Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Tingkatkan Kemampuan Literasi, Kemendikbudristek Luncurkan Merdeka Belajar Episode Ke-23

Kompas.com - 27/02/2023, 20:10 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (27/2/2023).

Adapun kebijakan tersebut berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini.

“Penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik,” ujar Nadiem saat peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-23.

Nadiem menambahkan, program pengiriman buku ke sekolah bukan kebijakan yang baru dilakukan oleh Kemendikbudristek. Namun, kali ini Kemendikbudristek menghadirkan sejumlah terobosan.

“Terobosan itu mulai dari jumlah eksemplar, judul buku, jenis buku yang dikirimkan, pendekatan yang dilakukan dalam mendistribusikan buku, sampai pemilihan sekolah yang menjadi penerima pengiriman buku,” tambah Nadiem.

Baca juga: Nadiem Ingin Banyak Daerah Implementasikan Merdeka Belajar

Nadiem mengatakan, pada 2022 Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu.

Tidak hanya itu, kata Nadiem, Kemendikbudristek juga memberikan pelatihan dan pendampingan kepada lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.

“Ini adalah program pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbudristek. Selain itu, paling penting adalah bagaimana kami saat ini menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah untuk memanfaatkan buku-buku yang diterima,” jelas Nadiem.

Dengan pelatihan yang diberikan, Nadiem berharap guru-guru dan pustakawan sekolah bisa memahami kegunaan dan kebermanfaatan buku yang diterima. Dengan begitu, tidak akan ada buku yang menumpuk di perpustakaan karena tidak dimanfaatkan dengan baik.

Lebih lanjut, Nadiem mengatakan, terobosan dalam program pengiriman buku ini dirancang berdasarkan situasi di lapangan yang harus segera ditangani.

“Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi, yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi,” ucap Nadiem.

Baca juga: Tingkatkan Literasi, Mobil Disdik Kabupaten Kediri Kini Dilengkapi dengan Buku Bacaan

Hasil AN tersebut, kata Nadiem, konsisten dengan hasil dari Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir yang menunjukkan skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan.

“Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),” imbuh Nadiem.

Tidak hanya itu, tambah Nadiem, hasil AN juga menunjukkan adanya kesenjangan pada kompetensi literasi di Indonesia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com