BEIRUT, KOMPAS.com - Ratusan demonstran Lebanon pada Selasa (21/4/2020) kembali melancarkan unjuk rasa. Namun, kali ini mereka melakukannya dari dalam mobil untuk mematuhi aturan social distancing.
Pantauan dari jurnalis AFP memperlihatkan jalan-jalan yang sempat kosong karena lockdown virus corona kembali ramai dengan kendaraan.
Pekik klakson mobil diikuti dengan kibaran bendera menghiasi jalanan. Para demonstran berkumpul di Lapangan Martyr, pusat gerakan protes yang lahir hampir setengah tahun yang lalu.
Baca juga: Tuntut PM Lengser, Demonstran Israel Tetap Patuhi Social Distancing Saat Unjuk Rasa
"Senang sekali bisa kembali, tidak ada perasaan yang lebih baik," kata Hassan Hussein Ali, seorang demonstran 22 tahun yang datang membawa pengeras suara dan mengenakan masker.
"Corona telah membunuh segalanya tetapi itu tidak menghentikan korupsi para politisi kita, jadi itu tidak akan menghentikan kita juga," katanya sambil berdiri di luar Masjid Mohammad al-Amin yang jadi ikon ibu kota Beirut.
Dalam konvoinya, para demonstran Lebanon menjulurkan tubuh mereka keluar mobil. Mereka mengenakan masker penuh warna, beberapa ada yang memakai pelindung wajah dan sarung tangan sekali pakai.
Baca juga: Ikut Demonstrasi Menentang Lockdown Covid-19, Presiden Brasil Batuk
Arak-arakan demonstran melaju melintasi kota dan sepanjang pinggir laut.
Seorang wanita dengan kaus hitam dan celana jins sobek terlihat melambaikan tanda V saat mengendarai sepeda motor, menurut laporan jurnalis AFP di lokasi.
Demonstran berhenti di dekat tempat di mana anggota parlemen membahas beberapa masalah penting, termasuk amnesti umum yang kontroversial, legalisasi ganja, serta pencabutan kekebalan bagi para menteri dan anggota parlemen yang dicurigai melakukan korupsi.
Baca juga: Mengapa Ada Demonstrasi di AS Saat Wabah Virus Corona?
Sebuah gerakan protes lintas-nasional dan lintas-sekretarian yang belum pernah terjadi sebelumnya meletus pada 17 Oktober tahun lalu, mengguncang kelas politik herediter Lebanon yang dicerca karena gagal membawa perubahan radikal.
Namun para pengamat memperkirakan kontrol modal yang melumpuhkan dan dipaksakan oleh bank serta devaluasi defacto dapat memicu gelombang kedua protes setelah lockdown dicabut.
Baca juga: Setelah China, 15 Negara Ini Juga Mulai Longgarkan Lockdown
Para demonstran yang berunjuk rasa dari mobil mereka pada Selasa memperingatkan pemerintahan baru, bahwa massa di jalanan adalah kekuatan yang harus diperhitungkan.
Sembari keluar dari mobilnya di pusat kota Beirut sebelum konvoi berangkat, Lina al-Adawi (34) mengatakan dia datang untuk memprotes kehidupan yang semakin memburuk.
"Saya keluar karena negara masih belum melakukan apa-apa sejauh ini. Kami belum melihat reformasi," kata Lina yang mengenakan masker dan jilbab merah.
"Virus corona telah membuat situasi ekonomi dan kehidupan lebih buruk - pengangguran, lonjakan nilai tukar, kemiskinan, dan kelaparan."
Baca juga: Ricuh Sebelum Demonstrasi Omnibus Law, Polisi Tetapkan 4 Tersangka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.