Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jelang Ramadan, Masjid-masjid di AS Terancam Tutup

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Masjid-masjid di Amerika Serikat (AS) khawatir mereka akan terpaksa menutup secara permanen karena sumbangan dari jemaah terus berkurang selama lockdown.

Imam Jamal Kakar telah menghabiskan 20 tahun terakhir melayani kebutuhan komunitas Muslim Virginia Utara.

Sebelum pandemi virus corona, Jamal Kakar biasanya dapat ditemukan di Madinah Islamic Center di Springfield.

Dia sering mengenakan shalwar kameez (semacam gamis untuk pria) berwarna netral atasan tunik dan celana longgar, dengan rompi gelap dan topi (peci) tradisional, yang dikenal sebagai kufi.

Kakar adalah sosok yang berwibawa dan disukai di antara 170.000 Muslim di Virginia, upayanya sangat penting dalam mendapatkan tempat di masjid dan sebagai pusat budaya.

Tetapi sejak awal Maret, Kakar, seperti kebanyakan orang Amerika lainnya, telah menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah.

Madinah Center, seperti kebanyakan masjid lain di seluruh Amerika Serikat, telah dipaksa untuk tutup saat negara itu mengalami krisis kesehatan publik terburuk dalam satu abad terakhir.

Sama seperti halnya masjid yang tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual jemaah, yang paling menyakitkan adalah tidak adanya shalat jenazah, doa untuk jenazah bagi mereka yang telah meninggal.

Mereka juga telah menghadapi kebutuhan mereka sendiri yang tidak terpenuhi dalam bentuk sumbangan keuangan melalui kotak amal maupun dari jemaah.

Kakar mengatakan kepada Middle East Eye bahwa pusat itu merupakan daerah khusus bagi imigran Pashtun yang sebagian besar dari Afghanistan dan juga Pakistan. Dan sedang berjuang untuk membayar sewa bulanan dan berisiko kehilangan tempat.

Sebelum lockdown, Kakar mengatakan masjid itu berjalan dengan baik, mampu membayar sewa bulanan sebesar 10.000 dolar AS atau setara dengan Rp 155 juta.

Mampu membayar pegawainya, dan juga mengumpulkan dana tambahan untuk menyewa rumah permanen di tempat lain.

Tetapi sejak masjid ditutup untuk membantu memperlambat penyebaran virus corona, secara langsung juga menutup sumber pendanaan utamanya: sumbangan langsung di dalam masjid.

"Kami menghubungi pemiliknya tetapi mereka tidak menunjukkan fleksibilitas," kata Kakar.

"Kami berharap dan berdoa agar kami tidak kehilangan masjid karena ketidakmampuan untuk menutupi biaya bulanan kami."

Dan dengan bulan suci Islam yaitu bulan Ramadan mulai minggu ini, masjid harus tetap ditutup selama sebulan. Itu artinya, sumbangan besar pada tahun ini juga tidak akan ada.

Sementara itu, di Islamic Center of Hawthorne di luar Los Angeles, California, Jawdat Dajani mengatakan bahwa karena masjidnya telah ditutup, mereka kehilangan sekitar 70 persen dana mereka.

"Apa yang kami lihat berbeda, karena secara fisik orang tidak berada di masjid," kata Dajani, yang menjabat sebagai presiden dewan direksi masjid.

Hawthorne, California, adalah daerah dengan warga berpenghasilan menengah ke bawah, dengan pendapatan rata-rata adalah 47.636 dolar AS atau setara dengan Rp 737 juta.

Sedangkan penghasilan rata-rata di AS adalah 61.937 dolar AS atau setara dengan Rp 959 juta.

Dajani mencatat bahwa karena banyak jemaah yang berusia lanjut dan tidak membawa kartu kredit ke masjid, tidak mungkin mereka akan dapat berkontribusi dan menyumbangkan uang secara daring.

"Kami berharap pada akhir April, kami akan memiliki gagasan yang lebih baik (tentang apa yang kami lakukan)," kata Dajani.

Sementara beberapa masjid kecil mengatakan mereka mungkin akan terkena dampak oleh lockdown yang berkepanjangan, bahkan beberapa masjid besar di negara itu dengan aliran dana yang lebih besar telah sangat terdampak.

Untuk Dar al-Hijrah, salah satu masjid yang lebih besar di Virginia Utara, pengeluaran bulanannya yang ada di wilayah sekitarnya adalah 100.000 dolar AS (Rp 1,5 miliar).

Pendanaannya berasal dari berbagai sumber, termasuk sumbangan langsung, hibah dari organisasi bantuan, dan sumbangan dari usaha kecil.

"Ini adalah peristiwa yang mengalir begitu saja, intinya (kondisi ini) adalah di mana penyumbang sedang menderita secara finansial.

Dan karena mereka menderita secara finansial, mereka tidak bisa bermurah hati," Sayf Rahman, pemerintah sekaligus direktur ranah publik di Dar al-Hijrah.

"Jadi ini situasi yang sangat sulit untuk dihadapi," kata Rahman.

Pendanaan stimulan diberikan pada banyak rumah ibadah, bukan hanya untuk masjid, telah sangat terdampak oleh aturan lockdown.

Untuk itu, pemerintah AS mengeluarkan rancangan Undang Undang bantuan darurat bulan lalu yang memberikan pinjaman kepada lembaga-lembaga keagamaan yang membutuhkannya.

RUU itu, yang memberikan dana stimulus untuk usaha kecil, menyediakan 350 miliar dolar AS untuk usaha kecil, termasuk rumah ibadah, yang telah menghadapi kesulitan keuangan karena pandemi virus corona.

RUU itu bahkan memungkinkan masjid yang belum terdaftar sebagai 501 (c) (3) organisasi nirlaba memenuhi syarat untuk pendanaan.

Islamic Center of Greater Cincinnati, sebuah masjid besar di Ohio (ICGC), belum mengambil opsi tetapi telah berhasil mentransisikan sebagian besar programnya secara daring karena masih ditutup.

Masjid itu mampu mempertahankan tenaga kerjanya dan terus memberikan layanan spiritual serta layanan bantuan untuk komunitas yang lebih besar seperti inisiatifnya baru-baru ini untuk menyumbangkan 1.000 masker wajah ke rumah sakit setempat.

Meski demikian, Amir Azhar, ketua dewan masjid, mengatakan terlepas dari semua ini, dia masih menghadapi penurunan besar dalam sumbangan.

"Kami mencoba memberikan pesan kepada masyarakat bahwa banyak pekerjaan masih harus dilakukan dan kami membutuhkan dukungan mereka," kata Azhar.

"Tetapi pada saat yang sama, kita semua mengerti bahwa banyak orang kehilangan pekerjaan dan ini adalah waktu yang sangat tidak menentu secara finansial bagi orang-orang. Jadi kami tidak ingin menjadi tidak peka terhadap situasi mereka."

'Semua orang menderita' dalam komunitas Muslim Amerika yang lebih besar, empat imam mendirikan inisiatif crowdfunding untuk membantu masjid-masjid di seluruh AS sehingga bisa mempertahankan pegawainya.

Sejauh ini, kampanye ini telah mengumpulkan lebih dari 175.000 dolar AS (setara dengan Rp 2,7 miliar) dari sumbangan perorangan dan telah menerima 162.500 dolar AS (setara dengan Rp 2,5 miliar) dana pendamping dari agen-agen bantuan Muslim, dengan total lebih dari 330.000 dolar AS (Rp 5,1 miliar).

Inisiatif ini, yang dihasilkan oleh para imam Yasir Qadhi, Zaid Shakir, Omar Suleiman, dan Suhaib Webb, akan menyumbangkan 5.000 hingga 10.000 dolar AS dalam satu kali hibah untuk masjid-masjid di AS.

"Dampaknya (corona) pada masjid atau pusat Islam kami, dan khususnya para imam dan anggota staf kami, adalah sumber rasa sakit bagi kita semua," kata kampanye itu di situs penggalangan dana.

"Ini bukan masalah yang bisa ditangani oleh satu organisasi."

Bahkan dengan bantuan yang tersedia untuk masjid-masjid yang terkena dampak krisis keuangan yang disebabkan oleh pandemi, lembaga-lembaga agama akan mendapatkan dampak finansial yang besar karena mereka harus terus menutup pintu mereka menjelang bulan suci Islam Ramadan.

Pada bulan Ramadan, donasi atau sumbangan biasanya mencapai angka tertinggi dalam setahun.

Pada malam ke 27 bulan itu, yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Laylatul Qadr atau malam Qadr, banyak masjid mengambil bagian dalam penggalangan dana terbesar mereka tahun ini.

Untuk beberapa orang seperti Madinah Center di Virginia, bulan Ramadan membantu mengumpulkan cukup uang untuk menutupi sebagian besar pengeluaran tahunan.

"Jadi kami berpikir bagaimana kami dapat mempertahankan untuk beberapa bulan mendatang sekarang dengan aturan tinggal di rumah sampai Juni. Dan itu akan sangat sulit," kata Kakar.

ICGC di Ohio dan Islamic Center of Hawthorne di California mengatakan mereka berencana menjadi tuan rumah penggalangan dana virtual untuk malam itu, karena mereka tidak dapat melewatkan donasi yang diterima bahkan jika angkanya tidak sama dengan apa yang mereka kumpulkan tahun lalu.

Dajani mencatat bahwa masjid seharusnya tidak mendorong komunitas mereka terlalu keras untuk mendapatkan dana karena orang-orang menghadapi kesulitan keuangan.

"Kami mengerti orang-orang khawatir. Kami (juga) khawatir," kata Dajani. "Saya tidak berpikir kami harus mendorong masyarakat lebih dari yang mereka bisa karena masing-masing berurusan dengan masalahnya sendiri akhir-akhir ini. Sama seperti kami menderita, semua orang menderita," pungkas Dajani.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/22/192932170/jelang-ramadan-masjid-masjid-di-as-terancam-tutup

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke