KYIV, KOMPAS.com - Dua bulan memasuki perang di Ukraina, para ahli militer mengatakan mereka terkejut tentang betapa tidak siapnya Rusia dalam invasinya terhadap tetangganya yang pro-Barat.
Meskipun sempat melancarkan serangan awal dari berbagai arah, Moskwa gagal menguasai udara. Barisan tank Rusia juga dikirim tanpa perlindungan atau koordinasi.
“Mereka telah sangat meremehkan kekuatan perlawanan Ukraina,” kata para ahli sebagaimana dilansir AFP pada Senin (25/4/2022).
Staf umum militer barat secara bulat berpendapat bahwa tujuan awal Presiden Rusia Vladimir Putin adalah untuk memusnahkan pasukan Ukraina dalam operasi kilat.
Tetapi Moskwa telah gagal mengkalibrasi daya tembaknya, untuk menangani tingkat perlawanan yang sama sekali gagal diramalkan oleh dinas intelijen Rusia.
“Para pemimpin politik Rusia memaksakan komando militer skenario yang benar-benar tidak masuk akal, di mana semuanya akan berjalan seperti dalam pencaplokan Krimea pada 2014,” kata pakar militer Rusia, Alexander Khramchikhin.
"Mereka mengira tentara Rusia akan disambut sebagai pembebas seluruh Ukraina, kecuali wilayah di barat. Jelas bahwa komando militer Rusia tidak siap untuk perlawanan seperti itu dari pihak Ukraina," katanya.
Vincent Tourret, peneliti di Foundation for Strategic Research, setuju.
"Rusia benar-benar meremehkan keseimbangan kekuatan," katanya.
"Satu-satunya bagian dari operasi yang dianggap sebagai operasi perang adalah serangan di bandara Hostomel (di pinggiran Kyiv) dan upaya untuk memangkas arus listrik Ukraina," lanjut pakar tersebut.
"Pasukan Rusia lainnya memasuki negara itu seolah-olah mereka akan mengambil alih, dan dengan terlalu banyak tujuan, mereka benar-benar tersebar di seluruh wilayah," katanya.
Pada 24 Februari, Rusia melancarkan serangannya di tiga posisi berbeda secara bersamaan. Artinya, meski memiliki 150.000 tentara, mereka terpencar di beberapa sumbu berbeda: di utara menuju Kyiv, di timur dan di selatan.
Kegagalan supremasi udara
Para ahli menilai Rusia membuat kesalahan besar dalam mengerahkan pasukannya di darat tanpa memperoleh kendali atas langit sebelumnya, meskipun telah memobilisasi 500 pesawat.
"Mendapatkan supremasi udara adalah (strategi) 101 yang membentuk segalanya dalam konflik modern," kata seorang pilot Perancis, yang berbicara tanpa menyebut nama kepada AFP.
"Mereka seharusnya merobohkan pesawat tempur Ukraina, radar, sistem udara-darat, jalur pendaratan," kata pilot itu.
Di lapangan, manuver membingungkan, mengungkapkan kegagalan dalam rantai komando dan kekurangan dalam pelatihan, kata para ahli.
Unit elit diterjunkan ke bandara Hostomel tanpa dukungan udara, sementara barisan panjang tank Rusia maju, terkadang tanpa perlindungan. Ini rentan terhadap serangan udara dan darat Ukraina yang dibantu oleh drone taktis Bayraktar Turki.
Dalam dua bulan serangan Rusia ke Ukraina, Moskwa kehilangan lebih dari 500 tank dan lebih dari 300 kendaraan lapis baja, menurut blog khusus Oryx, yang mencantumkan kerugian material di Ukraina berdasarkan foto atau video yang dikumpulkan di medan perang.
“Itu bukan akhir dari era tank,” kata William Alberque, direktur strategi, teknologi dan kontrol senjata di Institut Internasional untuk Studi Strategis di London.
“Kendaraan lapis baja bekerja dengan baik bila dikombinasikan dengan artileri, infanteri dan dukungan udara” dan itulah yang kurang dalam fase pertama perang di Ukraina, katanya.
Pertempuran jalanan
Untuk semua serangan yang dikirim Rusia, mereka kurang presisi, menurut pemerintah AS. Ini terlihat dari hanya 50 persen serangan rudal jelajah yang mencapai target yang diinginkan.
Sebaliknya, "Ukraina sangat siap," kata sumber militer Eropa.
"Mereka melakukan operasi pengalihan yang nyata" dengan tidak berusaha mempertahankan perbatasan mereka dalam jangkauan tembakan artileri.
Sebaliknya, kata sumber itu, Ukraina menggunakan aset darat-udara dan penerbangan mereka dan berkumpul kembali di kota-kota untuk memperumit serangan Rusia.
Setelah sekitar satu bulan, setelah gagal mengepung dan menjatuhkan Kyiv, Moskwa memutuskan mengubah strategi dan fokus pada penaklukan wilayah Donbas di timur, yang berbatasan dengan Rusia, sebagai gantinya.
Sejak itu, "kami telah melihat beberapa konsolidasi," kata Alberque di IISS.
"Kami akhirnya melihat komando terpadu dan tujuan yang lebih terpadu," kata pakar itu. Tetapi dia memperkirakan akan ada "pertempuran sengit di medan sulit yang dipenuhi sungai dan hutan".
"Ukraina memiliki keunggulan di medan itu," kata seorang perwira tinggi Perancis.
"Mereka akan bertempur di jalanan untuk memperumit manuver dan perbekalan Rusia."
Namun demikian, jalur pasokan Kyiv juga sekarang sangat menantang, mengingat senjata yang dipasok oleh Amerika Serikat dan Eropa tiba dari bagian barat negara itu.
https://www.kompas.com/global/read/2022/04/25/214500470/kekurangan-militer-rusia-terungkap-dalam-dua-bulan-perang-di-ukraina