Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UIN Jakarta Kedatangan 12 Guru Besar Baru

Kompas.com - 27/06/2023, 18:18 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Jumlah guru besar UIN Jakarta terus bertambah menyusul ditetapkannya sejumlah dosen menjadi profesor dalam berbagai bidang keilmuan.

Selain menjadi figur teladan sebagai akademisi, kehadiran mereka diharap terus meningkatkan kualitas akademik pada berbagai fakultas/program studi yang ditawarkan.

Baca juga: UIN Jakarta Bakal Jadi PTKN Badan Hukum pada 2024

Diketahui, Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 100 orang guru besar rumpun ilmu agama di lingkungan perguruan tinggi keagamaan se-Indonesia pada Jumat (23/6/2023).

Prosesi penyerahan Surat Keputusan Menteri Agama (KMA) atas penetapan guru besar masing-masing dilakukan di lantai II Gedung kementerian Agama RI, Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Dari total 100 orang jumlah guru besar yang ditetapkan, 12 di antaranya merupakan dosen dari berbagai fakultas di lingkungan UIN Jakarta.

Ke-12 dosen dimaksud adalah Imam Subchi, Sururin, Syamsul Rijal, Desmadi Saharudin, Muh. Nadratuzzaman, Ade Sofyan Mulazid, Fuad Thohari, Kamarusdiana, Muhammad Maksum, Abdul Halim, JM Muslimin, dan Isnawati Rais.

Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Kemenag, Prof. Muhammad Ali Ramdhani menyerahkan langsung KMA tersebut.

Dia mengucapkan selamat kepada para dosen yang berhasil memperoleh gelar akademik tertinggi sebagai profesor.

"Penetapan sebagai professor merupakan babak baru dalam perjalanan akademik yang harus diikuti dengan tanggungjawab intelektual dan sosial di masyarakat," kata dia dalam keterangan resminya, Selasa (27/6/2023).

Dia berpesan seorang guru besar harus bisa responsif terhadap perubahan.

Baca juga: Kuliah Bersusah Payah, tetapi Mahasiswa UB Ini Lulus dengan IPK 3,94

Menurut dia, perolehan gelar guru besar menyadakan untuk menjaga setiap kata-kata yang dilontarkan, karena apapun yang dikatakan adalah ilmu dan yang dilakukan adalah teladan untuk mahasiswa.

Gelar guru besar, sambungnya, bukan akhir dari segalanya. Sebaliknya, ketika ditetapkan guru besar maka seorang dosen harus terus meneguhkan diri memasuki ruang baru sebagai seorang yang akan menjadi rujukan.

Karenanya, kemampuan akademik harus terus dikempangkan dengan daya topang teknologi yang mendorong perkembangan kelimuan.

"Maka hakekat dari guru besar adalah dia yang tak berhenti belajar," tuturd dia.

Jika seorang guru besar berhenti belajar, lanjutnya, maka itu yang disebut dengan kematian yang hakiki dari seorang guru besar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com