Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog Unair: Cara Sembuhkan Trauma akibat Pasangan Selingkuh

Kompas.com - 14/10/2022, 17:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Selingkuh adalah sebuah perilaku pelanggaran komitmen terhadap pasangan, baik itu dalam hubungan berpacaran maupun suami istri.

Perselingkuhan tidak hanya dimaknai dengan aktivitas seksual, namun mencakup aktivitas ketidakjujuran maupun penyelewengan terhadap pasangan.

Hal tersebut dipaparkan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Prof. Nurul Hartini. Ia menyebutkan, seberapa pun kecil tindakan tidak setia yang dilakukan, dapat menyebabkan dampak psikologis kepada pasangan yang diselingkuhi.

Baca juga: Mengapa Pasangan Selingkuh? Tim Peneliti Ungkap 8 Penyebab

“Setiap kejadian yang tidak diinginkan dapat menimbulkan situasi stres yang secara psikologis tidak sehat. Namun sekali lagi bila dikatakan traumatis, maka kita harus mengaitkannya terhadap kualitas dan kuantitas kejadian,” jelasnya dalam keterangan tertulis Unair.

Penyebab pasangan selingkuh

Banyak alasan mengapa seseorang berselingkuh, mulai dari fisik, finansial, psikologis bahkan budaya.

“Ada beberapa kelompok yang justru menganggap perselingkuhan merupakan sebuah peningkatan harga diri, sehingga perselingkuhan menjadi hal-hal yang ditoleransi meski melanggar nilai dan norma,” jelasnya.

Banyaknya penyebab perselingkuhan, tidak memastikan seluruh hubungan romantis pasti berujung pada ketidaksetiaan tersebut.

Perselingkuhan tidak akan terjadi bila kedua pihak dapat saling menjaga komitmen.

“Definisi selingkuh sendiri merupakan pelanggaran komitmen. Sehingga dibutuhkan komitmen antara keduanya. Jangan melakukan perilaku-perilaku berisiko melanggar komitmen. Salah satunya adalah dengan menjalin relasi yang tidak wajar, yang mengarah pada kedekatan-kedekatan tertentu dengan lawan jenis,” sebut guru besar bidang psikologi klinis dan kesehatan mental tersebut.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Strategi coping atasi trauma

Untuk mengatasi kondisi-kondisi yang tidak diharapkan, Prof. Nurul menyarankan untuk melakukan evaluasi diri sendiri.

Setelahnya, strategi coping dapat dilakukan secara efektif.

Coping merupakan respons pikiran dan perilaku yang bertujuan untuk mengatasi konflik yang muncul akibat kejadian tersebut. Kamu bisa menyelesaikan masalah dengan mencari akar masalah, merawat diri, berdoa, atau mencari dukungan orang terdekat.

Dukungan sosial dari orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan emosional.

“Jika merasa belum membaik, maka dibutuhkan penanganan yang lebih profesional, jadi disarankan untuk melakukan konsultasi ke psikolog,” sebut dosen dengan kepakaran di bidang konseling dan psikologi keluarga itu.

Baca juga: Super Indo Buka Lowongan Kerja Lulusan SMA-SMK, D3-S1, Segera Daftar

Prof. Nurul menyarankan untuk selalu menjadi pribadi yang teguh dalam memegang komitmen, utamanya pada hubungan yang telah diresmikan oleh ikatan suci.

“Sekali kita melanggar, pastinya akan sangat sulit membangun kembali kepercayaan pasangan. Untuk itu jagalah komitmen pernikahan Anda agar kita dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang tidak kita ciderai dengan hal-hal yang negatif,” imbaunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com