Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Sukses Petani Kopi Puntang, dari Tukang Listrik sampai Juarai Kompetisi Kopi

KOMPAS.com - Tepat 10 tahun lalu Ayi Sutedja memutuskan menjadi petani kopi di Gunung Puntang, Bandung, Jawa Barat.

"Saya dulunya tukang listrik, kerja di Bekasi. Pulang kampung dan main ke gunung, ketemu pohon kopi. Melihat pohon kopi, buahnya tidak dipetik," kata Ayi.

Alasannya, harga buah kopi saat itu terlampau murah, hanya Rp 2.500 per kilogram pada 2013. 

Meski tak banyak meningkat bila dihitung inflasi, buah kopi puntang kini dijual Rp 25.000 per kilogram.

"Setidaknya ada sedikit kemajuan (harga)," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Jakarta Coffee Week 2023, Jumat (3/11/2023).

Minat Ayi semakin besar ketika ia mengetahui harga biji kopi di Jawa Barat terbilang mahal.

Sementara para petani mengaku bahwa kopi tak bisa dijadikan komoditas yang menguntungkan.

Sebagai pencinta kopi, ia harus merogoh kocek Rp 80.000 untuk membeli satu kilogram kopi.

"Akhirnya saya menemukan bahwa masalahnya di rantai kopi. Jadi saya tertarik karena ketidakjelasan petani mendapatkan hasil tanamnya," ungkap Ayi.

Ayi tidak langsung menyalahkan kafe, tempat di mana buah kopi berakhir menjadi segelas minuman mahal.

Ia justru menilik, memikirkan bagian mana yang salah, mulai dari petani, pengepul besar, pabrik, hingga kafe.

"Ternyata bukan salah kafe, salah petani sendiri tidak membuat sistem yang bagus," kata Ayi.

Menurutnya, kopi bisa dibuat sistem ekonomi kemasyarakatan demi mensejahterakan semua pihak, terutama petani.

Pemilik kebun-kebun kopi kecil justru berpeluang untuk mengembangkan hasil tanamnya, bila organisasinya tidak lemah.

Niat baik Ayi dibarengi dengan kemauan belajar bertani. Sebagai pemula, tidak banyak ilmu yang dimilikinya untuk menanam kopi.

Ayi mengaku belajar banyak hal dari internet pada mula-mula ia menanam benih kopi di Puntang.

"Saya buka internet. Ada penjelasan pengolahan buah kopi, full wash, honey, dan natural," kata dia.

Ia mulai menanam kopi pada 2013, lalu panen pada 2015 dan berhasil memenangi kompetisi kopi nasional.

Perjuangannya tidak berhenti di sana. Ayi juga berhasil menyabet peringkat teratas di gelaran Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 lalu.

Kesuksesannya menanam kopi dilihat rekan sejawat, Ayi pun tidak tinggal diam. Dia mengajak para petani untuk sama-sama menanam kopi dan meningkatkan nilai jualnya.

"Saya ajak petani, meyakinkan bahwa kentang, jagung, dan lainnya bisa kalah dengan kopi. Alhamdulillah sekarang kopi sudah menjadi primadona di kampung," ujarnya.

Kini, Ayi menurunkan kebisaannya pada anak-anaknya, mengolah empat hektar lahan milik pribadi dan total 400 hektar lahan di Gunung Puntang.

Misinya di dunia pertanian kopi perlahan dibuktikan. Berhasil menghasilkan buah kopi, mengolahnya menjadi biji, Ayi juga menjual produk kopi siap seduh alias kopi bubuk.

Ia mulai menjual satu kilogram kopi ke teman terdekat, lalu menjual kopi Kopi Jawa Palalangon hingga saat ini ke pelanggan hingga e-commerce.

Kopi Jawa Palalangon milik Ayi dkk. juga pernah dipesan oleh Bank Indonesia dan kafe kenamaan Anomali Coffee.

"Ada hikmah saat pandemi Covid-19. Saya jadi bisa mengajak lebih bantak teman petani untuk membuat Kopi Jawa Palalangon ini," ujarnya.

Ayi saat ini tidak begitu aktif bekerja di ladang. Ia lebih banyak ke luar dan hadir di acara perkopian.

Melalui kehadirannya, Ayi mengenalkan aneka green bean hingga produk kopi ke pengunjung pameran atau festival.

Petani ini berharap besar pada masa depan komoditas kopi di Indonesia, apalagi melihat gaya minum kopi yang kini sudah menjadi kebiasaan.

"Seharusnya petani itu sejahtera, kopi harus mensejahterakan petani. Perlu regulasi dan perhatian pemerintah. Kalau petani bergerak sendiri sulit bisa," ungkap Ayi. 

https://www.kompas.com/food/read/2023/11/08/073200075/kisah-sukses-petani-kopi-puntang-dari-tukang-listrik-sampai-juarai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke