APALAH arti sebuah nama. Adagium ini sering kita dengar dan selalu digunakan orang-orang saat berkenalan. Tujuannya romantis, biar si kawan tutur merasa so sweet.
Lantas, apakah benar nama itu tidak berarti? Adakah orangtua, lebih-lebih seorang ibu, mau menamai anaknya dengan “Jahanam”, “Syetan”, atau “Iblis”?
Saya pikir, tidak seorang pun di dunia ini mau dinamai seperti itu. Dengan demikian, mulai saat ini, nama itu berarti, ya!
Kembali kepada nama. Dalam linguistik, setiap nomina (kata benda) diberikan nama (lambang) sesuai dengan konsep yang dimilikinya.
Kuda dinamai /k,u,d,a/ karena memiliki konsep ‘binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan dan sebagainya’.
Binatang lain yang biasanya dikendarai adalah unta. Meskipun sama-sama memiliki konsep ‘tunggangan, angkutan’, orang-orang tidak menamainya dengan /kuda/ karena dia tidak memiliki spesifikasi ‘berkuku satu’.
Unta memiliki kekhasan kuku belah, leher panjang, dan berpunuk. Punuk hanya dimiliki unta. Leher panjang dimiliki Jerapah, tapi binatang ini tidak dinamai /unta/ karena tidak memiliki punuk dan tidak dijadikan tunggangan.
Sesederhana itukah penamaan terhadap nomina?
Satu hal penting, hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan (nomina) bersifat arbitrer (manasuka), alias tidak wajib sesuatu benda dinamai A, B, atau C.
Semua tergantung konvensi/kesepakatan masyarakat penuturnya. Di Indonesia, ketiga binatang tersebut disepakati bernama kuda, unta, dan jerapah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.