Thailand Klaim Sita Narkoba Senilai Hampir Rp 14 Triliun, Ternyata Bahan Pembersih

Sebab berdasarkan pemeriksaan di laboratorium, zat itu ternyata trisodium fosfat, substansi yang termasuk dalam bahan pembersih.

Menteri Kehakiman Somsak Thepsuthin sontak menyebut terjadi "kesalahan teknis", sementara kehakimannya menyatakan "terdapat kesalahpahaman".

Penegak hukum pada awal November mengumumkan menyita ketamine, dan mendeklarasikannya sebagai penyitaan terbesar di Thailand.

Ketamina pada dasarnya digunakan untuk anaestesi. Namun efek halusinogen yang ditimbulkan membuat zat ini disalahgunakan sebagai "narkoba pesta".

Diwartakan BBC Rabu (25/11/2020), substansi itu bisa menyebabkan kerusakan pada tubuh hingga kematian jika digunakan secara serampangan.

Sementara trisodium fosfat, substansi yang berbentuk bubuk putih, biasanya digunakan untuk pembersih noda atau aditif pada makanan.

"Ini adalah kesalahpahaman yang kementerian kami harus terima," kata Somsak dikutip Bangkok Post. Dia menuturkan terdapat kesalahan di lapangan.

Dia menjelaskan klaim itu muncul setela berdasarkan hasil awal, muncul warna ungu yang menunjukkan ketamine hidroklorida.

Namun di sisi lain, warna ungu juga menunjukkan kandungan trisodium fosfat, sehingga dilakukan pemeriksaan di laboratorium untuk memastikannya.

Hasilnya, Kantor Badan Pengendalian Narkotika (ONCB) menyatakan bahwa 66 sak yang ditemukan, di mana nilainya diklaim hampir Rp 14 triliun, ternyata bahan pembersih.

Narkoba itu ditemukan oleh aparat "Negeri Gajah Putih" pada 12 November di sebuah gudang setelah mereka menerima laporan dari Taiwan.

Sekretaris Jenderal ONCB Wichai Chaimongkhol menerangkan, bubuk putih yang mereka temukan mempunyai berat hampir 11,5 ton.

"Ini menjadi penyitaan narkoba terbesar yang pernah terjadi di Thailand," ujar Wichai dalam konferensi pers seperti dikutip The Nation.

Tak lama setelah itu, Menteri Somsak mengakui bahwa mereka terlalu prematur untuk menggelar konferensi pers dan mengeklaim keberhasilan.