Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkat “Operation Soccer Balls”, Tim Sepak Bola Putri Afghanistan Dapat Suaka di Portugal

LISABON, KOMPAS.com - Awalnya, kecemasan melanda gadis-gadis dari tim sepak bola putri nasional Afghanistan.

Selama berminggu-minggu, mereka harus berpindah-pindah ke seluruh negerinya, sembari menunggu evakuasi, hingga akhirnya mendapat kabar suaka di Portugal melansir AP pada Rabu (22/9/2021).

Anak-anak lain mungkin bermimpi menjadi dokter, produser film, hingga insinyur. Tapi gadis-gadis di kelompok itu semua mimpi tumbuh menjadi pemain sepak bola profesional.

Pelarian mereka dari negaranya, berawal dari pesan yang sudah dinanti terkait pemberian suaka yang datang dari Portugal, pada Minggu (19/9/2021) pagi.

Sebuah penerbangan charter akan membawa gadis-gadis dan keluarga mereka dari Afghanistan - ke tempat yang tidak mereka ketahui. Bus yang akan membawa mereka ke bandara sudah dalam perjalanan.

“Mereka meninggalkan rumah mereka dan meninggalkan segalanya,” kata Farkhunda Muhtaj, kapten tim nasional wanita Afghanistan dari rumahnya di Kanada kepada AP.

Dia menghabiskan beberapa minggu terakhir untuk berkomunikasi dengan gadis-gadis itu dan bekerja untuk membantu mengatur penyelamatan mereka.

“Mereka tidak dapat membayangkan bahwa mereka keluar dari Afghanistan.”

Sejak penarikan AS dari Afghanistan, gadis-gadis (usia 14-16), dan keluarga mereka, telah mencoba untuk pergi.

Mereka takut akan seperti apa hidup mereka di bawah Taliban. Bukan hanya karena wanita dan anak perempuan dilarang berolahraga, tetapi karena mereka adalah advokat untuk anak perempuan dan anggota aktif komunitas mereka.

Minggu (19/9/2021) malam, mereka mendarat di Lisbon, Portugal.

Operation Soccer Balls

Dalam wawancara dengan AP minggu ini, Muhtaj, anggota tim sepak bola, beberapa anggota keluarga mereka, dan staf federasi sepak bola, berbicara tentang hari-hari terakhir mereka di Afghanistan.

Upaya internasional berhasil menyelamatkan keluar dari Afghanistan, dan memberikan janji kebebasan baru bagi mereka.

Misi penyelamatan itu disebut “Operation Soccer Balls”, dan dikoordinasikan melalui koalisi internasional mantan pejabat militer dan intelijen AS, Senator AS Chris Coons, sekutu AS, dan kelompok kemanusiaan, menurut Nic McKinley, seorang veteran CIA dan Angkatan Udara.

“Ini semua harus terjadi dengan sangat, sangat cepat. Kontak kami di darat memberi tahu kami bahwa kami memiliki waktu sekitar tiga jam, Waktu sangat penting,” kata McKinley yang jugu mendirikan DeliverFund, sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan perumahan untuk 50 keluarga Afghanistan.

Operasi Bola Sepak mengalami sejumlah kemunduran, termasuk beberapa upaya penyelamatan yang gagal, dan pemboman bunuh diri yang dilakukan oleh militan ISIS, saingan Taliban, di bandara Kabul yang menewaskan 169 warga Afghanistan dan 13 anggota layanan AS.

Upaya penyelamatan menjadi rumit karena jumlah kelompok yang relatif besar, yakni 80 orang, termasuk 26 anggota tim pemuda serta orang dewasa dan anak-anak lain, termasuk bayi.

Robert McCreary, yang membantu memimpin upaya untuk menyelamatkan tim sepak bola putri Afghanistan, mengatakan Portugal memberikan suaka kepada para gadis dan keluarga mereka.

“Dunia bersatu untuk membantu gadis-gadis ini dan keluarga mereka. Gadis-gadis ini benar-benar simbol cahaya bagi dunia dan kemanusiaan,” kata McCreary, yang juga mantan kepala staf kongres dan pejabat Gedung Putih di bawah Presiden George W Bush.

Ketika gadis-gadis itu harus berpindah-pindah untuk menghindari Taliban, Muhtaj, yang juga seorang guru, mengatakan dia membantu mereka tetap tenang. Salah satunya dengan latihan virtual dan sesi yoga.

Mereka juga mendapat tugas pekerjaan rumah, termasuk menulis otobiografi.

Saat itu dia mengaku tidak bisa berbagi rincian tentang misi penyelamatan itu dengan gadis-gadis atau keluarga mereka. Dia pun meminta mereka untuk percaya padanya dan orang lain "secara membabi buta."

“Kondisi mental mereka memburuk. Banyak dari mereka yang rindu kampung halaman. Banyak dari mereka merindukan teman-teman mereka di Kabul,” kata Muhtaj.

“Mereka memiliki iman tanpa syarat. Kami telah menghidupkan kembali semangat mereka.”

Beberapa gadis berbicara kepada AP melalui seorang penerjemah. Mereka mengatakan mereka ingin terus bermain sepak bola, sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan saat bersembunyi dari taliban.

Mereka juga berharap untuk bertemu superstar sepak bola Cristiano Ronaldo, pemain depan Manchester United dan penduduk asli Portugal.

Wida Zemarai, penjaga gawang dan pelatih tim nasional sepak bola wanita Afghanistan yang pindah ke Swedia, setelah Taliban naik ke tampuk kekuasaan pada 1996, mengatakan gadis-gadis itu emosional setelah mereka diselamatkan.

“Mereka bisa bermimpi sekarang,” kata Zemarai. “Mereka bisa terus bermain sepak bola.”

Taliban mencoba menghadirkan citra baru, menjanjikan amnesti kepada mantan lawan dan mengatakan mereka akan membentuk pemerintahan yang inklusif.

Banyak orang Afghanistan tidak mempercayai janji-janji itu, khawatir Taliban akan segera menggunakan taktik brutal dari aturan 1996-2001 mereka, termasuk melarang anak perempuan dan perempuan bersekolah dan bekerja.

Minggu ini, Taliban mendirikan sebuah kementerian untuk “penyebaran kebajikan dan pencegahan kejahatan” di gedung yang pernah menjadi tempat Kementerian Urusan Wanita, tanda terbaru pembatasannya pada hak-hak perempuan.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/27/164442370/berkat-operation-soccer-balls-tim-sepak-bola-putri-afghanistan-dapat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke