Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Anak-anak Sekolah Adat Hadiri Upacara Hardiknas, Kemendikbudristek: Harapan untuk Kesetaraan Pendidikan

Kompas.com - 02/05/2023, 20:44 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Kehadiran sekolah adat direspons dengan baik oleh anak-anak masyarakat adat. Salah satunya adalah Herman, anak sekolah adat Sokola Sumba.

Dia mengaku senang bisa bersekolah di sekolah adat karena mendapatkan pelajaran menganyam dan menenun.

Herman bergabung di Sokola Sumba sejak 2019. Sebelumnya, ia sempat mengenyam pendidikan formal hingga kelas 2 SMP.

Dia mengaku jarang masuk sekolah karena kehidupan sehari-harinya tidak fokus hanya pada sekolah, melainkan membantu pekerjaan orangtua.

“Kami ini juga kerja di sawah, di kebun,” tutur anak lelaki berusia 17 tahun itu usai upacara peringatan Hardiknas 2023 di Kantor Kemendikbudristek.  

Sokola Sumba terletak di Kampung Adat Sodan, Desa Laboya Dete, Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Hari Pendidikan Nasional 2023, Nadiem: Merdeka Belajar Sejarah Baru

Herman mengatakan, anak-anak di sekolah adat belajar menganyam dengan membawa daun pandan sendiri atau bisa memperoleh bahannya dari guru.

“Saya senang bersekolah di sekolah adat. Kami ingin belajar supaya pintar. Jadi, kami ikut belajar sama Pak Guru,” ujarnya yang bercita-cita menjadi petani itu.

Kisah Herman berbeda dengan Shoula Nisa Lailatus Syiam, anak Sekolah Adat Pesinauan Osing, Banyuwangi, Jatim.

Pelajar yang arab disapa Nisa itu menjalani dua jenis pendidikan sekaligus, yakni pendidikan formal di SMK dan sekolah adat. Nisa kini menjadi siswi kelas X di SMKN 1 Banyuwangi.

Dia mengatakan, alasannya masuk Sekolah Adat Pesinauan Osing adalah ingin mengetahui lebih dalam tentang adat yang ada di Desa Kemiren, sebuah desa adat di Banyuwangi.

“Sangat menyenangkan. Sama guru diajarin membuat keterampilan baru, seperti yang dikasih ke Pak Menteri tadi. Itu kerajinan tas dari daun kelapa, khas Desa Kemiren, namanya wayut. Nama wayut bisa dijabarkan dengan kata warisan buyut,” tuturnya.

Baca juga: Melihat Sekolah di Pelosok Kaltara, Terapkan Kurikulum Merdeka Belajar Sebelum Era Nadiem, Siswa Senang Saat Belajar

Tak hanya belajar, Nisa juga menjadi guru di Sekolah Adat Pesinauan Osing. Dia mengajarkan tari tradisional kepada anak-anak sekolah adat itu. Hal ini selaras dengan jurusannya di SMK, yakni Seni Tari.

Pada Senin hingga Jumat, Nisa biasanya bersekolah di SMKN 1 Banyuwangi, lalu pergi ke sekolah adat pada Minggu atau hari libur lain.

“Kalau di sekolah adat, saya sebagai mentor tari. Saya ajarkan anak-anak mulai dari olah tubuh, lalu olah rasa,” ujarnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com