Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bersantap di Restoran Eropa Kawasan Senopati yang Bertahan 10 Tahun

KOMPAS.com - Saat restoran di sepanjang jalan Gunawarman-Senopati silih berganti, ada satu restoran eropa yang tetap sama dan buka selama 10 tahun. Restoran tersebut adalah Le Quartier yang terletak di Jalan Gunawarman Nomor 34. 

"Kami adalah restoran makanan eropa, tetapi banyak orang yang berpikir kami restoran Perancis. Kami juga bukan restoran fine dining," kata koki sekaligus pendiri Le Quartier, Chris Janssen ditemui Kamis (24/8/2023). 

Chris bersama istri bercerita Le Quartier dapat bertahan selama sepuluh tahun, tidak lain karena konsistensi dan upaya menjaga kualitas restoran dari berbagai aspek. 

"Mungkin kalau dikatakan mudah ya, tetapi kalau dijalani tidak semudah itu," kata Chris sembari tertawa bersama istrinya. 

Mereka bercerita untuk menjaga kualitas restoran, artinya harus terjun langsung setiap hari. Mereka selalu ada di restoran, bahkan ketika hari perayaan seperti Natal, Tahun Baru, dan Valentine. 

Namun, kehadiran mereka nyatanya juga merupakan kunci restoran dapat bertahan selama pandemi. 

Chris mengatakan ia bersyukur selama pandemi bisa tetap mempekerjakan staf di restoran yang ia sebut "anak-anak", di tengah pasang-surut ekonomi karena pembatasan. 

Selain itu, kehadiran Chris dan istri tidak lain karena bahan masakan yang datang tanpa diduga, tergantung ketersediaan dan kualitas barang. 

Seperti saat saya berkunjung, Le Quartier kedatangan pemasok keju. Sebelumnya Chris juga bercerita mereka baru saja berhasil mendapatkan jamur girolles-chanterelle segar sebanyak sepuluh kilogram. 

  • Mencoba Bakmi Topping Ayam Kampung Rebus yang Buka di Jaksel 
  • Icip Aneka Menu khas Jepang di Sushi Toku Jaksel, Ada Lobster Sashimi

"Jadi di sini, kami masak itu tergantung bahan. Ada menu yang sudah pasti ada karena favorit pelanggan, tetapi setiap Jumat pasti ada menu baru," kata Chris sambil permisi mau melihat keju yang baru datang. 

Dari berbagai faktor tersebut, membuat konsumen Le Quartier kepincut dan kebanyakan menjadi pelanggan tetap. 

Chris berkata pelanggan tetap di Le Quartier bisa datang tiga kali dalam satu minggu. Ini juga dibuktikan saat ia menyapa akrab satu keluarga yang bersantap setelah anaknya pulang sekolah. 

Saya menyantap berbagai hidangan favorit di Le Quartier siang itu, di antaranya ada Escargot, Wild Pacific Halibut Thyme Butter Seared, Contre Fillet Poivre Flambe, dan Beef Short Rib Ragu Parppadelle

Tidak lupa ada sajian musiman dari chanterelles dan goat cheese, serta makanan penutup Crepe Suzette Flambee dan Harlequin Cake. 

Makanan diawali dengan Escargot atau olahan bekicot klasik Perancis. Escargot Le Quartier ini dimasak dengan mentega bawang putih, yang berisikan cacahan jamur, bayam, serta duck prosciutto atau daging bebek dry aged (dikeringkan). 

Dalam loyang kecil yang panas, Escargots ini disajikan dalam kondisi panas mendidih. Ketika dibelah di piring saji akan tercium aroma harum semerbak dari mentega, jamur, dan herba. 

Teksturnya kenyal tetapi tidak keras, dengan rasa gurih dari mentega dan umami dari jamurnya. Tidak butuh lama untuk menghabiskan Escargot ini, apalagi memang disarankan untuk disantap dalam kondisi hangat. 

Selanjutnya ada Wild Pacific Halibut Thyme Butter Seared, salah satu favorit saya dengan sajian ikan halibut yang dimasak dengan kematangan sempurna. 

Renyah pada bagian luar, tetapi masih lembut pada bagian dalam. Daging ikan tidak buyar yang menandakan ikan terlalu matang. 

Teksturnya pas, seakan meleleh di mulut dengan rasa sedikit manis khas ikan segar. Saus yang dibentuk jadi foam atau busa, pas menemani tekstur ikan segar ini sehingga tidak ada kesan berat saat mengunyahnya. 

Makanan dilanjutkan dengan Contre Fillet Poivre Flambe, yang memberi unsur pertunjukan flambe. 

Mata rasanya pasti beralih ke lidah api yang menari di atas irisan daging sapi dengan warna merah muda cantik. Warna ini menandakan daging dimasak dengan tingkat kematangan medium sesuai dengan permintaan. 

Daging steak ini dilapisi dengan lada hitam, diberi kentang goreng belgia, dan disajikan dengan saus krim serta mustard. 

Sebenarnya, tanpa cocolan apapun daging ini sudah nikmat karena terasa daging berkualitas dengan jus atau sari dagingnya yang memberi rasa umami tersendiri.   

Makanan utama ditutup dengan sajian penutup klasik khas Perancis yaitu Crepe Suzzete yang hadir dengan pertunjukan flambee. 

Adonan kue dadar perancis ini dimasak tipis dan licin, sehingga ketika diberi saus jeruk dan es krim vanila begitu memanjakan lidah. Rasanya segar untuk menutup rangkaian makanan sebelumnya. 

Ada juga Harlequin Cake, kue dengan lapisan krim moga, kacang, dan saus karamel. Rasanya mirip cengan cake nogat, memberikan kesan nostalgia ketika menyantapnya. 

Secara keseluruhan, makanan di Le Quartier ini menghadirkan rasa makanan perancis klasik dengan tampilan atau penataan pada piring yang apik. 

Rasa makanan loyal akan bumbu, dengan perpaduan tekstur yang seakan sudah dipikirkan secara matang. 

Selain makanan, layanan di Le  Quartier meninggalkan kesan tersendiri, dengan pramusaji yang memiliki inisiatif tinggi dan selalu sigap, lebih umum ditemui di restoran fine dining. 

Namun demikian, Chris tidak pernah mau menyebut atau mengklaim Le Quartier sebagai restoran fine dining. 

"Kami ingin makanan di Le Quartier bisa dinikmati siapa saja dalam setiap kondisi dan acara, mulai dari makan pagi, siang, dan malam," jelasnya. 

Chris juga mengatakan Le Quartier memilih sebagai restoran eropa casual, sesuai arti nama Le Quartier yang berarti neighborhood atau  lingkungan yang menyatu dengan sekitarnya. 

  • Sejarah Croissant, Pastry Populer Perancis yang Berasal dari Austria
  • Mengapa Istilah Pastry Erat Kaitannya dengan Perancis?

https://www.kompas.com/food/read/2023/09/02/140800375/bersantap-di-restoran-eropa-kawasan-senopati-yang-bertahan-10-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke