Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Anas Dapatkan Beasiswa LPDP demi Memutus Rantai Kemiskinan

Kompas.com - 04/01/2024, 14:27 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski cobaan terus datang dalam hidup, namun semangat meraih cita-cita tak pernah pudar bagi Anas Anwar Nasirin.

Mahasiswa yang pernah tinggal di panti asuhan dan memiliki keterbatasan ekonomi ini, berhasil lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Anas adalah penerima beasiswa LPDP Afirmasi Prasejahtera yang saat ini sedang menimba ilmu di Universitas Indonesia.

Keterbatasan ekonomi, kehilangan ayah, dan harus tinggal di panti asuhan selama hampir separuh hidupnya tak membuatnya putus asa. Justru menjadi motivasinya untuk bisa memotong rantai kemiskinan dan kebodohan dalam keluarganya melalui pendidikannya saat ini.

Baca juga: 10 Beasiswa S2 2024, LPDP hingga New Zealand Scholarship

Ayah meninggal, terpaksa tinggal di panti asuhan

Anas lahir di Desa Sindangjaya Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1997. Semasa hidup ayahnya adalah pedagang topi dan peci. Namun ayahnya mengidap sakit jiwa pada tahun 2005 dan pada tahun 2010 Anas harus rela kehilangan sosok ayahnya itu.

Sedangkan ibunya adalah buruh tani, namun sempat terkena stroke ringan yang berakibat tidak bisa bekerja.

Tahun 2009 Anas memutuskan untuk tinggal di panti asuhan, tujuannya agar dia bisa bersekolah. Hampir separuh hidupnya Anas habiskan di panti asuhan dan pondok pesantren yatim piatu. Anas selalu ingin bersekolah sampai tinggi.

Saat lulus dari SD, sang ibu ingin Anas bekerja saja. Tetapi, karena Anas ingin sekolah, ia dibantu tetangganya untuk tinggal di Panti Asuhan.

Baca juga: 2 Beasiswa S2-S3 Khusus Perempuan, Kuliah Gratis dan Tunjangan Anak

“Dan akhirnya tanggal 10 Juli tepatnya hari Jumat tahun 2009 saya berangkat ke Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang. Di Panti Asuhan Ar-Rasyid Subang saya tempuh sampai tahun 2012. Dan dari tahun 2012 hingga tahun 2015, saya tinggal di Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Dan dari tahun 2015 sambil berkuliah di Unpad, saya tinggal di Panti Asuhan Riyadlul Jannah,” ucap putra sulung dari tiga bersaudara itu, dilansir dari Media Keuangan Kementerian Keuangan pada Kamis (4/1/2024).

Harus pergi sendiri ke panti asuhan di umur 10 tahun dan ditinggal ayah saat masih di umur 12 tahun, menjadikan Anas menahan beban berat untuk mengisi kekosongan posisi kepala keluarga. “Momen terberat yang pada saat itu saya rasakan yang pertama kan hanya ada seorang Ibu yang membesarkan kami bertiga. Itu untuk makan saja kami sangat susah. Ditambah dengan Ayah yang sakit jiwa, hal itu juga sangat menjadi tekanan bagi kami begitu,” terang Anas.

Untungnya masih ada neneknya yang membantu keluarganya untuk sekadar makan.

Meski ia tidak menampik ia juga dipandang sebelah mata sebagai anak yatim. “Saya di kelas itu di SD dari 24 siswa, saya ranking ke-22. Karena adanya stigma mungkin karena orang tua saya tidak berpendidikan dan tidak mampu sehingga ada stigma ya saya bodoh gitu. Padahal, saya tidak seperti itu,” jelasnya. Perundungan dari teman atau lingkungan sekitarnya juga sudah menjadi makanan hariannya.

 

Lanjut S1 ke Unpad dan dapat beasiswa LPDP

Meski ekonomi jadi kendala, Anas membuktikan ia bisa lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Universitas Padjadjaran melalui jalur beasiswa Bidikmisi pada tahun 2015.

Dia memilih untuk mempelajari sejarah di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya di Padjadjaran. Anas aktif dalam bidang akademik maupun non-akademik di lingkungan kampus.

Uang saku dari beasiswanya, ia gunakan untuk mengikuti berbagai lomba dan membuahkan beragam prestasi. Terbukti dengan didapatkannya Penghargaan Mahasiswa Berprestasi tahun 2017 dari Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Di luar kampus, Anas juga aktif dalam organisasi dan beberapa kali menjadi narasumber di berbagai kegiatan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com