Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Putin "Bermimpi" Jadi Tsar Rusia Modern

Namun, banyak yang tak menyadari bahwa invasi Putin ke Ukraina tidak berakar pada perhitungan rasional biaya dan manfaat. Sebaliknya, Putin sedang membuat langkah untuk merebut kembali status bangsanya sebagai Ketrasaran dan Kekaisaran yang disegani di panggung dunia. (The Washington Post, 2 Maret 2022).

Dengan kata lain, Putin sedang ‘bermimpi’ menjadi Tsar Rusia modern.

Bermula di Kyiv

Situs Britannica.com menyebutkan bahwa sejarah Rusia dimulai dari Kyiv, ibu kota Ukraina yang digempur habis-habisan oleh pasukan Rusia dalam invasi saat ini.

Pada tahun 882, Pangeran Oleg dari Novgorod merebut Kyiv (Rusia menyebutnya Kiev) dan menyatukan tanah utara dan selatan Slavia Timur di bawah satu otoritas. Negara mengadopsi agama Kristen Katolik dari Kekaisaran Bizantium pada tahun 988, memulai sintesis budaya Bizantium dan Slavia yang mendefinisikan budaya Rusia untuk milenium berikutnya.

‘Kievan Rus' akhirnya hancur sebagai negara karena invasi Mongol pada 1237-1240 bersama dengan kematian sejumlah besar penduduk.

Setelah abad ke-13, Moskow menjadi pusat politik dan budaya. Moskow telah menjadi pusat penyatuan tanah Rusia.

Pada awal abad ke-16, Rusia bertumbuh menjadi sebuah kerajaan besar. Ivan lalu membangun kekuatannya melalui pernikahannya dengan keponakan Kaisar Bizantium terakhir. Bahkan, ia juga mengklaim diri sebagai pewaris Kaisar Bizantium keturunan Julias Cesar dan menyebut Moskow sebagai Roma Ketiga - pewaris kekaisaran Romawi dan Bizantium.

Pada 1547 Ivan menggantikan nama Kerajaan Rusia menjadi Ketsaran Rusia dan menyebut diri sebagai Tsar Rusia pertama atau Ceasar pertama.

Tahun 1550-an, tsar yang kemudian dikenal sebagai Ivan the Terrible memperluas wilayah negaranya di sepanjang Volga selatan hingga ke Laut Kaspia. Dua puluh lima tahun kemudian, ia mensponsori ekspedisi penaklukan dan kolonisasi Siberia dan sebagian besar Asia Tengah.

Pada 1654, Tsar Alexis merebut kembali wilayah yang terletak di antara Rusia dan Sungai Dnieper. Ini termasuk sebagian besar Ukraina saat ini, termasuk Kyiv.

Kekaisaran Rusia

Encyclopædia Britannica menyebutkan bahwa putra Alexis, Peter the Great (Petrus Agung) membawa misi imperialis Rusia ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Dengan tentara yang diubah dan angkatan laut yang baru didirikan, Petrus Agung mengalahkan Swedia dan memperluas kerajaannya ke segala arah.

Sebagai pengakuan atas kemenangan militer dan penaklukan teritorialnya, pada tahun 1721 Petrus Agung mendeklarasikan Rusia sebagai sebuah kekaisaran dan dia adalah kaisarnya.
Jadi, Petrus Agung adalah Tsar Rusia terakhir dan Kaisar Rusia pertama. Sementara wilayah kekuasaan di sekitar Moskow dikenal sebagai ‘Rusia Raya’ atau hanya Rusia, sebagian besar wilayah yang sekarang disebut Ukraina dianggap ‘Rusia Kecil’ dengan status terjajah.

Setelah menaklukkan kekuatan Naopleon Bonaparte, Rusia mulai tampil sebagai sebuah kekaisaran terpandang di Eropa.

Tahun 1861, Kaisar Rusia Alexander II menghapus perbudakan Rusia. Namun para petani yang kecewa karena selalu diperas melakukan pemberontakan. Namun semua pemberotakan para petani berhasil ditumpas dengan sangat kejam.

Dalam dekade berikutnya, ada berbagai upaya reformasi seperti reformasi Stolypin 1906–1914, dan Amandemen Konstitusi 1906 untuk meliberalisasi ekonomi dan sistem politik. Namun, kaisar menolak berbagi kekuasan dan enggan melepaskan sistem pemerintahan otokratis.

Kombinasi kehancuran ekonomi, kelelahan perang, dan ketidakpuasan dengan sistem pemerintahan otokratis memicu Revolusi Rusia tahun 1917.

Penggulingan monarki awalnya membawa koalisi liberal dan sosialis moderat, tetapi kebijakan mereka yang gagal menyebabkan perebutan kekuasaan oleh kaum Bolshevik komunis pada tanggal 25 Oktober 1917.

Antara tahun 1922 dan 1991, sejarah Rusia pada dasarnya menjadi sejarah Uni Soviet, yang secara efektif merupakan negara berbasis ideologi komunis. Jadi, sejak era Joseph Stalin (1920-an), hingga "era stagnasi", 1960-an hingga 1980-an, Uni Soviet menjadi seperti sebuah ‘Pulau Sosialis-Komunis’ di tengah ‘Lautan Kapitalisme’. Dan, selama masa hampir 70 tahun lamanya Uni Soviet terperangkap dalam Perang Dingin karena bersaing dengan negara-negara Blok Barat.

Namun, pada pertengahan 1980-an, ketika kelemahan struktur ekonomi dan politik Soviet menjadi akut, Mikhail Gorbachev pun melakukan reformasi besar, yang berujung pada penggulingan Partai Komunis dan pecahnya Uni Soviet.

Mendayagunakan sejarah

Valdimir Putin menggantikan Boris Yeltsin sebagai presiden Federasi Rusia pasca-Uni Soviet, pada 07 Mei 1999. Semenjak itu, Putin mulai memposisikan dirinya sebagai wakil dari ‘Ketsaran’ dan ‘Kekaisaran’ Rusia yang pernah besar. Ia bahkan membayangkan diri sendiri sebagai Tsar Rusia modern (Bdk.Afanasyeva, Anna, 11 October 2017).

Analis politik Belanda, Niels Drost, yang menganlisis lebih dari 500 pidato Putin dan sumber-sumber lain menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, sejak menjadi presiden, Putin semakin dan berulang kali merujuk pada sejarah Kekaisaran Rusia. Putin juga secara konsisten mendayagunakan sejarah untuk mencapai tujuan kebijakannya (www.clingendael.org:01 Meret 2022).

Sikap menafikan sejarah itu tampak jelas dalam pidato Putin pada 2012. Kala itu dia menegaskan bahwa kebangkitan nasionalisme Rusia mengharuskan orang Rusia terhubung dengan sejarah masa lalu yang membentang sekitar 1.000 tahun.

Untuk maksud itu, selama dua masa jabatan pertamanya sebagai presiden, Putin juga menekankan hubungan antara orang-orang Rusia dan Ukraina berdasarkan sejarah agama (Katolik-Ortodoks) yang sama.

Bahkan, analis politik Belanda lainnya, De Graaf mengatakan, Putin menggunakan ‘simbol elang ganda’ yang secara tradisional melambangkan bagaimana gereja dan dunia menyatu dalam satu tubuh, dalam satu penguasa.

Tujuan ideologisnya adalah untuk menyatukan kembali orang-orang Slavia ke dalam negara suci Rusia, di mana dia melihat dirinya sebagai perwujudan dan Kyiv sebagai tempat lahirnya. (Bdk. podcast di radio Belanda, 26 Februari).

Jalan sulit bagi ‘Tsar Rusia’ modern

Putin selalu mengklaim bahwa negaranya berhak untuk memberikan pengaruh istimewa atas negara-negara pasca-Soviet.

Namun banyak dari negara-negara yang telah memisahkan diri dengan Uni Soviet menolak untuk kembali dipengaruhi oleh Rusia yang kental dengan kronisme lokal dan korupsi yang akut (New Reports Highlight Russia's Deep-Seated Culture of Corruption". VoA, 26 January 2020).

Pada awal 2000-an, pemberontakan rakyat di Georgia, Ukraina, dan Kirgistan - secara kolektif dianggap sebagai Revolusi Warna - menunjukkan semangat kemerdekaan negara-negara ini dan, dengan demikian, membatasi kendali Rusia dan Putin atas wilayah tersebut.

Bagi Putin, ini sama maknanya dengan melucuti prestise dan kekuasaan Rusia. Persepsi Putin kian mengental, bahka ia merasa seakan ditelanjagi ketika Revolusi Martabat Ukraina berhasil menggulingkan pendukung Putin, Presiden Viktor Yanukovych, pada 2014.

Inisiatif Presiden Putin untuk menyulut pemberontakan di Ukraina timur dan mencaplok Krimea adalah salvo pembuka untuk merebut kembali kekuatan yang telah terkikis oleh kegagalan sejarah kekaisaran Rusian.

Di luar sanksi ekonomi, Putin menghadapi sedikit konsekuensi untuk permainan kekuasaan 2014 ini, dan intrik geopolitiknya melonjak.

Intervensi Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016 dan ocehan ‘ngelantur’ Donald Trump terhadap NATO mungkin meyakinkan Putin bahwa mimpi menjadi ‘Tsar Rusia modern’segara terwujud, dan ia dapat memperluas pengaruh global Rusia tanpa hambatan substansial.

Namun, itu hanya sebuah ilusi belaka. Sebab, ternyata ia mendapat perlawanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Putin kecewa dan marah. Ia pun kalap menangkap masyarakat sipil Rusia.

Dia juga membatasi media independen dan sumber berita negaranya, dan memenjarakan para pemimpin oposisi domestik. Ia juga telah meningkatkan kekuatan militernya untuk mengejar tujuannya tersebut.

Ekspresi kekalapan paling kentara adalah mengerahkan kekuatan senjata, menyerang Ukraina, ‘wilayah leluhurnya’ yang dia pandang telah ‘dicuri’ secara tidak adil dari Rusia.

Tetapi perlawanan yang gigih dari rakyat Ukraina terhadap agresi Rusia telah menunjukkan kekonyolan mimpi Putin untuk meraih keagungan Tsar Rusia yang baru.

Nah, terlepas dari kekuatan militer Rusia yang superior, rakyat Ukraina telah menunjukan kepada dunia bahwa mempertahankan kedaulatan, demokrasi dan kebebasan adalah sebuah kehormatan yang pantas mendapat dukungan warga dunia.

Sebaliknya, aksi invasi Putin membuktikan bagi dunia, bahwa ‘mimpi’ yang terinpisrasi oleh sejarah tidak selalu sukses. Pengarang, SM Sigerson mengatakan, “Sejarah akan terulang kembali sebagai inspirasi bagi pemimpin yang memiliki visi untuk memperjuangkan martabat, keadilan, dan demokrasi. Tapi, bagi pemimpin yang otoriter dan arogan, “sejarah berulang kembali, pertama sebagai tragedi, kedua sebagai lelucon.

https://www.kompas.com/global/read/2022/04/04/090900970/ketika-putin-bermimpi-jadi-tsar-rusia-modern

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke