Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Naik, Dosen IPB Beri 7 Solusi

Kompas.com - 27/02/2022, 14:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Persoalan naiknya harga kedelai sering kali berulang setiap tahun. Bahkan kini, ratusan pengrajin tempe dan tahu mogok memproduksi tempe karena harga kedelai yang naik.

Jika kedelai naik, maka harga tempe dan tahu pun ikut naik. Masalah tahunan ini menjadi pelajaran agar persoalan serupa tidak terjadi dan perlunya solusi matang.

Dosen Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Feryanto menyampaikan hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi.

"Kita seharusnya belajar dari masa lalu. Apa masalah utamanya dan strateginya seperti apa. Ini seharusnya sudah ada jawaban. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada,” ujarnya, dilansir dari laman IPB.

Feryanto melihat euforia swasembada pangan ini terkesan timbul tenggelam. Era Presiden Jokowi periode I ada jargon swasembada Pajale, ternyata pada periode kedua hilang.

“Kita tidak tahu ke mana program itu. Apakah berlanjut apa tidak,” tuturnya.

Baca juga: Ternyata 5 Makanan Ini Tak Punya Masa Kedaluwarsa, Siswa Sudah Tahu?

Selain itu, katanya, perlunya data sebagai proses pengambilan keputusan. Dari data produksi dan kebutuhan konsumsi, bisa dihitung kebutuhan akan kedelai.

“Sehingga kita seharusnya sudah bisa menentukan apakah kekurangan itu kita penuhi sendiri, atau kita impor (atau kombinasi keduanya). Hal ini penting, untuk menghindari kekisruhan yang terjadi setiap tahun, terutama lagi menjelang hari-hari besar keagamaan,” imbuhnya.

Lalu, bagaimana cara mengatasi harga kedelai yang naik? Feryanto memiliki beberapa solusi baik jangka pendek maupun panjang agar harga kedelai tak meroket setiap tahunnya.

1. Menggunakan biji non-kedelai dalam produksi tempe tahu

Feryanto menegaskan penting adanya cadangan pangan untuk kedelai. Cadangan ini dapat digunakan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang dilakukan oleh pemerintah.

Kedelai sudah menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia, sehingga peran dan intervensi pemerintah sangat diperlukan. Cadangan pangan (kedelai) dapat digunakan dalam bentuk operasi pasar ketika pasokan tidak tersedia,” ujarnya. 

Baca juga: Pakar IPB: Rumput Laut Indonesia Bisa Diolah Jadi Gula hingga Bioetanol

Menurutnya, solusi pengganti kedelai sangat mungkin dilakukan dan ini sudah dilakukan oleh kelompok atau komunitas masyarakat.

Mereka memanfaatkan hasil potensi lokal yang berasal dari kacang-kacang selain kedelai. Seperti biji legum, kacang edamame, kacang tolo, kacang hijau, kacang kedelai hitam, kacang koro dan biji lamtoro yang potensinya belum dioptimalkan.

“Kacang-kacangan ini bisa didapat dengan mudah dan ternyata memiliki kandungan gizi dan protein yang lebih tinggi dari kedelai impor (khususnya). Akan tetapi pengrajin tahu tempe enggan menggunakan biji-biji lokal ini. Ini karena proses produksi agak berbeda, adanya bau dan rasa yang tidak biasa,” jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com