Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penelitian di Inggris: Infeksi Covid-19 Bikin Sepertiga Pasien Idap Kelainan Organ

LONDON, KOMPAS.com - Sepertiga orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 memiliki kelainan pada beberapa organ tubuh beberapa bulan setelah terinfeksi.

Temuan itu terungkap dalam sebuah penelitian di Inggris yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Respiratory Medicine pada Sabtu (23/9/2023). Ini berpotensi menjelaskan kondisi long Covid yang sulit dipahami.

Jutaan orang di seluruh dunia diperkirakan menderita long Covid, di mana berbagai gejala seperti sesak napas, kelelahan, dan kabut otak berlangsung lama setelah pasien pertama kali tertular virus.

Namun, banyak hal tentang kondisi ini, termasuk bagaimana tepatnya Covid-19 menyebabkan berbagai gejala, masih belum diketahui.

Para penulis studi baru, mengatakan bahwa hal ini menandai "langkah maju" dalam membantu penderita long Covid.

Penelitian ini adalah yang pertama yang melihat pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) pada beberapa organ, seperti otak, jantung, hati, ginjal, dan paru-paru, setelah pasien dirawat di rumah sakit dengan Covid.

Para peneliti membandingkan pemindaian organ 259 orang dewasa yang dirawat di RS dengan Covid di seluruh Inggris pada 2020-2021 dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 52 orang yang tidak pernah tertular virus.

Hasil penelitian mengungkap, hampir sepertiga dari pasien Covid-19 memiliki kelainan pada lebih dari satu organ rata-rata lima bulan setelah meninggalkan rumah sakit.

Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan Covid ditemukan 14 kali lebih mungkin memiliki kelainan paru-paru, dan tiga kali lebih mungkin memiliki kelainan di otak mereka. Namun, para peneliti menambahkan, organ jantung dan hati tampaknya lebih tangguh.

Kelainan pada otak termasuk tingkat lesi otak putih yang lebih tinggi, yang telah dikaitkan dengan penurunan kognitif ringan.

Jaringan parut dan tanda-tanda peradangan termasuk di antara perubahan yang terlihat pada paru-paru.

'Bukti nyata'

Dalam sebuah konferensi pers daring, peneliti utama Betty Raman dari Universitas Oxford, mengungkap, orang dengan kelainan beberapa organ tubuh empat kali lebih mungkin melaporkan gangguan mental dan fisik yang parah, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari. 

Untuk dipahami, penelitian ini dilakukan pada fase awal pandemi, sebelum kekebalan massal dari vaksinasi dan infeksi sebelumnya menumpulkan tingkat keparahan Covid secara keseluruhan.

Penelitian ini juga tidak mencakup varian Omicron yang tidak terlalu parah yang tetap dominan di seluruh dunia.

Selain itu, kelompok Covid sedikit lebih tua dan umumnya kurang sehat daripada kelompok kontrol, meskipun para peneliti berusaha menyesuaikan temuan mereka untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan ini.

Penelitian ini juga tidak mencakup varian Omicron yang tidak terlalu parah yang tetap dominan di seluruh dunia.

Namun, para peneliti menekankan bahwa masih banyak orang yang dirawat di rumah sakit karena virus ini di seluruh dunia.

Peneliti lainnya, Christopher Brightling dari Universitas Leicester mengatakan, penelitian ini memberikan bukti nyata adanya perubahan pada sejumlah organ setelah orang dirawat di rumah sakit karena Covid.

Alih-alih menjadi penyebab kekhawatiran, ia mengatakan temuan ini merupakan langkah maju dalam hal benar-benar dapat membantu orang dengan long Covid.

Matthew Baldwin, seorang spesialis penyakit paru di Universitas Columbia yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan hasil ini menunjukkan bahwa long Covid tidak dijelaskan oleh defisit parah yang terkonsentrasi pada satu organ saja.

"Sebaliknya, interaksi dua atau lebih kelainan pada organ mungkin memiliki efek aditif atau multiplikatif dalam menciptakan defisit fisiologis yang menghasilkan gejala Covid yang panjang," tulisnya dalam artikel komentar Lancet, dikutip dari AFP.

https://www.kompas.com/global/read/2023/09/23/063900170/penelitian-di-inggris--infeksi-covid-19-bikin-sepertiga-pasien-idap

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke