sembuh dari virus corona.

Mereka yang mendukung adanya "sertifikat kekebalan" mengatakan, pasien sembuh boleh dizinkan bekerja lagi untuk membantu perekonomian, sampai vaksin ditemukan.

Namun beberapa pakar mengatakan, jika keputusan ini dilakukan akan berbahaya, karena sistem itu tidak bisa dipercaya dan bisa membuat orang menipu telah memiliki kekebalan.

Baca juga: WHO: Tak Ada Bukti Orang yang Terkena Covid-19 Bisa Kebal

Inggris, salah satu negara dengan korban meninggal Covid-19 tertinggi di dunia, merupakan negara pertama yang mengapungkan ide adanya "sertifikat kekebalan".

Pada April, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock berpendapat, untuk "membuka kunci teka-teki virus corona" akan memerlukan tes darah guna mengetahui siapa saja yang sudah sembuh dari penyakit tersebut.

"Ketika sains sudah bisa memahami kekebalan yang dimiliki warga, maka kami akan memperkenalkan sesuatu, seperti sertifikat kekebalan atau bahkan gelang tangan," katanya kepada BBC.

Kemudian warga Italia yang baru saja mengalami masa lockdown paling lama di dunia mungkin harus menjalani tes darah wajib untuk menciptakan sistem yang sama.

Sementara itu Dr Anthony Fauci dari tim gugus tugas virus corona di AS pada Jumat (10/4/2020) mengatakan kepada CNN bahwa sertifikat ini juga sedang dibicarakan di sana.

Negara di Amerika Selatan, Chile, tampaknya akan menjadi negara pertama yang mengeluarkan sertifikat bagi pasien sembuh Covid-19.

Baca juga: WHO: Tidak Diketahui Pasien Sembuh Corona Kebal Infeksi Kedua atau Tidak

Mereka yang sudah mengalami bebas gejala selama 14 hari akan diberi "sertifikat pembebasan" dalam bentuk QR code di ponselnya, sehingga mereka boleh bepergian dan kembali bekerja.

"Mereka yang memiliki sertifikat akan dibebaskan dari segala bentuk karantina dan pembatasan pergerakan, karena mereka bisa membantu masyarakatnya, mereka tidak lagi berisiko menulari," kata Menteri Kesehatan Chile, Jaime Manalich dikutip dari ABC News.

Namun setelah mendapat banyak kritikan dari kalangan pakar kesehatan profesional di negeri itu, Wakil Menteri Kesehatan Paula Daza kemudian menarik kembali pernyataan dan mengatakan sertifikat tidak menjamin adanya kekebalan.

Kekebalan bukanlah jaminan

Masalah terbesar dari adanya sertifikat adalah sekarang ini belum ada jaminan jika mereka yang sembuh dari Covid-19 pasti akan kebal dari virus corona.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com