Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mukardi, Sosok Guru yang Telah Bangun Puluhan Sekolah

Kompas.com - 20/11/2023, 15:33 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Mukardi menjadi sosok yang fenomenal. Selain jadi guru atau pendidik, dia juga telah bangun puluhan sekolah Muhammadiyah.

Jadi pantas dia menggapai anugerah Muhammadiyah Awards pada milad ke-111 Muhmmadiyah.

Meski puluhan sekolah yang didirikannya berada di Sumatera Selatan (Sumsel), tapi Mukardi sendiri berasal dari Jawa Timur, tepatnya dari Kabupaten Tuban.

Baca juga: Eric Hiariej Dipecat, Kemendikbud: Kita Tak Toleransi Kekerasan Seksual

Dia pindah ke Sumsel sejak 1988 untuk menjadi guru honorer dan pada 1991 diangkat menjadi PNS.

Mukardi menjelaskan, keinginannya mendirikan sekolah dilatarbelakangi atas keprihatinan terhadap belum meratanya pendidikan untuk masyarakat migran di Sumsel.

"Kondisi pendidikan di sana itu, anak-anak cenderung ikut orangtuanya bekerja di sawah. Untuk bekerja itu kurang peduli orangtuanya, kedua kalinya sekolah negeri itu tidak bisa menampung siswa khususnya yang tingkat SMP," ungkap dia dikutip dari laman Muhammadiyah, Senin (20/11/2023).

Keterbatasan lain yang membuat anak-anak di sana enggan bersekolah adalah jarak tempuh yang jauh, yakni dengan medan jalan yang sulit sejauh 10 kilometer (km), bahkan peserta didik menempuhnya dengan berjalan kaki.

Di tahun 1980-an, kendaraan seperti sepeda angin masih menjadi barang yang mahal.

"Dengan demikian saya terinspirasi, bagaimana kalau kita mendirikan sekolah swasta untuk mereka yang tidak tertampung di sekolah negeri. Bisa mereka bersekolah di sekolah swasta," jelas dia.

Sekolah yang pertama dibangun

Mukardi mengenang, sekolah pertama yang didirikannya adalah SMP Muhammadiyah 1 Muara Padang, Kabupaten Banyuasin.

Sejak tahun 1980-an sampai 2023 sekarang ini, Mukardi sudah berhasil mendirikan 28 sekolah untuk anak-anak di Banyuasin.

Baca juga: 5 Sekolah Kedinasan Akreditasi Unggul, Mulai dari AAU hingga STIN

Selain Sekolah Menengah Pertama (SMP), Mukardi juga sudah mendirikan berbagai jenjang sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), SD/MI Muhammadiyah, sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah.

Mukardi mengungkapkan, cara menjaga dan mengembangkan lembaga pendidikan Muhammadiyah di sana melalui penyelenggaraan event bersama.

Kegiatan semacam ini menurutnya berhasil menarik minat masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Selain itu, dia juga selalu memikirkan anak-anak dari keluarga yang kurang beruntung.

Dia mengaku, jangan sampai karena masalah kurangnya ekonomi membuat anak dari keluarga tersebut tidak atau berhenti sekolah.

"Maka harus dengan berusaha, jika ada uang pribadi maka akan pakai uang pribadi. Kalau tidak punya, tetap kita cari jalan keluarga. Kita tetap cari jalan untuk membebaskan anak itu sekolah," kata dia.

Dia berterima kasih kepada guru-guru yang dengan segala kekurangan tetap menjaga loyalitasnya untuk lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Gaji guru sekolahnya masih ada yang di bawah standar

Dia tidak memungkiri bahwa gaji guru masih ada yang di bawah standar.

Bahkan di salah satu TK ABA, ada gurunya yang digaji hanya Rp 80.000 dan dibayarkan ketika wali murid panen padi di sawah.

Meski demikian, militansi dari guru-guru Muhammadiyah tidak perlu dipertanyakan lagi.

Mukardi juga selalu belajar tentang keikhlasan dari guru-guru Muhammadiyah di sekolah yang didirikan.

Baca juga: Apakah Sekolah di STMKG Gratis dan Dapat Tunjangan? Ini Jawabannya

Dari mereka, semangat dan keikhlasan membimbingnya untuk terus bergerak menjaga dan mengembagkan jejak amal kebajikan Kiai Ahmad Dahlan.

Ketika ditanya tentang cara dia membangun relasi dengan Muhammadiyah setempat, Mukardi menceritakan, sebelum ada pemekaran dirinya biasa menempuh jarak puluhan bahkan ratusan km dan dan tidak jarang bermalam di jalan demi menghadiri rapat pimpinan Muhammadiyah.

"Saya naik perahu, harus cepat-cepat itu kalau tidak ketinggalan. Sebab dalam sehari hanya ada satu rute yang operasi, kalau ketinggalan kita terpaksa bermalam dan berangkat esok harinya," sebut Mukardi.

Alasannya memilih moda transportasi sungai karena jalan darat masih sulit dilalui, lebih-lebih ketika musim hujan.

Dengan segala tantangan yang dihadapi, Sukardi mengaku bersyukur diberi kesempatan untuk memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak bangsa.

Baca juga: 79 Perguruan Tinggi Berstatus Akreditasi Unggul dari BAN-PT

Dia menambahkan, semoga Muhammadiyah bisa menjadi pilar serta mercusuar yang turut andil dalam meningkatkan nilai-nilai moral dan intelektual pada negeri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com