Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

UNODC: Perdagangan Metamfetamin dari Segitiga Emas Asia Tak Melambat, di Mana Itu?

Penulis: VOA Indonesia

JENEWA, KOMPAS.com - Kantor PBB untuk urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) pada Jumat (2/6/2023) memperingatkan, perdagangan besar metamfetamin dan obat-obatan terlarang lainnya yang berasal dari sudut kecil Asia Tenggara tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.

“Metamfetamin dalam volume tinggi terus diproduksi dan diperdagangkan di dalam dan dari wilayah tersebut sementara produksi ketamin dan obat-obatan sintetis lainnya telah berkembang,” ungkap UNODC dalam laporan tahun 2023 berjudul Obat-obatan Sintetis di Asia Timur dan Tenggara -yang pertama sejak perbatasan dibuka kembali pascapandemi Covid-19.

Laporan tersebut menunjukkan pola kelompok-kelompok kriminal yang membangun kembali diri mereka ke tahap pra-pandemi, dan secara signifikan mengubah rute penyelundupan obat-obatan terlarang.

Bagian terbesar dari metamfetamin, dalam bentuk tablet dan sabu, berasal dari kawasan yang dikenal sebagai Segitiga Emas, di mana perbatasan antara Myanmar, Laos, dan Thailand bertemu.

Produksi opium dan heroin berkembang pesat di sana, terutama karena ketiadaan hukum di sekitar negara bagian Shan, Myanmar timur, yang terpencil.

Daerah yang sebagian besar berupa hutan itu tetap menjadi wilayah kekuasaan berbagai milisi etnis minoritas, dan beberapa di antara mereka bermitra dalam perdagangan narkoba.

“Metamfetamin terus menjadi narkoba yang paling banyak digunakan di Asia Timur dan Tenggara dan penggunaannya telah meningkat selama dekade terakhir,” beber laporan UNODC.

Metamfetamin juga lebih mudah dibuat dalam skala industri daripada budidaya opium yang padat karya, dari mana heroin berasal.

Obat tersebut kemudian didistribusikan melalui darat, laut dan udara di seluruh Asia dan Pasifik.

Laporan tersebut mengataka, kontrol luas yang dimiliki kelompok-kelompok kejahatan terorganisir atas wilayah itu telah memungkinkan mereka untuk meningkatkan dan mendiversifikasi pasokan secara besar-besaran untuk tujuan ekspansi dan dominasi pasar.

“Jaringan-jaringam perdagangan regional yang paling kuat dapat beroperasi dengan tingkat kepastian yang tinggi, dan tidak akan dapat dihentikan, dan sebagai hasilnya mereka dapat mendikte syarat dan ketentuan pasar,” katanya.

Laporan UNODC menuturkan, ada rekor penyitaan metamfetamin hampir setiap tahun selama dekade terakhir di Asia Timur dan Tenggara, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa total narkoba yang disita menurun pada 2022 menjadi 151 ton.

Penurunan penyitaan ini sering dikaitkan dengan produksi yang melemah.

Tetapi laporan itu mengatakan, indikator-indikator lain, termasuk penangkapan, tingkat ketersediaan, kemurnian, rekor harga grosir dan jalanan yang rendah, dan jumlah orang yang menjalani perawatan pada kenyataannya menunjukkan pasokan tetap sangat tinggi atau tidak berubah.

Jeremy Douglas, perwakilan regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, secara khusus menekankan pada konferensi pers pada Jumat di Bangkok, bahwa situasi di negara bagian Shan, Myanmar cukup memprihatinkan.

Sebab, kata dia, ada penurunan penyitaan narkoba yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu di sana, meskipun menjadi episentrum produksi untuk Asia Pasifik.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa penurunan penyitaan secara keseluruhan terjadi karena penyelundup mengubah rute penyelundupan mereka dari darat ke laut untuk menghindari pihak berwenang.

Pengiriman melalui laut dilakukan dari wilayah pesisir Myanmar.

https://www.kompas.com/global/read/2023/06/03/145800870/unodc--perdagangan-metamfetamin-dari-segitiga-emas-asia-tak-melambat-di

Terkini Lainnya

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke