Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Kemalangan Ratu Maria Eleonora dan Kekejamannya pada Sang Putri

KOMPAS.com - Maria Eleonora adalah ratu dari Swedia yang dikenal cantik, malang, sekaligus kejam karena sikapnya yang menyianyiakan putri kandungnya, Putri Christina.

Bagaimana kisah Ratu Maria Eleonora dan kekejamannya pada Sang Putri? Berikut Kompas.com merangkum kisah hidup dan kekejaman Maria Eleonora, melansir dari berbagai sumber:

Siapa Maria Eleonora?

Pada 11 November 1599, Maria Eleonora lahir sebagai seorang putri Jerman dan permaisuri Swedia. Ayahnya, John Sigismund, adalah Elector of Brandenburg, dan ibunya, Anna, Duchess of Prussia.

Ibunya digambarkan sebagai orang yang dominan, dan dia mempraktikkan ortodoksi Lutheran yang ketat.

Semasa muda, Maria Eleonora tidak mengenyam pendidikan formal apa pun, tetapi menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menyulam, menggambar, dan musik.

Pada 1620 di usia 21 tahun, Maria Eleonora menikah dengan raja Swedia Gustavus Adolphus (Raja Gustav II Adolf) yang saat itu berusia 26 tahun.

Pernikahan antara Maria Eleonora dan Raja Gustav II Adolf diatur oleh pengadilan Swedia dan keluarga pengantin wanita di Brandenburg.

Namun, tidak semua orang pada awalnya mendukung pernikahan mereka. Saudara laki-laki sang putri, George William, Adipati Prusia, khawatir pernikahan Maria Eleonora dan Raja Gustav II Adolf akan menyebabkan konflik dengan negara tetangga Polandia.

Sementara ibu Maria Eleonoa menyetujuinya rencana pernikahan tersebut. Kemudian Duchess Anna menulis surat kepada Ratu Christina, ibu Raja Gustav II Adolf, menggambarkan situasinya.

Pernikahan Ratu Maria Eleonora

Ratu Christina justru sangat meyakinkan keluarga Maria Eleonora bahwa persatuan antara Brandenburg dan Swedia melalui pernikahan sangatlah bermanfaat.

Akhirnya pada 25 November 1620, Maria Eleonora dan Gustav II Adolf menikah di Stockholm.

Setelah menikah dengan Raja Gustav II Adolf, Ratu Maria Eleonora kemudian digambarkan sebagai ratu tercantik di Eropa.

Gustav II Adolf dan Maria Eleonora berbagi minat dalam arsitektur dan kecintaan pada musik. Maria Eleonora secara sentimental mengabdi kepada suaminya.

Para duta besar asing menganggap Ratu Maria Eleonora anggun dan cantik serta memiliki selera yang baik.

Setelah 6 bulan menikah, Maria Eleonora harus ditinggalkan oleh Raja Gustav II Adolf untuk memimpin pengepungan Riga, Latvia.

Saat itu, Maria Eleonora yang sangat menyukai hiburan dan makanan manis tersebut tengah mengandung anak pertama mereka.

Di kehamilan pertamanya, Maria Eleonora sangat mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri di lingkungan Swedia. Dia juga merindukan suaminya.

Kehamilan Ratu Maria Eleonora

Dalam sistem kehidupan kerajaan mana pun, tanggung jawab seorang ratu adalah melahirkan keturunan, terutama laki-laki.

Maria Eleonora sangat menginginkan melahirkan ahli waris laki-laki untuk Raja Gustav II Adolf.

Setahun setelah pernikahan mereka, Maria Eleonora mengandung bayi perempuan, tetapi keguguran.

Sejak saat itu, sang ratu mengalami sakit parah dengan kondisi emosional yang tidak stabil. Ia menunjukkan sikap histeria dan cemburuan.

Ia memiliki kondisi yang sangat tidak biasa bagi seorang ratu pada masanya. Dia menunjukkan cintanya pada Raja Gustav II Adolf dengan sangat terbuka dan tidak sesuai dengan etiket saat itu.

Hal itu membuat orang menganggapnya sangat "feminin", yang berarti dia sangat tidak cerdas.

Rekan dekat Gustav II Adolf diceritakan juga memberi tahu bahwa Ratu Maria Eleonora memendam kesedihan dan kecemasan dalam kehidupan pernikahan mereka.

Salah satu alasannya, karena tidak semua anggota keluarga Maria Eleonora merestui pernikahannya dengan Raja Gustav II Adolf.

Melihat kondisi istrinya, Raja Gustav II Adolf sempat menuliskan wasiat bahwa jika dia meninggal ketika ahli warisnya masih di bawah umur, jandanya tidak boleh memiliki pengaruh politik apa pun.

Pada musim gugur 1623, Maria Eleonora melahirkan seorang putri, tetapi bayinya meninggal pada tahun berikutnya.

Pada saat itu, satu-satunya ahli waris laki-laki yang masih hidup adalah Raja Polandia yang dibenci dan putra-putranya. Raja Gustav II Adolf mempertaruhkan nyawanya dalam pertempuran, untuk mempertahankan takhta sambil menanti ahli pewarisnya dengan cemas.

Di musim gugur, Maria Eleonora hamil ketiga kalinya.

Pada Mei 1625, dia bersemangat dan bersikeras menemani suaminya di kapal pesiar kerajaan untuk meninjau armada.

Awalnya semua berjalan aman-aman saja, tetapi badai tiba-tiba hampir menenggelamkan kapal pesiar kerajaan.

Ratu bergegas kembali ke kastil, tetapi ketika dia sampai di sana dia berseru, "Yesus, aku tidak bisa merasakan anakku!"

Tak lama kemudian ia keguguran seorang anak laki-laki yang diharapkan, pewaris takhta Swedia.

Pada 1626, Swedia kembali terlibat perang dengan Polandia, sehingga lagi-lagi Raja Gustav II Adolf harus meninggalkan istrinya.

Namun untuk menghindari kesedihan histeris Maria Eleonora, akhirnya Raja Gustav II Adolf mengajaknya bergabung di Livonia setelah Polandia dikalahkan pada Januari 1626.

Pada April 1626, Maria Eleonora ternyata hamil lagi dan para astrolog meramalkan kelahiran seorang putra ahli waris.

Selama jeda perang, Gustav II Adolf segera kembali ke Stockholm untuk menunggu kelahiran bayinya.

Pada 7 Desember 1626, bayi Raja Gustav II Adolf dan Maria Eleonora lahir. Namun, di luar ekspektasi.

Bayi itu lahir dengan bulu seperti domba yang menutupi kepala hingga lututnya, menyisakan wajah, lengan, dan kaki di bawah lutut.

Bayi itu juga memiliki hidung besar yang ditutupi dengan rambut. Jadi, diasumsikan bayi itu laki-laki. Namun pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa bayi itu perempuan.

Setelah lahir bayi itu diserahkan kepada saudara tiri raja, Katharina (1584-1638), untuk memberi tahu dia bahwa anak itu perempuan.

Katharina membawa bayi perempuan itu dalam pelukannya agar raja melihat dan mengetahui sendiri kondisi putrinya, yang tidak berani saudaranya katakan.

"Dia akan menjadi pintar," demikian komentar singkat yang diucapkan Raja Gustav II Adolf, seperti yang dikutip dari New World Encyclopedia.

Kekecewaannya tidak berlangsung lama dan raja itu memutuskan bahwa bayi perempuan tersebut diberi nama Christina, seperti neneknya.

Raja kemudian memberi perintah agar kelahiran Christina diumumkan dengan segala upacara penyambutan seperti yang dilakukan pada ahli waris laki-laki.

Raja Gustav II Adolf yang berusia 33 tahun saat itu masih memiliki sedikit harapan untuk memiliki anak lagi. Namun, kesehatan sang ratu sepertinya tidak mendukung.

Untuk waktu beberapa lama, Raja dan pengadilan tidak memberi tahu Ratu Maria Eleonora tentang kondisi sebenarnya anak keempat yang ia lahirkan.

Saat hari itu tiba, sang ratu pun berteriak, "Alih-alih seorang putra, saya diberi seorang putri, gelap, dan jelek, dengan hidung besar dan mata hitam. Ambil dia dari saya, saya tidak akan memiliki monster seperti itu!"

Kecewa berat dan menderita depresi pasca-melahirkan, Ratu Maria Eleonora sangat membenti Putri Christina. Beberapa kali sejarah menceritakan bahwa ratu berusaha untuk menyakitinya.

Di masa kecilnya, Putri Christina berulang kali mengalami kecelakaan. Suatu kali sebuah balok jatuh secara misterius ke ayunannya.

Di lain waktu, Putri Christina juga mengalami keelakaan yang membuatnya jatuh dari tangga. Pada kesempatan lain, pengasuh sang putri disalahkan karena menjatuhkan bayi tersebut ke lantai berbatu, yang membuat bahunya bungkuk permanen.

Pada 1632, Raja Gustav II Adolf menggambarkan istrinya sebagai "wanita yang sangat sakit."

Sejarah mencatat bahwa ada beberapa alasan tentang kondisi "sangat sakit" pada Ratu Maria Eleonora.

Dia telah kehilangan 3 bayi, ia juga masih merasa dirinya sebagai orang asing yang terisolasi di negeri yang tidak bersahabat. Terlebih lagi sekitar 1627, saudara laki-lakinya bergabung dengan musuh Swedia.

Sementara itu, nyawa suaminya selalu terancam, saat menjalankan kampanye militer.

Pada 1627, Gustav II Adolf sakit dan terluka. Dua tahun kemudian, raja melarikan diri di Stuhm.

Berbeda dengan sang ratu, Gustav II Adolf berusaha mengabdikan diri untuk putrinya dan mencoba membesarkan Christina sebagai anak laki-laki.

Pada usia 2 tahun, Putri Christina bertepuk tangan dan tertawa kegirangan ketika meriam besar Kastil Kalmar diledakkan sebagai penghormatan kerajaan.

Setelah itu, Gustav II Adolf sering membawa putri kecilnya dalam kegiatan tinjauan militer.

Maria Eleonora hanya menunjukkan sedikit kasih sayang untuk Putri Christina, sehingga ia tidak diizinkan mengasuhnya.

Sang Putri ditempatkan dalam perawatan saudara tiri Gustav II Adolf, Katharina, dan Kanselir, Axel Oxenstierna.

Pada 1630, Gustav II Adolf percaya bahwa rancangan Habsburg untuk supremasi Baltik mengancam keberadaan Swedia dan juga kebebasan beragamanya. Sehingga tak lama kemudian, sang raja harus kembali ke medan perang.

Sebelum pergi perang, Raja Gustav II Adolf berpesan kepada Axel Oxenstierna.

Raja itu mengakui, "Jika sesuatu terjadi pada saya, keluarga saya akan pantas mendapatkan belas kasihan Anda...ibu yang kurang akal sehat, putrinya di bawah umur... Putus asa jika mereka memerintah, dan berbahaya jika orang lain datang untuk memerintah atas mereka."

Kematian Raja Gustav II Adolf dan kemalangan Ratu Maria Eleonora

Pada awal November 1630, Raja Gustav II Adolf pergi ke Erfurt untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Maria Eleonora, yang telah berada di Jerman sejak musim dingin sebelumnya.

Dalam pertempuran Lützen, raja yang berusia 39 tahun tersebut tertembak dari belakang oleh musuh setelah jatuh dari kudanya.

Pada 1633, Maria Eleonora kembali ke Swedia dengan tubuh suaminya yang dibalsem. Di Nyköping, Putri Christina yang berusia 7 tahun datang dengan prosesi khidmat ke kapal untuk dipertemukan dengan ibunya.

"Saya memeluk Ratu, ibu saya, dia menenggelamkan saya dengan air matanya dan praktis membekap saya dalam pelukannya," demikian tulisan Putri Christina, yang tercatat dalam sejarah.

Selama lebih dari setahun sejak itu, Maria Eleonora membawa Putri Christina dalam pengasingan yang diselimuti duka mendalam ibunya.

Maria Eleonora hidup dengan menghindari cahaya, membuat kamar-kamar di rumah pengasingan mereka gelap hanya diterangi lilin.

Maria Eleonora membuat putrinya tidur dengannya di tempat tidur yang terdapat hati Raja Gustav II Adolf digantung di peti mati emas.

Keadaan itu membuat Putri Christina yang terlahir cacat mengalami sakit parah. Muncul bisul di payudara kirinya, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan demam tinggi hingga bisul itu pecah.

Pada musim panas 1634, prosesi pemakaman Raja Gustav II Adolf akhirnya dilakukan di Stockholm.

Selama sisa hidupnya, Maria Eleonora dengan menyedihkan menyimpan kenangan tentang suaminya. Dia akan menangis berjam-jam bahkan berhari-hari.

Ketika dewan wilayah mencoba memisahkan Putri Christina dari ibunya, Maria Eleonora menangis dan memprotes dengan sangat histeris, sehingga tidak ada yang bisa dilakukan.

Pada 1636, Maria Eleonora dibawa ke kastil Gripsholm dan secara resmi kehilangan hak asuh sebagai orang tua untuk putrinya, karena kondisi mentalnya yang benar-benar tidak stabil.

Pada Oktober 1650, Maria Eleonora dengan bangga menghadiri upacara penobatan putrinya menjadi Ratu Swedia, yang sempat tertunda.

Hanya 4 tahun menjabat, pada 1654, Ratu Christina mengundurkan diri dari jabatannya setelah ia memutuskan untuk masuk agama Katolik. Ia menyerahkan takhta kepada sepupunya, Charles Gustav.

Maria Eleonora diceritakan tidak dapat memahami tindakan putrinya dan ia memikirkan dampak keuangannya sendiri ke depan.

Namun, Christina dan Charles Gustav berjanji kepada Maria Eleonora bahwa hidupnya akan dijamin.

Maria Eleonora sedih dengan seluruh situasi saat itu, yang diungkapkannya ketika sepupunya berkunjung di kediamannya di Nyköping pada April 1654.

Maria Eleonora itu meninggal pada tahun berikutnya, saat putrinya sedang melakukan tur keliling Eropa dengan mengenakan jas pria.

https://www.kompas.com/global/read/2021/10/21/164742570/kisah-kemalangan-ratu-maria-eleonora-dan-kekejamannya-pada-sang-putri

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke