WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengakui bahwa Kementerian Pertahanan AS terkejut karena tentara Afghanistan bisa runtuh seketika.
Hal tersebut disampaikan Austin kepada Kongres AS pada Selasa (28/9/2021) sebagaimana dilansir Reuters.
Sebagaimana diketahui, Taliban dengan cepat menguasai beberapa wilayah Afghanistan setelah mayoritas pasukan asing ditarik mundur.
Puncaknya, pada 15 Agustus, Taliban berhasil menduduki Kabul. Ini memaksa pemerintah asing kelabakan melakukan evakuasi warganya atau orang yang bekerja untuknya dengan tenggat waktu 31 Agustus.
Sejumlah anggota Senat AS dari Partai Republik menuduh Presiden AS Joe Biden berbohong tentang rekomendasi dari militernya bahwa beberapa pasukan harus berada di Afghanistan.
Bahkan Partai Demokrat mengaku frustrasi dengan kacaunya proses penarikan pasukan dan upaya evakuasi yang menyebabkan beberapa tentara AS tewas akibat serangan bom bunuh.
Sebanyak 13 tentara AS tewas akibat serangan bom bunuh diri yang diklaim ISIS-K pada 26 Agustus di bandara Kabul.
Para tentara AS yang tersisa di Afghanistan mencoba mengamankan upaya evakuasi di bandara Kabul yang pada akhirnya dibantu milisi Taliban, musuh lama AS.
Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley dan Komandan Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie juga mengakui lengah karena Taliban dengan cepat menguasai Afghanistan.
Itu adalah kesaksian publik pertama mereka di Kongres AS sejak Taliban menduduki Kabul bulan lalu.
"Fakta bahwa tentara Afghanistan yang kami dan mitra kami latih kolaps begitu saja, bahkan dalam banyak kasus tanpa melepaskan tembakan, mengejutkan kami semua," kata Austin kepada Senat AS.
McKenzie dan Milley bersaksi bahwa mereka sempat mengusulkan agar setidaknya menempatkan minimal 2.500 tentara di Afghanistan.
Dalam sebuah wawancara pada Agustus, Biden membantah para komandan tersebut telah merekomendasikan penempatan itu.
"Tidak. Tidak ada yang mengatakan itu kepada saya sejauh yang dapat saya ingat,” kata Biden kala itu.
Senator AS dari Partai Republik Joni Ernst mengatakan, keputusan Biden untuk mempertahankan perjanjian penarikan tanpa syarat dari Afghanistan yang disepakati antara mantan Presiden AS Donald Trump dengan Taliban telah menyia-nyiakan pengorbanan AS.
Ernst menuturkan, itu adalah kemenangan politik dengan biaya yang murah bagi Taliban.
"Gugurnya tentara kami, dan kepergian Amerika serta sekutu dari Afghanistan bulan lalu adalah penghinaan sekaligus memalukan yang tidak seharusnya terjadi," kata Ernst.
Senator AS lain dari Partai Republik James Inhofe menggambarkan situasi di Afghanistan sebagai kengerian yang dibuat oleh sang presiden.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, para ahli militer Biden sudah memberikan berbagai sudut pandang tentang Afghanistan.
Psaki menambahkan, Biden percaya jika AS tetap meninggalkan pasukan di Afghanistan, itu berarti perang dengan Taliban.
Milley juga mengingatkan asesmen yang sudah militer AS keluarkan sejak akhir 2020 bahwa penarikan pasukan AS yang dipercepat dan tanpa syarat dapat memicu keruntuhan pasukan dan pemerintah Afghanistan.
https://www.kompas.com/global/read/2021/09/29/091055670/menhan-as-mengaku-terkejut-pasukan-afghanistan-runtuh-di-hadapan-taliban