Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UB: Kasus Kebaya Merah Coreng Budaya Nusantara

Kompas.com - 11/11/2022, 22:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Polda Jatim telah berhasil menangkap pelaku produksi video asusila kebaya merah. Dua tersangka telah ditahan saat ini.

Meski telah ditangkap, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB), Rachmat Kriyantono menilai kasus video kebaya merah ini bisa menimbulkan citra negatif untuk budaya khas nusantara.

Baca juga: 8 Universitas Terbaik di Jawa Timur Versi QS AUR 2023, Ada 2 PTS

"Video membuat citra negatif yang menimpa artefak atau produk budaya yang khas Nusantara yakni kebaya dan sewek atau jarit. Bisa juga menyimbolkan perilaku seksualitas ini menjadi warisan sejak dahulu karena kebaya dan sewek sudah ada sejak zaman dahulu," ucap dia dalam keterangannya, Jumat (11/11/2022).

Dalam perspektif Ilmu Komunikasi, dia menilai video kebaya merah ini merupakan pesan (konten) komunikasi yang bisa berdampak membahayakan masyarakat.

"Konten ini merupakan edukasi yang merusak norma kesusilaan sebagai bagian budaya adiluhung bangsa, yang bersumber pada nilai agama," ucap dia.

Pria yang akrab disapa RK ini menilai konten tersebut tidak pantas bagi semua usia, bukan hanya anak-anak, apalagi disebar di ranah publik yang mudah diakses.

"Jika internet didominasi konten seperti ini maka pola berpikir, bersikap, dan bertindak masyarakat akan mengikuti konten internet tersebut," tegas dia.

RK khawatir di masyarakat akan terbentuk budaya baru termasuk standar kesusilaan baru.

Dia mencontohkan kasus content creator Situs OnlyFans dan lainnya.

Baca juga: Ini Jadwal Libur Sekolah Akhir 2022 untuk Siswa SD-SMA, Catat Ya!

"Pelaku seakan menganggap perilaku memviralkan adegan mesum ini sebagai kesenangan. Pornografi yang telah bergeser dari hanya bersifat konsumsi privat menjadi bersifat publik dan semula sebagai penikmat menjadi pelaku sudah dianggap biasa oleh generasi muda. Ini berbahaya," ucapnya.

Alumni Doktor University of Western Australia ini menilai menyebarkan ideologi kebebasan yang merusak nilai kemanusiaan terjadi akibat perilaku kehewanan (actus homini).

"Actus homini ini bisa juga dikarenakan gangguan otak yang tidak bisa mengontrol pikiran maupun perilaku nafsu kehewanan. Manusia pada dasarnya adalah animal simbolicum atau homo sapiens yang dalam bahasa Islam dikenal dengan hayawan nathiq, yakni manusia adalah hewan berpikir," ungkapnya.

Baca juga: 3 Sekolah Kedinasan Polri, Terbuka bagi Lulusan Sarjana dan SMA

"Jika manusia tidak bisa menggunakan pikirannya dalam berperilaku maka takubahnya seperti hewan," sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com