Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanpa AS, Pasukan Khusus Afghanistan Akui Kondisi Sulit dan Terus Terpojok Lawan Taliban

KABUL, KOMPAS.com - Dilatih oleh AS dan dilengkapi dengan peralatan canggih, pasukan khusus Afghanistan adalah senjata garis depan melawan Taliban, tetapi berkurangnya dukungan militer AS telah membuat posisi mereka terpojok.

Dengan berakhirnya kehadiran pasukan AS di Afghanistan secara efektif, serangan cepat Taliban telah melahap wilayah pedesaan yang luas dan mengepung kota-kota yang dikuasai oleh pasukan pemerintah.

Kecepatan dan ruang lingkup kampanye telah menempatkan tekanan besar pada unit-unit elit, yang terus-menerus dikirim ke “tempat-tempat panas”, di mana pasukan reguler menyerah di bawah serangan Taliban.

Kepala Komando Operasi Pasukan Khusus Afghanistan, Mayor Jenderal Haibatullah Alizai, mengatakan pengurangan tajam dukungan udara AS telah menghambat operasi.

"Kondisinya lebih menantang saat ini. Sementara kami berjuang di sebagian besar wilayah, di beberapa garis depan, itu semakin sulit. Tapi kami tidak punya pilihan, ini negara kami," kata Alizai kepada AFP.

Pembunuhan brutal terhadap kelompok elit pasukan khusus pada Juni, setelah bala bantuan gagal terwujud, adalah ilustrasi nyata tentang bagaimana pasukan khusus Afghanistan dengan cepat menemukan diri mereka terisolasi dan dikuasai.

“Tidak pernah kalah”

Mengenakan kacamata penglihatan malam, senapan buatan AS dan peralatan tempur modern lainnya, pasukan khusus Afghanistan mengejutkan Taliban ketika mereka pertama kali muncul pada 2008.

Pelatih AS memuji mereka sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan, yang pada akhirnya dapat membantu pemerintah Afghanistan memberantas Taliban, dan mempercepat keluarnya AS.

"Operasi khusus di Afghanistan telah diciptakan secara unik menurut citra kami sendiri," Todd Helmus, seorang analis RAND Corporation yang menghabiskan waktu bersama tentara di lapangan pada 2013, mengatakan kepada AFP.

"Mereka sangat bagus. Mereka sangat terlatih. Mereka tahu cara menembak, bergerak, dan berkomunikasi."

Di negara di mana pelatihan untuk tentara lokal seringkali belum sempurna, latihan untuk pasukan khusus sangat intensif. Programnya terdiri dari 14 minggu keahlian menembak, taktik regu, serangan udara, dan latihan tembakan langsung.

Kontraktor swasta juga memiliki ‘peran. Sebuah iklan pekerjaan online (yang sekarang sudah kadaluarsa) dipasang oleh raksasa pertahanan AS, Raytheon.

Iklan itu mencari kandidat untuk "mengorganisir, mengatur, memperlengkapi, dan melatih" Ktah Khas (KKA), salah satu divisi pasukan khusus Afghanistan yang paling elit, terdiri dari tentara, polisi, dan intelijen unit agensi.

Dalam satu dekade jumlah mereka telah menggelembung. Dua sumber keamanan mengatakan kepada AFP ada sekitar 56.000 pasukan khusus Afghanistan di seluruh tentara, polisi, dan dinas intelijen.

"Tentara pemberani ini tidak pernah kalah dalam pertempuran. Dan mereka tidak akan pernah kalah," kata komandan pasukan AS di negara itu Jenderal John Nicholson pada 2017, tahun yang sama unit elit pasukan khusus Afghanistan menjadi berita utama karena perannya dalam pembunuhan Abdul Hasib, kepala kelompok radikal di Afghanistan.

Kapada AFP, Mayor Jenderal Alizai mengatakan mereka sekarang dilatih oleh warga Afghanistan lainnya.

Namun analis berpendapat pasukan khusus selalu terlalu bergantung pada bantuan asing, dari pengumpulan intelijen hingga logistik. Alhasil mereka pada dasarnya rentan terhadap penarikan AS dan NATO.

“Kami melihat kegagalan kebijakan itu, sekarang ada pengakuan alami bahwa jelas kami perlu melatih unit-unit ini untuk bertarung sendiri, sehingga mereka tidak membutuhkan kami lagi,” kata Helmus dari RAND.

“Ditinggalkan”

Dengan penarikan AS yang hampir selesai, unit elit pasukan khusus Afghanistan telah menjadi garis pertahanan terakhir melawan kemajuan Taliban.

“Satu-satunya hal yang menurunkan pergerakanTaliban saat ini adalah pasukan khusus dan angkatan udara,” Vanda Felbab-Brown, seorang rekan senior di Brookings Institution, mengatakan kepada AFP.

"Dan mereka digunakan secara berlebihan, mereka hanya diterjunkan dari satu area krisis ke area krisis lainnya -- memadamkan api tanpa benar-benar mematikannya."

Pengerahan cepat baru-baru ini telah mempertahankan Qala-i-Naw, ibu kota provinsi pertama yang diserang oleh Taliban sejak pasukan asing mulai ditarik pada Mei, serta Kandahar selatan dan Herat barat, untuk mencegah jatuhnya ibu kota provinsi di sana.

Di titik-titik panas ini, pasukan khusus Afghanistan sering mendapati diri mereka kewalahan dan tanpa penguatan lokal.

Pada Juni, satu unit yang terdiri dari sekitar dua lusin pasukan khusus, yang dikirim untuk memperkuat pertahanan lokal yang lesu, dilumpuhkan oleh Taliban di provinsi utara Faryab.

Rekaman yang diunggah online menunjukkan mereka dieksekusi setelah menyerah.

Di antara mereka yang tewas adalah Mayor Sohrab Azimi, seorang bintang yang sedang naik daun di tentara Afghanistan. Kematiannya memicu kemarahan publik atas ketidakmampuan militer yang semakin terasa.

Ayahnya, pensiunan Jenderal Zahir Azimi, menggunakan media sosial untuk menuduh para pejabat gagal memberikan dukungan yang cukup kepada unit putranya.

"Dalam kasus ini, pasukan operasi khusus ditinggalkan begitu saja oleh tentara reguler," kata Felbab-Brown dari Brookings. "Mereka hanya membiarkan komando ‘tecabik-cabik’."

Ada kekhawatiran bahwa hasil brutal seperti itu menjadi kebiasaan, karena tentara Afghanistan menyerahkan lebih banyak wilayah kepada Taliban dan pasukan khusus dikerahkan untuk memerangi pertempuran dan semakin putus asa.

Tapi Mayor Jenderal Alizai menegaskan pasukannya bisa bertahan.

"Setiap hari kita kehilangan orang-orang hebat, orang-orang hebat, perwira yang sangat baik, NCO dan tentara," katanya.

"Itu tidak akan mempengaruhi moral siapa pun... kami siap menerima lebih banyak pengorbanan."

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/04/170746870/tanpa-as-pasukan-khusus-afghanistan-akui-kondisi-sulit-dan-terus-terpojok

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke