Imran Khan sebagai PM Pakistan digulingkan pada Minggu (10/4/2022), lalu mengundurkan diri dari kursi majelis nasionalnya bersama sebagian besar anggota partainya menjelang pemungutan suara.
Mantan bintang kriket itu diberhentikan setelah kalah dalam mosi tidak percaya, membuka jalan bagi aliansi yang juga akan menghadapi persoalan sama, mulai dari ekonomi yang lemah, meningkatnya militansi, hingga hubungan yang memburuk dengan Barat.
Sebagai PM baru Pakistan, Shahbaz Sharif langsung mengumumkan serangkaian tindakan populis termasuk upah minimum baru sebesar 25.000 rupee (Rp 1,97 juta), kenaikan gaji untuk pegawai negeri, dan proyek pembangunan di daerah pedesaan.
Shahbaz Sharif juga mengatakan, dia menginginkan hubungan yang lebih baik dengan India sebagai negara tetangga, tetapi solusi perlu ditemukan untuk Kashmir, wilayah Himalaya yang diperebutkan di jantung konflik kedua negara selama beberapa dekade.
Shahbaz Sharif adalah pemimpin sentris Liga Muslim Pakistan-N (PML-N), menjadi satu-satunya kandidat perdana menteri setelah loyalis Imran Khan yaitu mantan menteri luar negeri Shah Mahmood Qureshi mundur dari pencalonannya.
"Ini adalah kemenangan kebenaran, dan kejahatan telah dikalahkan," kata Shahbaz Sharif dalam pidato perdananya sebagai Perdana Menteri Pakistan.
PPP dan PML-N adalah partai-partai dinasti yang mendominasi politik Pakistan selama puluhan tahun--biasanya sebagai saingan sengit--dan hubungan mereka pasti akan berantakan menjelang pemilihan berikutnya yang harus diadakan pada Oktober 2023.
Koalisi harus mengatasi inflasi yang melonjak, rupee yang lemah, dan utang yang melumpuhkan, sementara militansi juga meningkat.
Taliban Pakistan menguat lagi dengan kembalinya kekuasaan di negara tetangga, Afghanistan.
PM baru Pakistan juga harus memikirkan kembali keselarasan global Pakistan, yang menjauh dari Washington di bawah Imran Khan dan lebih dekat ke Rusia serta China sebagai mitra ekonomi penting.
Nawaz Sharif dipecat pada 2017 kemudian dipenjara selama 10 tahun oleh pengadilan atas tuduhan korupsi setelah pengungkapan dari Panama Papers, tetapi dibebaskan untuk mendapat perawatan medis di luar negeri.
Adapun Shahbaz Sharif juga pernah terjerat skandal korupsi. Pada 2019, Biro Akuntabilitas Nasional menyita hampir 24 properti miliknya dan putranya, Hamzah, dengan menuduh mereka melakukan pencucian uang.
Shahbaz Sharif ditangkap dan ditahan pada September 2020, tetapi dibebaskan enam bulan kemudian dengan jaminan untuk persidangan yang masih tertunda.
Namun, Mahkamah Agung menganggap semua tindakannya ilegal dan memerintahkan mereka untuk berkumpul kembali dan melakukan pemilihan.
Imran Khan menegaskan, dia menjadi korban konspirasi perubahan rezim yang melibatkan AS dan lawan-lawannya, dan bersumpah untuk membawa perjuangannya ke jalan dengan harapan memaksa pemilihan awal.
Sementara itu, Shahbaz Sharif menjanjikan penyelidikan atas tuduhan Imran Khan.
"Jika ada sedikit bukti saja yang diberikan terhadap kami, saya akan segera mengundurkan diri," katanya kepada parlemen.
Pengunduran diri massal partai PTI (Pakistan Tehreek-e-Insaf) menandakan bahwa Imran Khan bermaksud mengganggu pemerintahan baru dan melanjutkan perjuangannya di jalan, dengan menyerukan lagi protes massal di seluruh negeri.
"Apakah kemampuan agitasinya telah tumbuh atau menyusut dalam beberapa minggu terakhir masih harus dilihat," kata analis Mosharaf Zaidi tentang prediksi pergerakan Imran Khan terhadap PM baru Pakistan.
https://www.kompas.com/global/read/2022/04/12/160000370/pm-pakistan-digulingkan-kronologi-imran-khan-mundur-diganti-shahbaz