WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Ketika ratusan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerbu Capitol Hill pada Rabu (6/1/2021), sejumlah politikus menarik perbandingan antara tanggapan polisi dengan protes Black Lives Matter tahun lalu.
Pada Mei 2020, seorang pria kulit hitam, George Floyd, tewas setelah seorang petugas polisi Minneapolis menekan leher Floyd dengan lututnya.
Kematian Floyd merupakan manifestasi yang memuncak atas perlakuan rasialisme di AS sehingga memicu aksi protes yang menjalar di seluruh penjuru negeri, termasuk di Ibu Kota AS, Washington DC.
Ketika aksi protes menentang rasialisme tersebut merebak, polisi menemui pengunjuk rasa dengan gas air mata, kekerasan, dan penangkapan.
Di sisi lain, beberapa pihak yang mengatakan bahwa polisi menanggapi penyerbuan di Capitol Hill dengan cara yang berbeda sebagaimana dilansir dari CNN.
Gerakan Black Lives Matter Global Network, salah satu organisasi terkenal yang berjuang untuk kesejahteraan orang kulit hitam, menggambarkan penyerbuan Capitol Hill sebagai "kudeta".
Kelompok itu mengatakan tanggapan atas aksi tersebut adalah satu lagi contoh hipokrisi mengenai tanggapan aparat penegakan hukum di AS terhadap aksi protes.
Dilansir dari CNN, berikut sekilas perbedaan antara penyerbuan Capitol Hill dengan demo Black Lives Matter (BLM) 2020 di AS.
1 Juni 2020
Sebelum Trump membuat pernyataannya di Rose Garden, Gedung Putih, pada Juni 2020, polisi di dekat Gedung Putih melepaskan gas air mata dan menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa.
Aksi tersebut merupakan upaya membubarkan kerumunan untuk kunjungan yang direncanakan Trump ke Gereja Episkopal St. John.
Sebelumnya, Trump telah mendorong para gubernur negara bagian untuk lebih agresif menargetkan pengunjuk rasa di negara bagian mereka.
Setelah membuat pernyataan di Rose Garden, Trump berjalan melewati pengunjuk rasa ke gereja untuk berfoto.
Sedangkan pada aksi unjuk rasa di Capitol Hill, pendukung Trump menerabas pagar besi dan masuk ke Gedung Capitol. Setelah itu mereka berjalan di seluruh kompleks selama beberapa jam.
Trump lantas mengarahkan Garda Nasional ke Washington DC bersama dengan layanan perlindungan federal lainnya menurut Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany.
Menurut Kementerian Pertahanan AS, seluruh personel Garda Nasional di Washington DC telah dikerahkan.
Seorang pejabat penegak hukum federal mengatakan kepada CNN bahwa Garda Nasional di Washington DC memang belum dikerahkan untuk mengantisipasi aksi di Capitol Hill hingga para demonstran benar-benar menerabas gedung.
2 Juni 2020
Personel Garda Nasional di Washington DC bersenjata dan mengenakan seragam kamuflase menanggapi aksi protes Black Lives Matter pada 2 Juni 2020.
Mereka berdiri dan berbaris di tangga Lincoln Memorial Juni 2020, saat kerumunan demonstran mengadakan protes damai setelah beberapa hari demonstrasi.
Sedangkan saat penyerbuan di Capitol Hill pada Rabu, demonstran telah berhasil masuk ke dalam Gedung Capitol sebelum Garda Nasional dikerahkan di Washington DC.
Ratusan pengunjuk rasa pendukung Trump pada Rabu menyerbu Gedung Capitol dan memenuhi tangga gedung.
Dalam beberapa gambar, petugas terlihat menyebarkan semprotan merica. Gas air mata juga dikerahkan, tetapi tidak jelas apakah oleh pengunjuk rasa atau polisi.
Orang-orang menyeka air mata mereka saat batuk.
3 Juni 2020
Pada 3 Juni 2020, pengunjuk rasa di Washington DC berulang kali menghadapi gas air mata. Banyak yang ditahan. Dalam satu hari aksi protes, polisi menangkap 88 orang.
Sebagai perbandingan, Kepala Departemen Kepolisian Washington DC Robert Contee mengatakan pada Rabu malam bahwa polisi telah melakukan 52 penangkapan.
Sebanyak 26 penangkapan dari 52 penangkapan itu di halaman Gedung Capitol.
https://www.kompas.com/global/read/2021/01/07/182240670/beda-penanganan-polisi-di-kerusuhan-capitol-hill-dan-demo-blm-jadi