Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UII Yogyakarta: Kenali Bahaya Sindrom Metabolik dan Penyebabnya

Kompas.com - 21/05/2022, 08:47 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom metabolik saat ini menjadi masalah serius di masyarakat. Penyakit yang merupakan kumpulan gejala dari faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah ini dapat memberikan dampak serius bagi tubuh penderitanya.

Penyebab paling umum sindrom metabolik akibat kenaikan kadar kolesterol dan tekanan darah di atas normal.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara dr. Julahir Hodmatua Siregar mengatakan, angka kejadian obesitas sentral menjadi faktor pencetus yang dominan.

Obesitas sentral adalah suatu kelainan kelebihan berat badan yang terlokalisasi di bagian perut.

Baca juga: Intip 5 Jurusan Kuliah Paling Santai

Penyebab sindrom metabolik

Cara mengetahuinya adalah dengan mengukur lingkar perut menggunakan meteran baju. Dikatakan tidak normal apabila lingkar perut laki-laki melebihi 90 cm dan wanita 80 cm.

dr. Julahir menjelaskan, faktor keturunan turut menyumbang angka kejadian penyakit sindrom metabolik.

Hal ini perlu diwaspadai bagi anak yang memiliki orangtua menderita penyakit tersebut karena akan meningkatkan risiko.

Khususnya pada wanita yang pernah menderita diabetes saat kehamilannya akan meningkatkan risiko terserang sindrom metabolik di kemudian hari. Selain itu juga bisa terjadi pada bayi yang lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih berisiko.

"Tantangan kita saat ini adalah sedentary lifestyle atau gaya hidup sedentari rendah," jelas Julahir dalam seminar Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) berkolaborasi dengan Universitas Islam Sumatera Utara seperti dikutip dari laman resmi UII Yogya, Sabtu (21/4/2022).

Baca juga: Tips Perencanaan Karier Lulusan Jurusan Akuntansi ala Dosen UNS

Gejala sindrom metabolik

Julahir menambahkan, dampak pandemi Covid-19 turut mengubah gaya hidup masyarakat. Sedentary lifestyle merupakan gaya hidup yang sedikit bergerak dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri.

Tentu hal tersebut berkembang seiring kemajuan teknologi. Kini, semua hal dapat diakses dengan hanya menggunakan gawai.

Gejala sindrom metabolik dapat dikenali melalui perubahan yang dialami oleh tubuh penderitanya.

Menurut dr. Julahir, penderita akan mudah merasakan lapar dan haus yang diikuti frekuensi buang air air kecil yang sering.

Baca juga: PPDB Surabaya 2022 Jenjang SMP: Syarat, Tata Cara dan Jadwal Lengkap

Gejala lain yang biasanya membawa penderita menuju fasilitas kesehatan adalah timbulnya nyeri dada.

Wajib olahraga bagi penderita obesitas sentral

Saat seorang pasien datang dengan keluhan tersebut seorang dokter harus menggali riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan kadar gula darah tinggi.

"Pasien kerap datang dengan keluhan gangguan tidur," tambahnya.

Sementara itu Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dr. Rina Juwita menambahkan, langkah awal yang perlu diterapkan adalah dengan olahraga. Meski fakta di lapangan, masih ada masyarakat yang merasa malas untuk berolahraga.

Baca juga: Konimex Buka Lowongan Kerja bagi Lulusan S1, Segera Daftar

Namun, bagi orang yang menderita obesitas sentral olahraga adalah hal yang wajib dilakukan. Bukan sembarang olahraga namun adalah kardiometabolik seperti jogging, renang, bersepeda, jalan cepat, dan senam.

"Tujuan dari olahraga tersebut adalah untuk menurunkan kadar lemak penderita," imbuh Rina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com