Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syafbrani ZA
Penulis dan Konsultan Publikasi

Penulis Buku diantaranya UN, The End..., Suara Guru Suara Tuhan, Bergiat pada Education Analyst Society (EDANS)

Makan Bergizi Gratis dan UKT yang Bikin Menangis

Kompas.com - 25/05/2024, 11:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRESIDEN terpilih Prabowo Subianto telah mengoreksi penamaan program unggulannya saat kampanye Pilpres 2024 lalu, dari makan siang gratis menjadi makan bergizi gratis.

Secara substansi program yang akan diberikan kepada seluruh anak Indonesia itu sepertinya sedang mencari jalan agar bisa terealisasi secara sempurna.

Paling tidak, itu pandangan optimistis kita sebagai masyarakat yang berharap agar pemerintah ke depan memang benar-benar memikirkan rakyatnya. Di antaranya, dimulai dengan menjaga pertumbuhan anak-anak melalui asupan gizi yang cukup.

Pandangan optimistis ini semakin tumbuh ketika bocoran mengenai rencana anggaran mulai beredar. Tidak tanggung-tanggung, ratusan triliun rupiah nilainya.

Bahkan, beredar kabar program yang juga dikaitkan untuk menurunkan kasus stunting ini akan dikomandani oleh kementerian khusus. Tepatnya, kementerian baru.

Tidak cukup sampai di sini, keseriusan itu semakin tampak ketika pemerintah sudah menyiapkan sekitar 10.000 hektare lahan kering untuk dikelola menjadi kawasan hortikultura. Proyek yang juga merupakan bagian dari penyokong program makan bergizi gratis (Kompas.com,17/5/2024).

Apalagi, kabar baiknya, pemerintahan saat ini sangat bersahabat dengan presiden terpilih. Dapat dipastikan program-program kerja pemerintah baru akan berjalan dengan aman dan lancar.

Termasuk makan bergizi gratis yang langsung menjadi pembahasan dalam sidang kabinet beberapa hari pascapencoblosan Pilpres 2024.

Kabar-kabar ini semua tentu menjadi harapan yang jika dikaitkan dengan semangat melahirkan Indonesia Emas di 2045 mendatang.

Programnya akan dimulai dari 2025, berarti bukan mustahil pada 20 tahun mendatang akan hadir generasi muda bangsa yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Seperti harapan yang selalu kita patri.

Hanya saja, harapan-harapan masyarakat yang sedang berbinar memantau perkembangan dari rencana realisasi salah satu janji politik presiden terpilih ini tiba-tiba tergores dengan hadirnya tragedi Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Apalagi kisah pilu naiknya harga UKT menyerang calon mahasiswa yang sedang berada di puncak kegembiraannya, yakni saat mereka berhasil lolos pada salah satu kampus impiannya.

Namun, kegembiraan itu tidak menjadi sempurna ketika tagihan UKT di luar nalar serta kemampuan.

Ketuk palu kebijakan UKT yang hadir ini tidak hanya dipandang sebagai bentuk ‘penyesuaian’ pada pengelolaan pendidikan tinggi. Lebih dari itu, ada dua hal yang menjadi tanda tanya kita terhadap keseriusan pemerintahan saat ini dalam mengupayakan lahirnya generasi emas yang diharapkan.

Pertama adalah pada sisi keseriusan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com