Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendikbud: Ada Beda Aturan Lintas Jurusan di SNBP dan SNBT 2024

Kompas.com - 15/03/2024, 14:06 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada perbedaan seleksi bagi siswa SMA sederajat yang memilih lintas jurusan di Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi ( SNBP) dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes ( SNBT) 2024.

Perbedaan seleksi bagi siswa lintas jurusan ini dikarenakan alat ukur yang ada pada SNBP dan SNBT 2024.

Koordinator Humas Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) Ismaini Zain menjelaskan bahwa siswa yang memilih lintas jurusan memang bisa berpeluang lolos di kedua jalur tersebut.

"Misalnya di SNBP, siswa yang lintas jurusan akan diseleksi berdasarkan nilai rapor 50 persen dan prestasi, portofolio, dan dua mapel pendukung sebanyak 50 persen. Jadi alat ukur seleksinya ya rapor," kata dia saat hadir dalam SMB: Bersiap Ikuti SNPMB 2024! yang disiarkan langsung via Youtube Kemendikbud RI, Kamis (14/3/2024).

Baca juga: 4 PTN dengan Uang Pangkal Kedokteran Jalur Mandiri di Bawah Rp 150 Juta

Ia mengatakan siswa yang diseleksi berdasarkan rapor akan dinilai ketat oleh PTN tujuan siswa.

"Kalau nilai rapornya tidak sesuai, misalnya (nilai) dua mapel pendukung itu skornya bisa berkurang karena diboboti oleh PTN nya," kata dia.

Ia mengatakan, penentu dari diterima atau lolosnya calon mahasiswa ini ialah pimpinan perguruan tinggi negeri dalam hal ini rektor atau direktur yang memiliki regulasi sendiri.

"Misalnya nih saya dari IPS kemudian saya memilih (prodi) Kedokteran ini kan linjur yang dimaksud. Nah, ini nanti bisa jadi mapel khusus pendukung prodi bisa jadi tidak ada. Kalau tidak ada, mengurangi poin atau komponen penilaian," tambahnya lagi.

Karena itu, ke depan bagi siswa yang ingin lintas jurusan di SNBP disarankan untuk meningkatkan nilai rapor dan prestasi yang ada.

Baca juga: Nilai Rerata UTBK SNBT 2024 Masuk 20 PTN, Siapa yang Paling Tinggi?

Sementara, seleksi lintas jurusan di UTBK SNBT berdasarkan alat ukur berupa hasil tes siswa. Jika dua tahun lalu, alat ukurnya adalah Tes Kemampuan Akademik (TKA) Saintek dan Soshum, namun di tahun ini alat ukurnya adalah Tes Potensi Skolastik.

Siswa SMA jurusan IPA yang memilih prodi saintek akan mengerjakan TKA Saintek begitu juga sebaliknya dengan siswa SMA jurusan IPS.

"Saat ini dari jurusan mana saja alat ukurnya menggunakan tes potensi skolastik atau TPS. Kemudian literasi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan penalaran matematika," kata Isnaini lagi.

Alat ukur berupa TPS, dinilai Isnaini lebih mengedepankan cara siswa bernalar. Soal-soal yang muncul akan berisi topik soshum maupun saintek.

"Skolastik itu membutuhkan pengetahuan, jadi siswa IPS tentu harus tau apa itu senyawa kimia, ozon, terus siswa IPA harus tahu konflik sosial, suasana pemilu kemarin yang semua topik ini ditransfer dalam bentuk soal UTBK," kata Isnaini.

Karena itu, ia mengatakan lintas jurusan meski diperbolehkan tetap harus diwaspadai.

Sebab, siswa yang lintas jurusan harus lebih banyak belajar soal dan yang diutamakan memiliki bakat, minat sesuai prodi pilihannya.

Di satu sisi, Kepala Balai Pengelolaan, Pengujian Pendidikan (BP3) Kemendikbud, Rahmawati mengatakan dari hasil kajian BP3, ada kenaikan bagi siswa yang memilih lintas jurusan dalam tahun 2023.

Kenaikan ini karena peluang bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi sesuai minat bakat juga semakin besar.

Baca juga: Beasiswa Kuliah S1-S3 Gratis ke Romania 2024, Hanya Seleksi Berkas

Namun ia juga memberi pesan pada siswa yang siap lintas jurusan tahun 2024. "Meningkatnya animo linjur harus disertai tanggung jawab dan kewaspadaan. Jangan sampai bisa masuk tapi ga bisa keluar," tegasnya.

Dalam capaian merdeka belajar khususnya linjur pada tahun 2023, ia mengatakan adanya penerapan inklusif, peningkatan penalaran, dan kebebasan eksplor bakat minat yang menaikkan animo.

"Sehingga bisa ada kajian lebih lanjut, dari linjur ini semoga siswanya bisa tanggung jawab, IPK naik, karir sesuai linjurnya, karena hal ini merupakan semangat yang memerdekakan tetapi tetap bertanggungjawab," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com