Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prof. Rudy Harjanto: Kesenjangan Generasi buat Perbedaan Adopsi Teknologi Digital

Kompas.com - 11/11/2022, 22:12 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pakar Komunikasi Prof. Rudy Harjanto menyatakan kesenjangan generasi bisa menyebabkan perbedaan tingkat adopsi teknologi digital.

"Di mana sekelompok orang secara perlahan beradaptasi atau bahkan menolak untuk mengadopsi teknologi dan lebih memilih metode saat ini atau sebelumnya, sebelum kedatangan teknologi baru. Ini seperti disampaikan oleh Calvo-Porral dan Pesqueira-Sanchez," kata dia dalam keterangannya, Jumat (11/11/2022).

Baca juga: 8 Universitas Terbaik di Jawa Timur Versi QS AUR 2023, Ada 2 PTS

Hal itu disampaikan Rudy dalam International Communication Conference (ICC-UP 2022) yang digelar oleh Universitas Pancasila (UP) yang mengusung tema "Communication Inclusivity: Engaging Society and Digital".

Pria yang juga jadi Dewan Penasihat LSPR ini menjelaskan, perbedaan pandangan antara teknologi sebagai pendukung produktivitas dan teknologi sebagai penghalang menciptakan kesenjangan hubungan.

"Kesenjangan hubungan ini adalah antara sikap dan tindakan orang-orang dari dua atau lebih generasi yang berbeda. Lebih tepatnya, kesenjangan antara mereka yang bisa beradaptasi dan mereka yang ingin tetap berada di zona nyaman mereka," jelas dia.

Kesenjangan ini, bilang dia, dapat menentukan perbedaan antara generasi muda dan generasi tua dalam hal sikap, perilaku, dan preferensi mereka.

"Politik, nilai, budaya populer, dan sektor lainnya mungkin berbeda," ucap Rudy.

Kemampuan teknologi individu yang tidak merata tersebut, sebut dia, bisa juga membuat masyarakat lebih rentan terhadap kesalahpahaman.

Itu lewat kesalahpahaman tentang cara menggunakan teknologi atau bahkan terkait dengan gangguan yang disebabkan oleh teknologi itu sendiri.

"Ketersediaan informasi di masyarakat kita pada awalnya dapat dianggap sebagai kekuatan positif. Ini tidak diragukan lagi merupakan langkah besar dari kurangnya komunikasi yang dialami oleh generasi sebelumnya. Namun, masalah muncul saat orang dihadapkan dengan lebih banyak informasi yang tidak dibutuhkan dibandingkan dari apa yang mereka butuhkan," ungkap Guru Besar Periklanan itu.

Baca juga: 3 Sekolah Kedinasan Polri, Terbuka bagi Lulusan Sarjana dan SMA

Maka dari itu, untuk membangun kepercayaan maka diperlukan membuka dan mendengarkan orang lain yang mungkin tidak relevan dan setuju untuk belajar dari mereka.

Sehingga memungkinkan individu untuk memperluas pengetahuan mereka dan belajar dari satu sama lain, dan meningkatkan kesadaran dan pencerahan untuk keuntungan bersama.

Faktor kunci dari pengirim untuk menciptakan upaya komunikasi yang bermakna adalah menggunakan metode komunikasi persuasif yang memperhitungkan variabel-variabel yang mungkin menjadi penghalang bagi keberhasilan komunikasi.

Baca juga: 5 Negara Paling Bahagia dan Rekomendasi Beasiswa untuk S1-S3

"Upaya komunikasi perlu dilakukan secara positif sebagai manusia, kita selalu memiliki pilihan untuk belajar sesuatu dari orang lain dengan membuka hati kita kepada mereka yang mungkin tidak setuju, dan memungkinkan kita memperluas pengetahuan dan belajar dari satu sama lain, untuk membangun kesadaran dan pencerahan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com