KOMPAS.com - Tiwul mulanya adalah makanan pokok di daerah tandus, seperti Gunung Kidul dan Wonogiri. Saat harga beras mahal, masyarakat di kawasan tersebut mengonsumsi tiwul sebagai pengganti nasi.
Dewasa ini tiwul diolah menjadi beragam hidangan. Salah satu yang populer yaitu tiwul manis dengan pelbagai varian rasa.
Di Gunung Kidul Yogyakarta, ada usaha tiwul manis yang terkenal. Namanya ialah Thiwul Manis Pak Lambang.
Melalui sambungan telepon, Agus Lambang, pemilik usaha Thiwul Manis Pak Lambang membagikan ceritanya memulai usaha ini.
Kisah awal jualan
Thiwul Manis Pak Lambang buka sejak 2014. Sebelum berjualan tiwul, Lambang sempat bekerja di beberapa tempat. Bahkan Lambang pun pernah berjualan gorengan selama empat tahun.
"Tiwul ini juga kan saya di pinggir jalan to, saya nyoba, empat tahun. Habis itu jalannya kan makin lama makin ramai wisatanya," tutur Lambang kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2021).
Usai berjualan gorengan, Lambang lalu memutuskan untuk membuat tiwul. Namun saat ini Lambang masih memasarkan produknya dengan sistem titip.
Tiwul buatannya dititipkan di tempat wisata, seperti Goa Pindul dan sekitarnya. Berbekal keberanian dan keyakinan, Lambang lalu membuka tokonya sendiri.
Kebetulan saat itu jalan depan rumahnya juga ramai dilewati wisatawan.
"Terus, saya nitip ke warung-warung, terus nitip ke Pindul tempat wisata itu. Akhirnya tak berani kan diri buka sendiri. Habis itu ya ramai. Lumayan ramai, yang pelanggan itu banyak yang kembali lagi. Sampai sekarang ini sudah berapa tahun ya, sudah tujuh tahunan mungkin," jelasnya.
Tiwul yang dijual di toko milik Lambang sedikit berbeda dengan kebanyakan. Di sini kamu bisa menjumpai tiwul manis dengan aneka rasa. Ada gula jawa, kopi, cokelat, maupun keju.
Sebelum bisa membuat produk seperti sekarang, Lambang sempat kesulitan mengolahnya.
Bahkan Lambang pun mencoba beberapa kali hingga bisa membuat tiwul yang lembut dan sesuai keinginannya.
"Itu saya coba buat tiwul, itu juga enggak langsung jadi kayak gini, saya nyoba beberapa kali," ujarnya.
Turut terdampak pandemi
Sebelum pandemi covid-19, Thiwul Manis Pak Lambang ramai dikunjungi wisatawan. Pengunjungnya pun tak hanya wisatawan lokal tapi juga mancanegara.
"Saya itu kalau sebelum covid itu, sering dapat tamu dari Malaysia. Penginnya kalau minta yang tradisional datangnya ke tempat saya," tutur Lambang.
Namun sejak pandemi, toko oleh-oleh ini sepi pengunjung. Jika dulu Lambang bisa menjual 200 hingga 300 dus, kini penjualannya tidak menentu, tergantung wisatwan.
"Kalau cerita yang dulu-dulu lumayan. Dulu itu pernah sehari itu 200, 300 pernah, kalau sekarang enggak mesti, tergantung wisatawan," tutur Lambang.
Kendati demikian Lambang tak menyerah. Walau penjualannya menurun, Lambang giat melakukan strategi marketing untuk menambah omsetnya.
Beberapa cara yang dilakukan Lambang yakni dengan aktif di media sosial serta berjualan di pinggir jalan yang ramai dilalui wisatawan.
Selain menikmati tiwul aneka rasa, di sini kamu juga bisa melihat proses langsung pembuatan. Tak hanya itu, kamu pun dapat mencicipi jajanan lainnya seperti gatot atau belalang goreng.
Jika ingin membeli tiwul untuk oleh-oleh, Thiwul Manis Pak Lambang juga memiliki varian tiwul kering. Harga satu bungkusnya Rp 25.000 dengan berat 500 gram.
Sementara untuk tiwul manis diberi harga Rp 12.000 - Rp 17.000.
Kalau penasaran dengan rasanya kamu bisa datang langsung ke Thiwul Manis Pak Lambang di Jalan Baron KM 4, Dungabah I, Duwet, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Atau, kamu juga bisa memesan tiwul instan siap olah melalui media sosial @thiwulmanispaklambang.
https://www.kompas.com/food/read/2021/12/05/201300375/mengulik-usaha-tiwul-manis-di-gunung-kidul-oleh-oleh-favorit-wisatawan