Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unair: Gas Air Mata Bahayakan Mata, Pernapasan, dan Pencernaan

Kompas.com - 17/10/2022, 18:58 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian dalam tragedi Kanjuruhan menuai kritikan publik.

Alih-alih beranggapan, penembakan gas air matalah yang menjadi dalang atas hilangnya 132 nyawa dalam malapetaka tersebut.

Baca juga: Tempat Pendidikan Jokowi, dari SD hingga Masuk Fakultas Kehutanan UGM

Anggapan itu kemudian dibuktikan oleh hasil investigasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan di bawah pimpinan Menkopolhukam Mahfud MD.

TGIPF menyimpulkan bahwa penyebab utama atas kematian massal dan korban berjatuhan dalam kejadian tersebut adalah tembakan gas air mata.

Menanggapi hal itu, Pakar Toksikologi Unair Shoim Hidayat memberikan penjelasan.

Menurut dia, gas air mata terbuat dari senyawa-senyawa kimia seperti chlorobenzylidenemalononitrile (CS), diphenylaminechlororarsine (DM), dibenzoxazepine (CR), chloroacetophenone (CN), serta semprotan merica atau Oleoresin capsicum.

Dari bahan-bahan tersebut, yang paling banyak digunakan dan diproduksi oleh PT Pindad adalah chlorobenzylidene malononitrile (CS).

Menurut Shoim, senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam gas air mata tersebut memiliki sifat dasar irisan yang kuat.

Sehingga, mudah mengiritasi dan merangsang bagian mukosa atau selaput lendir yang ada dalam organ tubuh manusia, seperti sklera pada mata, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.

"Oleh sebab itu, organ-organ tersebutlah yang paling mudah terpengaruh oleh efek gas air mata," ungkap dia dalam keterangannya, Senin (17/10/2022).

Baca juga: Psikolog Unair: Cara Sembuhkan Trauma akibat Pasangan Selingkuh

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu mengatakan, tingkat keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh gas air mata sangat bergantung pada dua hal.

Yaitu, kadar atau tingkat konsentrasi dan durasi paparan gas air mata itu sendiri.

"Perhatikan Tragedi Kanjuruhan. Kalau melihat jumlah gas air mata yang begitu banyak ditembakkan, itu sudah menggambarkan konsentrasi atau kadarnya tinggi. Apalagi kalau itu terjadi di ruang tertutup, mereka yang di tengah lapangan kelihatan baik-baik saja, tapi yang di tribun, itu tertutup, pasti lebih parah," ungkap dia.

Di samping itu, lanjut dia, makin lama durasi paparan gas air mata yang ditembakkan, maka efek yang ditimbulkan juga semakin parah.

Jika kedua hal itu digabung, maka tingkat keparahan makin tinggi dan secara otomatis akan mengakibatkan komplikasi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com