Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter UGM: 6 Cara Mengajarkan Anak Berpuasa sejak Dini

Kompas.com - 22/04/2022, 15:37 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Mengajarkan anak beribadah, seperti berpuasa, nyatanya tak bisa hanya sekadar ajakan atau nasihat. Dokter spesialis anak RSA Universitas Gadjah Mada (UGM) Fita Wirastuti menuturkan bahwa anak-anak adalah pribadi pengamat dan peniru.

Oleh karena itu, jika orangtua mengharapkan dan ingin mengajarkan anak untuk dapat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan baik, Fita menyarankan orangtua harus lebih dahulu melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

“Kalau orangtuanya sering mengaji dan sering mengisi Ramadhan ini dengan kegiatan yang bermanfaat, mereka (anak-anak) akan mengikutinya. Begitu juga dengan berpuasa kalau orangtuanya minta anaknya berpuasa, tentu orangtuanya harus berpuasa. Jadi sebetulnya orangtua tidak perlu terlalu banyak memberikan aturan, tapi yang penting adalah dengan mengajarkan dengan langsung memberikan contoh,” tutur Fita seperti dilansir dari laman UGM.

Baca juga: 4 Manfaat Puasa bagi Anak dan Cara Mengajarkannya

1. Perlahan, mudah, dan menyenangkan

Bila anak baru akan belajar berpuasa, Fita menyarankan kepada orangtua untuk memulainya dengan perlahan, mudah dan menyenangkan.

Pada hari-hari biasa (bukan puasa), anak-anak makan tiga kali sehari. Ketika memperkenalkan puasa, maka caranya adalah dengan sedikit-sedikit menjarakkan waktu makan tersebut.

“Ketika dia mulai diajarkan untuk berpuasa, mulai kita jarangkan fase antar makan menjadi 4-6 jam. Kemudian nanti bertambah lagi jadi 8 jam, kemudian bertambah lagi jadi 10 jam, sampai pada akhirnya dia bisa fase puasa penuh,” kata Fita.

2. Konsumsi makanan sehat

Kedua adalah mempersiapkan makanan yang “kaya” dan sehat, baik sahur maupun berbuka. Kaya yang dimaksudkan di sini adalah kepada nutrisi-nutrisi dalam makanan.

Dokter Fita mengatakan bahwa komposisi antara karbohidrat, protein, dan lemak harus seimbang. Dengan kecupukan gizi disini, nutrisi anak dapat terpenuhi dan kuat menjalankan puasa.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

3. Hindari “balas dendam” saat berbuka

Ketiga jangan berikan kompensasi berlebihan. Dokter Fita mengatakan bahwa puasa hanya menggeser waktu makan di hari-hari biasa. Di mana sarapannya itu dipercepat menjadi sahur, sementara makan siangnya disorekan menjadi berbuka dan makan makan malamnya digeser menjadi setelah tarawih.

Jadi, jangan sampai ada kiat “balas dendam” atau penggandaan porsi makan ketika sahur, sebab hal itu sangat tidak disarankan.

“Kadang-kadang orangtua juga khawatir anaknya lapar, kemudian memaksa anaknya untuk makan lebih banyak pada saat berbuka atau pada saat sahur. Ini justru tidak direkomendasikan karena membuat anak merasa tidak nyaman dan akhirnya target dari puasanya jadi tidak tercapai,” tegas Fita.

Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa

4. Buatlah rutinitas yang sehat

Fita mengatakan bahwa aktivitas puasa juga semestinya diselingi atau diisi dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat, seperti mengaji bersama, pergi ke masjid bersama, merancang menu buka dan sahur bersama, dan lain sebagainya.

Dokter Fita mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut akan dapat menyenangkan anak-anak sekaligus memotivasi mereka.

“(Sebaliknya kalau) lihat orangtuanya ketika berpuasa hanya tidur saja, itu (dapat) membuat anak menjadi lebih lemes dan jenuh, sehingga dia tidak senang dengan kondisi berpuasa,” jelas dr. Fita.

5. Kurangi aktivitas fisik berlebih

Fita menyarankan hindari aktivitas fisik berlebihan. Anak-anak yang memiliki aktivitas fisik banyak sebaiknya dikurangi, seperti lari-larian dan lain sebagainya.

Hal ini guna menghindari anak-anak untuk cepat kelelahan atau yang lebih parah lagi mengalami dehidrasi. Sebagai gantinya, aktivitas dapat diganti dengan kegiatan mengaji bersama, mewarnai bersama, dan lain sebagainya.

Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini

6. Berikan reward

Terakhir adalah memberikan motivasi dan reward yang cukup. Dokter Fita mengatakan, memberikan motivasi dan reward seperlunya saja.

Reward yang cukup contohnya seperti memberi stiker untuk menandakan keberhasilannya, memberi makanan yang dia sukai, dan lain sebagainya.

“Kemudian reward diberikan juga tidak berlebihan, nanti jika berhasil berpuasa 1 bulan lalu diberikan suatu hal tertentu itu juga tidak perlu. (jadi) cukup reward yang menyenangkan untuk anak saja, sesuai dengan kebutuhannya, seperti ingin makan apa, dan lain-lain,” pungkas Fita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com