Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejak Taliban Berkuasa, Jemaah yang Shalat di Masjid Makin Banyak

KABUL, KOMPAS.com - Taliban kembali merebut kekuasaan di Afghanistan sejak 15 Agustus setelah merebut Ibu Kota Kabul secara damai.

Pemerintahan Afghanistan dengan sendirinya ambruk karena ditinggal pergi presidennya, Ashraf Ghani ke Uni Emirat Arab (UEA).

Pasukan ASdan sekutu resmi meninggalkan Afghanistan setelah 20 tahun berperang di negara itu di ujung 30 Agustus, satu menit menjelang tanggal berganti menjadi 31 Agustus, yang telah ditetapkan Presiden AS Joe Biden sebagai tenggat untuk menarik keluar pasukannya dari sana.

Begitu Taliban kembali berkuasa, banyak orang Afghanistan takut kelompok yang belum diakui Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat itu akan menerapkan ajaran Islam yang taat.

Banyak orang Afghanistan menolak pemberlakuan hukum Islam dan mereka trauma atas pemerintahan Taliban sebelumnya selama lima tahun, dari 1996 sampai pasukan AS menggulingkan kekuasaan mereka pada 2001.

Orang-orang yang trauma pada Taliban kemudian memutuskan keluar dari Afghanistan bersama orang-orang asing, yang secara bergegas meninggalkan negara itu.

Mereka yang tidak terangkut pergi atau tidak bisa pergi bertahan dengan diliputi kecemasan dan rasa was-was.

Namun di luar itu, ada imbas lain dari konflik di Afghanistan pasca keluarnya pasukan AS dan pasukan asing lainnya dari negara itu. Bagi Muslim Afghanistan yang taat, mereka lega karena kini bisa kembali menjalankan perintah agama dengan beribadah ke masjid.

Pada 3 September, Jumat pertama sejak pasukan AS hengkang dari Afghanistan, masjid-masjid di Kabul ramai dihadiri jemaah. Pada hari itu, ratusan jemaah menghadiri shalat Jumat.

Seorang penduduk Kabul yang baru saja keluar dari masjid seusai mengikuti shalat berjemaah, mengatakan:

“Dulu, sangat sedikit orang yang datang ke masjid karena takut menjadi korban pencopetan. Mungkin hanya ada sekitar 15 orang di masjid untuk mengikuti shalat Subuh. Di beberapa masjid, jumlah jemaah shalat Subuh mungkin jauh lebih sedikit. Sekarang jumlah jemaah sedikit meningkat tetapi orang masih takut. Semua orang mengajukan pertanyaan yang sama: Apakah Taliban sudah datang?”

Sebelumnya, para jemaah mengungkapkan, jumlah orang yang menghadiri shalat di berbagai masjid di negara itu sangat sedikit.

Begitu Taliban kembali, jumlah jemaah meningkat perlahan. Setidaknya di Kabul, menurut mereka, ada alasan utama yang mendorong kenaikan jumlah jemaah, insiden pencopetan selama shalat spontan berhenti sejak Taliban merebut kota itu.

“Dulu orang-orang juga datang ke masjid, dan mereka datang dalam jumlah besar, tetapi sekarang jumlah itu meningkat lagi. Madrasah juga telah dibuka kembali. InsyaAllah, efek (rezim Taliban) terhadap ulama dan orang-orang biasa akan meningkat. Pencurian dan penipuan dalam bisnis juga akan diberesi," ujar penduduk lain, Zakir Ullah,

Taliban belum membentuk pemerintahan, meskipun mereka sudah hampir sebulan resmi kembali berkuasa.

Pemerintahan mereka sebelumnya ditandai dengan hukuman yang keras. Mereka juga melarang anak-anak perempuan bersekolah dan melarang kaum perempuan kuliah atau bekerja.

Banyak orang Afghanistan dan pemerintah asing khawatir Taliban kembali akan menerapkan praktik seperti itu.

Taliban menyatakan bahwa mereka telah berubah tetapi tidak jelas apa maksud perubahan itu dan sejauh ini mereka belum menjelaskan peraturan yang akan mereka terapkan.

"Kami adalah pekerja, tetapi sejak Amir Muslim (Taliban) datang, kami tidak bekerja. Kami meminta mereka secara resmi segera mengumumkan pemerintahan dan membuka lapangan pekerjaan," ujar penduduk Kabul, Jan Agha.

Badan-badan bantuan mengatakan Afghanistan menghadapi bencana kemanusiaan di tengah krisis ekonomi yang disebabkan oleh konflik, kekeringan, dan pandemi Covid-19.

Sekitar 18 juta warga Afghanistan, kira-kira setengah dari populasi, sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut para ahli Uni Eropa.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/11/213836270/sejak-taliban-berkuasa-jemaah-yang-shalat-di-masjid-makin-banyak

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke