Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Emisi Gas Berbahaya di AS Lebih Banyak Ditimbulkan oleh Para Orang Kaya

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah studi komprehensif tentang emisi gas karbon di perumahan Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa rumah kalangan orang kaya menghasilkan gas hampir 25 persen lebih tinggi dibandingkan rumah kalangan orang miskin.

Para peneliti tersebut mempelajari 93 juta unit rumah di AS untuk menganalisis seberapa banyak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan di berbagai lokasi berbeda berdasarkan pendapatan pemilik rumah.

Studi ini dirilis pada Senin (20/7/2020) di Proceedings of the National Academy of Sciences, yang menyebutkan bahwa emisi gas karbon perumahan mengandung hampir seperlima gas yang memicu pemanasan global akibat pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam.

Melansir New York Post pada Selasa (21/7/2020), penelitian tersebut menemukan data bahwa pengeluaran emisi gas rumah kaca dari penggunaan energi rata-rata rumah orang berpendapatan tinggi adalah 6.482 pon (2940,186 kilogram) per tahun.

"Angka-angka itu tidak berbohong. Angka-angka itu menunjukkan bahwa orang yang lebih kaya, ada kecenderungan rumah mereka lebih besar dan emisi gas rumah kaca mereka cenderung lebih tinggi," kata pemimpin penelitian, Benjamin Goldstein, seorang ilmuwan lingkungan di University of Michigan.

Orang yang tinggal di Beverly Hills rata-rata menghasilkan gas rumah kaca 4 kali lebih banyak dibandingkan orang yang tinggal di South Central Los Angeles, yang memiliki penghasilan rata-rata lebih rendah.

Begitu juga di Massachusetts yang merupakan permukiman orang berpenghasilan tinggi di Sudbury, diketahui rata-rata gas rumah kaca yang dihasilkan di udara sebanyak 9.700 pon (4399,84 kilogram) setiap tahun.

Sementara rata-rata orang yang tinggal di lingkungan Dorchester yang jauh lebih miskin di Boston menghasilkan gas rumah kaca di udara sebesar 2.227 pon (1010,15 kilogram) per tahunnya.

"Hasil studi ini adalah pesan utama tentang pola pembentukan emisi. Saya pikir studi ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang keadilan masyarakat yang memiliki ketimpangan pendapatan yang sangat besar," ujar profesor kebijakan iklim University of California San Diego, David Victor.

Seorang dokter ruang gawat darurat dari Boston dan peneliti kesehatan iklim dari Harvard yang bukan bagian dari studi ini, Dr Renee Salas mengatakan bahwa meski orang kaya AS yang menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca, tapi orang miskinlah yang lebih terekspos bahaya krisis iklim yang terjadi.

Mereka dapat terpapar gelombang panas dari emisi gas rumah kaca yang menimbulkan penyakit medis kronis, yang tidak mampu mereka cegah maupun obati karena akses kesehatan yang terbatas.

Profesor Kesehatan Lingkungan dan Epidemiologi di University of Maryland, Salas dan Sacoby Wilson, yang juga bukan bagian dari studi ini, mengatakan besarnya tingkat gas rumah kaca yang dihasilkan di lingkungan rumah orang kaya, dikarenakan minimnya jumlah pohon dan lebih banyak aspal.

Wilson memperkirakan suhu yang ada di lingkungan orang kaya bisa 10 derajat lebih panas dibandingkan di lingkungan orang miskin .

"Gelombang panas adalah neraka bagi orang miskin," kata Wilson.

Goldstein menghitung angka emisi dengan mengelompokkan 78 persen unit rumah di AS pada 2015, dengan memperhitungkan keadaan rumah, meliputi usia, ukuran, penggunaan pemanas, cuaca, sumber listrik, dan banyak lagi. Kemudian ia bandingkan dengan tingkat pendapatan rata-rata penghuninya.

Sembilan dari 10 negara bagian AS menghasilkan gas emisi terbanyak per orang, yang mana sangat bergantung pada batu bara.

Virginia Barat sejauh ini memimpin sebagai negara yang menghasilkan 10.046 pon (4556,78 kilogram) gas rumah kaca per orang per tahun, diikuti oleh Oklahoma, Wyoming, North Dakota, Kentucky, Missouri, Iowa, Alabama, South Dakota, dan Colorado.

Sementara, California sejauh ini menjadi negara paling hijau dengan produksi 2.715 pon (1231,5 kilogram) gas rumah kaca per orang. Oregon, New York, Utah, Washington, Rhode Island, Massachusetts, Idaho, Connecticut dan New Mexico melengkapi 10 negara bagian terbersih.

Kemudian berdasarkan studi, ada 25 daerah permukiman terbersih dengan emisi gas rumah kaca terendah di California dan New York.

Permukiman terbersih ada di Mission Bay di San Francisco dengan rata-rata gas emisi yang dihasilkan per orang hanya 1.320 pon (598,74 kilogram) setiap tahun.

Sedangkan daerah permukiman yang menghasilkan gas emisi terbanyak tersebar di Colorado, North Carolina, Pennsylvania, Alabama, Louisiana, Wyoming, Maryland, West Virginia, Minnesota, Missouri, Georgia, Arkansas, Indiana, dan Utah.

Daerah permukiman yang menghasilkan gas rumah kaca paling banyak per orang ada di pegunungan di barat Boulder County, Colorado, yang menghasilkan 23.811 pon (10800,48 kilogram) per orang atau 18 kali lebih tinggi daripada di daerah permukiman San Francisco.

Ekonom iklim dari Wesleyan University, Gary Yohe, yang bukan bagian dari studi ini, mengatakan analisis Goldstein membantu mencari solusi terhadap pemanasan global.

"Dengan menawarkan dua target baru untuk tindakan kebijakan atau modifikasi perilaku di luar kebiasaan, yaitu ruang lantai dan kepadatan," kata Yohe.

Namun, Goldstein mengatakan emisi karbon perumahan lebih sulit diubah daripada emisi dari transportasi.

“Saya tidak berpikir kita dapat menyelesaikan ini (solusi gas rumah kaca) berdasarkan pilihan pribadi. Kita membutuhkan transisi struktural skala besar dari infrastruktur energi kita,” tambah Goldstein yang memperhatikan bahwa banyak warga yang menggunakan bahan bakar fosil, yang tidak ramah lingkungan, karena pasokan dari utilitas lokal setempat.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/22/113927570/emisi-gas-berbahaya-di-as-lebih-banyak-ditimbulkan-oleh-para-orang-kaya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke