Uji coba ini melibatkan 45 orang sukarelawan yang mendapat suntikan vaksin di fasilitas penelitian Kaiser Permanente, Seattle, AS.
Moderna Therapeutics, perusahaan bioteknologi asal Massachussets di balik vaksin ini, mengklaim bahwa vaksin telah dibuat dengan proses yang telah diuji.
Kemudian dilansir dari The Irish Times, uji coba vaksin ini berlangsung dalam tiga tahap.
Tahap pertama, vaksin disuntikkan ke sekelompok kecil orang dewasa, untuk memastikan vaksin aman digunakan.
Uji coba tahap pertama ini kemungkinan akan berlangsung selama dua bulan.
Kemudian di tahap kedua, keamanan vaksin diuji coba pada kelompok yang lebih besar, untuk melihat apakah ada efek samping.
Lalu tahap ketiga adalah yang terbesar, dengan menguji coba sekitar puluhan ribu orang.
"Pengujian paling ketat adalah di tahap ketiga, yang melibatkan puluhan ribu orang untuk diuji," kata Profesor Kingston Mills, immunologis di Trinity College Dublin.
Selanjutnya, keputusan ada di tangan Badan Obat-obatan Eropa serta Administrasi Makanan dan Obat-obatan di AS untuk memutuskan, apakah vaksin bisa diberi lisensi.
Dikarenakan situasi yang mendesak, keputusan ini mungkin bakal didasarkan pada pengujian keamanan dan keampuhan yang lebih terbatas, dari yang biasanya diperlukan untuk vaksin baru.
Sementara itu pihak regulator ada kemungkinan akan mempercepat pengambilan keputusan, tetapi Profesor Mills menyakinkan mereka tidak akan melanggar aturan.
"Mereka tidak akan mengeluarkan vaksin jika tidak aman digunakan dan tidak efektif," ujarnya tegas.
Vaksin corona mungkin akan menjadi vaksin tercepat yang diproduksi di dunia. Sebab, menurut Profesor Mills sebuah vaksin biasanya butuh 10-15 tahun untuk bisa mendapat persetujuan pemakaian.
Profesor Mills juga memahami kekhawatiran publik tentang ketiadaan obat atau vaksin Covid-19 sampai sekarang.
Untuk menjawabnya dia mengandaikan, jika peneliti mengeluarkan produk yang tidak efektif atau menyebabkan efek samping, maka peneliti itu akan hilang kepercayaan dari publik.
Virus corona lambat berkembang
Profesor Michael Farzan dari Scripps Institute di Florida, mengatakan virus SARS-CoV-2 cenderung lebih lambat berkembang dibandingkan virus RNA lainnya seperti influenza yang banyak bermutasi.
Virus flu sangat sering bermutasi, sehingga diperlukan vaksin baru setiap musim dingin, itu pun hanya untuk jenis yang dominan.
"Saya akan katakan HIV adalah yang paling sulit (dibuat vaksinnya), flu di tengah-tengah, dan sesuatu seperti virus corona ini relatif mudah dikembangkan vaksinnya," kata Profesor Farzan dikutip dari The Irish Times.
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/27/135302770/vaksin-corona-sedang-diuji-coba-di-as-ini-3-tahapannya