Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raih Gelar S3 di ITB Usia 26 Tahun, Ini Kunci Sukses Belajar Ilmi

Kompas.com - 28/10/2022, 09:20 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rasa keingintahuan merupakan ruh ilmu pengetahuan. Setidaknya hal ini yang menjadi pegangan bagi Moh. Mu’alliful Ilmi, wisudawan S3 termuda pada Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2022/2023.

Ilmi menyelesaikan studi doktoralnya di program studi (Prodi) Kimia pada usia 26 tahun.

Baca juga: 2 Sekolah Kedinasan Tidak Gunakan Syarat Tinggi Badan, Ini Dia

Bagi Ilmi, lulus S3 dari ITB merupakan anugerah sekaligus hasil kerja keras yang harus senantiasa disyukuri.

"Lulus S3 merupakan hal yang tentu tidak mudah. Kelulusan ini menjadi anugerah bagi saya, orang tua saya, istri dan anak saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu," kata dia dalam keterangannya, Jumat (28/10/2022).

Pandemi Covid -19 yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu merupakan tantangan besar bagi Ilmi.

Hal ini karena penelitiannya yang berbasis karakterisasi membutuhkan akses penggunaan laboratorium-laboratorium sentral, sedangkan saat pandemi laboratorium-laboratorium ini ditutup.

Tak mau kehilangan kesempatan, Ilmi memanfaatkan waktunya selama penutupan laboratorium untuk menulis paper review.

Dari kegiatan tersebut, dia berhasil menghasilkan paper review yang dipublikasikan di Jurnal Archaelogical and Anthropological Sciences.

Selama belajar di ITB, dia telah menghasilkan 14 paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional dengan 4 paper di antaranya menempatkan Ilmi sebagai penulis pertama.

Baca juga: Kisah Ale, Wisudawan ITB dengan IPK Tertinggi 3,98

Setelah pandemi berakhir, Ilmi melanjutkan penelitiannya tentang aspek kimiawi yang berperan dalam perubahan warna pada lukisan prasejarah di bawah bimbingan Prof. Ismunandar, Prof. Djulia Onggo, Dr. Pindi Setiawan, dan Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk disertasi yang berjudul “Aspek Kimia pada Diskolorasi Gambar Cadas Maros-Pangkep dan Lembata”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui komposisi pigmen warna yang digunakan dan menentukan strategi konservasi untuk lukisan purba.

"Pembimbing ke-2 saya, Dr. Pindi Setiawan meninggal dunia satu bulan setelah ujian disertasi saya, dan itu menjadi pengalaman menyedihkan selama studi S3 di ITB. Semoga saya dapat meneruskan cita-cita beliau untuk melanjutkan penelitian terkait lukisan prasejarah di Indonesia," ungkap dia.

Fokus penelitiannya tersebut juga berhasil mengantarkan Ilmi untuk menjadi pembicara pada European Synchrotron Radiation Facility (ESRF) di Grenoble tahun 2020 lalu.

Dalam acara tersebut Ilmi mempresentasikan hasil penelitiannya terkait analisis sifat fisikokimia pigmen gambar cadas di Situs Karim, Sangkulirang, Kalimantan Timur.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com