Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Pembelajaran di Sekolah-Sekolah Perbatasan Dua Negara

Kompas.com - 28/12/2022, 10:57 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Penulis: Prof. Dinn Wahyudin, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Ketua Umum Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN) Periode 2022-2026

KOMPAS.com - Setelah menempuh perjalanan lebih dari tiga jam dari kota Jayapura Papua, sampailah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mosso, yang terletak di kampung Mosso, distrik Muara Tami, Kota Jayapura Provinsi Papua.

Sekolah tersebut merupakan satu di antara beberapa sekolah yang berada di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea (PNG).

Sekolah ini masuk kategori sekolah di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal).

Makna Terdepan dalam arti sekolah ini secara geografis merupakan sekolah yang berada di beranda paling depan karena berhadapan langsung dengan negara tetangga.

Kata Terpencil karena wilayah ini berada di ujung paling timur Papua dengan kondisi lingkungan alam yang terpencil jauh dari hiruk pikuk masyarakat perkotaan.

Baca juga: Siapkah Kampus Indonesia Menjadi Kampus Bebas Asap Rokok?

Sedangkan kata Tertinggal dimaknai bahwa umumnya masyarakat lokal di sekitar itu adalah kelompok masyarakat marginal dengan latar belakang ekonomi dan latar belakang pendidikan yang terbatas pula.

Sekolah di wilayah perbatasan, termasuk SDN Mosso Papua, menarik untuk dikaji dengan dua alasan hal utama.

Pertama, sekolah perbatasan adalah benteng paling depan negara (the guard of nation). Sekolah di perbatasan ini merupakan institusi formal pertama dan utama dalam membina generasi muda untuk cinta bangsa, cinta Tanah Air, dan Bela negara.

Oleh sebab itu, di tengah dinamika geopolitik antar bangsa yang dinamis, perhatian bagi masyarakat perbatasan menjadi sangat penting dan perlu menjadi urutan prioritas.

Baca juga: Apakah Minum Suplemen Dapat Merusak Ginjal? Ini Penjelasan Dokter UGM

Mereka adalah kelompok masyarakat yang paling sering bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat negara tetangga, baik untuk kepentingan ekonomi, bisnis, budaya atau interaksi sosial antar etnis.

Untuk kasus di wilayah Mosso Papua misalnya, banyak warga setempat yang berniaga, berladang dan "berjodoh" dan melakukan perkawinan silang dengan warga Papua Nugini yang notabene lintas negara.

Kedua, sekolah di perbatasan juga berfungsi dan berperan sebagai garda terdepan pelestari dan penjaga budaya (the guard of culture).

Sekolah melalui interaksi akademik dan sistem pembelajaran yang dilaksanakan patut memberikan pengalaman berharga bagi siswa di perbatasan untuk tetap mencintai budaya lokal (genuine culture) dan budaya nasional (national culture) di tengah interaksi sosial dengan masyarakat tetangga yang notabene beda negara.

Tradisi dan adat istiadat lokal dan nasional harus tetap terpelihara di tengah tergerusnya identitas nasional karena pengaruh globalisasi dan interaksi antar etnis dengan masyarakat negeri jiran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com