KUWAIT CITY, KOMPAS.com - Sejak Januari, banyak petani di Afrika Timur menyaksikan lahan mereka dikepung oleh ratusan miliar belalang.
Melansir Euronews, serbuan serangga itu mengancam panen dan mata pencarian. Tak hanya wilayah Afrika Timur, Argentina, Paraguay dan Pakistan juga mengalami nasib serupa.
Di negara bagian Teluk Kuwait, warganya menghidupkan kembali praktik makanan kuno dengan memakan serangga yang merusak itu.
Adil Al Hareidi yang berusia 41 tahun telah mengumpulkan dan menjual belalang selama 22 tahun terakhir.
Dia menjual sebesar 30 dollar AS (sekitar Rp 443 ribu) untuk satu kantong belalang hidup di Souq al Faga, atau Pasar Truffle, di Kota Kuwait.
Kebiasaan lama
Terlepas dari penurunan popularitas menu 'belalang' baru-baru ini, makan belalang pernah menjadi hal yang biasa di Kuwait, Yaman dan Arab Saudi, kata Al Hareidi sebagaimana dikutip Inspire Middle East.
“Ini (belalang) adalah sesuatu yang enak sejak zaman nenek moyang kita,” kenang penjual belalang itu, menjelaskan bagaimana serangga tersebut dapat disimpan sebagai makanan hingga satu tahun.
Al Hareidi mencatat bahwa belalang berkualitas tinggi belum ditemukan di Kuwait sejak tahun 1970-an akibat urbanisasi dan penggunaan pestisida pertanian.
Akibatnya, untuk memenuhi permintaan, dia melakukan perjalanan mingguan ke Arab Saudi untuk mencari spesies belalang gurun bertanduk pendek atau belalang dengan famili Acrididae.
Belalang betina, yang dikenal sebagai 'mukun' dalam dialek Kuwait, cenderung lebih besar dan berisi daripada belalang jantan.
Harga belalang betina pun lebih tinggi di pasar terbuka, menurut Al Hareidi.
Serangga dengan tekstur 'renyah'
Habib Khan (65), seorang pria di Kuwait telah makan belalang setiap minggu sejak dia masih kecil.
Belalang betina adalah kesukaannya, karena telurnya yang kuning, yang menurutnya memberi cita rasa yang lebih manis.
Khan mengatakan bahwa cara memasaknya sederhana, namun, memasukkan belalang yang lincah ke dalam panci berisi air mendidih bisa menjadi tantangan tersendiri.
Metodenya adalah dengan merebus belalang selama sekitar 30 menit, sebelum dipanggang atau dibakar hingga garing.
Khan juga memiliki resep favorit keluarga, yaitu mencampur belalang panggang dengan kurma dan pasta wijen.
Menurut Khan, rasanya seperti pistachio.
Sementara generasi muda Kuwait, terkadang lebih suka memakan belalang dengan cara tersebut, katanya kepada Euronews.
“Sekarang, orang-orang ketakutan. Generasi baru tidak suka makan belalang,” kata Khan, seraya menambahkan bahwa dia berharap tren makan belalang akan kembali hits.
Serangga yang bisa dimakan
Menurut laporan PBB, beberapa serangga diidentifikasi dapat dimakan sebagai salah satu solusi potensial untuk ketahanan pangan. Berdasarkan laporan itu, sebanyak 2 miliar orang di dunia mengonsumsi serangga.
PBB menambahkan bahwa serangga adalah sumber protein, vitamin, dan asam amino berkualitas tinggi bagi manusia.
Mereka juga dianggap baik untuk planet ini karena menggunakan lebih sedikit tanah dan air untuk tumbuh dibandingkan dengan ternak tradisional.
Apalagi, ada sekitar 2.000 jenis sumber pangan alternatif yang bisa dimakan.
Di Eropa, dengan menggunakan sentuhan gastronomi tradisional, ulat mealworm sedang disiapkan di beberapa restoran Perancis sebagai menu hidangan.
Sedangkan di Italia, kuliner dengan menu utama serangga atau dikenal dengan ento-experience, juga dilaporkan sedang populer.
Cacing untuk kesuburan lahan
Seorang peternak asal Kuwait, Khalid Al Younis percaya bahwa ulat maupun cacing memiliki potensi selain untuk ketahanan pangan.
Dia menggunakan cacing jenis annelida untuk mencoba mengembangkan tanah pertanian gersang di negaranya menjadi padang rumput subur yang bisa ditanami.
Melalui saluran YouTube dan halaman Instagram-nya, dia mendorong generasi muda untuk melakukan hal yang sama di rumah, dengan menggunakan sampah organik yang dapat didaur ulang.
“Lima tahun lalu, kami menghadapi banyak orang yang merasa jijik dengan gagasan tentang cacing dan banyak dari mereka memblokir kami di media sosial,” kata Al Younis.
Namun begitu banyak dari mereka yang mengetahui tentang vermikomposting, atau proses penguraian sampah menggunakan cacing sehingga,
“Mereka berubah pikiran dan mereka jadi berlangganan (channel) kami,” ucap pemuda yang dijuluki 'Abou Al Doud', atau 'Father of Worms', oleh penggemarnya. “Dan mereka membeli cacing untuk praktik di rumah mereka."
https://www.kompas.com/global/read/2020/09/02/150026370/belalang-dan-ulat-bantu-ketahanan-pangan-di-kuwait-ini-faktanya