Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setahun Serangan di Pipa Gas Nord Stream: Sedikit Fakta, Banyak Spekulasi

Pada saat yang sama, pengelola pipa gas Nord Stream mendeteksi anjloknya tekanan udara di dalam pipa gas sepanjang 1.200 kilometer yang membentang antara Jerman dan Rusia itu.

Saat matahari meninggi, kantung-kantung gas metana terlihat membuih di permukaan laut di dekat Pulau Bornholm.

Kebocoran gas di kedalaman 80 meter itu kelak diketahui bukan berasal dari satu pipa, melainkan akibat ledakan di tiga pipa sekaligus.

Momen ini menandai betapa perang di Ukraina juga berdampak pada ketahanan energi di barat Eropa.

Dituliskan, setidaknya lima laki-laki dan seorang perempuan menyewa kapal pesiar bernama Andromeda dan bertolak dari Warnemuende, Jerman, tiga pekan sebelum ledakan.

Jejak bahan peledak ditemukan kepolisian Jerman di atas kapal Andromeda. Menurut penyelidikan, jenis yang ditemukan serupa dengan yang digunakan untuk meledakkan pipa Nord Stream.

Tindakan pasukan elite Ukraina?

Pada Juni lalu, giliran harian AS, Washington Post, yang menurunkan laporan hasil investigasinya dengan tuduhan terarah kepada dinas rahasia Eropa dan AS.

Menurut laporan tersebut, dinas intelijen Barat sudah menyiapkan rencana serangan sejak Juni 2022, dengan pasukan elite Ukraina sebagai pelaksana tugas.

Informasi rahasia yang diterima Washington Post cukup terperinci. Selain jumlah dan kemampuan masing-masing personil, rencana itu juga mencantumkan garis komando di bawah petinggi militer Ukraina, Jendral Valerii Zaluzhnyi.

Namun begitu, Presiden Volodomyr Zelensky dikabarkan tidak diberitahu mengenai rencana serangan terhadap pipa gas Nord Stream.

Sejak lama, AS tidak lagi merahasiakan sikap antipati terhadap proyek bersama antara Jerman dan Rusia itu. Ketika berkunjung ke Berlin, Februari 2022, Presiden AS Joe Biden sempat mengancam "akan mengakhiri proyek Nord Stream 2, jika Rusia menginvasi Ukraina."

Ungkapan senada diucapkan Wakil Menteri Luar Negeri, Victoria Nuland, yang mengaku bahagia bahwa pipa Nord Stream "kini cuma menjadi setumpuk sampah di dasar lautan."

Pengabaian kejahatan perang

Dari sudut pandang hukum internasional, serangan terhadap pipa Nord Stream dalam konteks peperangan di Ukraina bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang, kata pakar hubungan internasional di Bonn, Jerman, Stefan Talmon.

"Karena pipa Nord Stream merupakan sebuah infrastruktur sipil."

"Menurut Statuta Roma untuk Mahkamah Pidana Internasional, pengrusakan terhadap obyek sipil tidak hanya pelanggaran terhadap hukum internasional, tetapi juga kejahatan perang," imbuhnya.

Terutama, jika Rusia atau Ukraina bisa membuktikan keterlibatan pihak musuh.

"Jika pelakunya adalah negara ketiga, maka insidennya tidak lagi dilihat dari sudut pandang hukum perang, melainkan sebuah serangan teror."

Ketidakjelasan itu menyulitkan adanya proses pengadilan. Kanselir Jerman Olaf Scholz sendiri mendukung persidangan di Jerman untuk mengadili terduga pelaku serangan.

Pun Menteri Dalam Negeri, Nancy Faser, sudah berniat menggugat para tersangka.

Tapi menurut Wiedmann-Schmidt, jurnalis yang menyelidiki insiden Nord Stream, desakan itu hanya pencitraan belaka.

"Mereka memang tidak bisa mengabaikan sebuah kejahatan besar semudah itu. Tapi mereka juga tidak bisa mengendurkan dukungan bagi Ukraina dalam perang melawan Rusia. Jadi, pemerintah di Berlin cendrung menghindari pertanyaan seputar konsekuensi hukum sebisa mungkin."

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Serangan Nord Stream: Minim Fakta, Banjir Spekulasi.

https://www.kompas.com/global/read/2023/09/26/225200170/setahun-serangan-di-pipa-gas-nord-stream--sedikit-fakta-banyak-spekulasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke