Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unair Ungkap Metode Ekstraksi 'Harta Karun' Lumpur Lapindo

Kompas.com - 01/02/2022, 16:04 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini keberadaan lumpur Lapindo marak diperbincangkan. Hal ini lantaran para ahli menemukan adanya potensi kandungan logam tanah jarang atau rare earth di dalamnya.

Temuan logam tanah jarang dalam lumpur Lapindo dinilai memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan lebih luas lagi.

Bahkan kandungan logam tanah jarang pada lumpur Lapindo juga bisa menjadi peluang besar dalam perkembangan teknologi tinggi di Indonesia.

Namun saat ini yang perlu dilakukan adalah menentukan metode yang tepat, aman, dan maksimal untuk eksplorasi logam tanah jarang di lumpur Lapindo Sidoarjo.

Baca juga: ITS Siap Adakan Kuliah Tatap Muka, Ini Prosedur yang Harus Ditaati

Metode ekstraksi logam tanah jarang di lumpur Lapindo

Menurut pakar kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair) Ganden Supriyanto, ada salah satu metode yang dapat digunakan untuk ekstraksi logam tanah jarang dari lumpur Lapindo Sidoarjo.

Ganden mengungkapkan, proses pemisahan logam tanah jarang di lumpur Lapindo Sidoarjo memerlukan metode tersendiri.

Hal tersebut dikarenakan lumpur lapindo disinyalir bukan hanya mengandung logam tanah jarang saja, namun terdapat unsur logam lain yang terkandung di dalamnya.

"Penelitian yang pernah saya lakukan yaitu saya membuat jebakan untuk memisahkan hanya unsur logam tanah jarangnya saja," kata Ganden seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (1/2/2022).

Baca juga: Terpopuler di Instagram, UGM Masuk 10 Besar Dunia Versi Emplifi

Gunakan senyawa ionik inprinting polimer

Dia menjelaskan, metode tersebut menggunakan senyawa ionik inprinting polimer, yaitu polimer yang digunakan untuk menyeleksi logam tertentu.

Salah satunya yaitu logam tanah jarang yang ditemukan di Lumpur Lapindo Sidoarjo.
Sehingga apabila lumpur Lapindo dilarutkan ke dalam air atau didekstruksi menggunakan polimer, maka hanya menyisahkan airnya saja.

Sehingga logam tanah jarang yang melewati media tersebut akan tertangkap. Logam tanah jarang yang tertangkap, lanjut Ganden, akan bersifat jenuh dan dapat diseleksi kembali untuk mendapatkan logam tanah jarang murni.

"Misalnya saya ambil contoh scandium, jadi scandiumnya nanti saya cetak di dalam polimer tersebut. Kemudian scandium yang tercetak saya keluarkan dan tinggal polimer kosong, polimer yang berisi rongga-rongga yang cocok disi dengan logam scandium itu," ungkap dia.

Baca juga: Ikut UTBK SBMPTN 2022? Intip 10 Prodi Unsoed dengan Peminat Terbanyak

Ekstraksi fase padat

Penggunaan metode yang dilakukan Ganden itu tidak tercampur logam lain yang terdapat di dalam logam tanah jarang. Metode tersebut dinamakan ekstraksi fase padat, karena menggunakan absorben dalam bentuk padat.

Ganden menekankan, apabila digunakan pada skala besar maka seluruh logam tanah jarang seperti scandium dan litium dapat tertampung secara keseluruhan di dalam metode tersebut.

"Kalau dihitung per kilogramnya harga scandium, harganya sangat tinggi. Karena pemanfaatanya sangat bermanfaat bagi kemajuan teknologi, sehingga tidak banyak negara yang melakukan ekspor logam tanah jarang ini," imbuh Ganden.

Bisa jadi rebutan banyak pihak

Nilai tinggi dalam scandium disebabkan konsentrasi dari logam tanah jarang tidak terlalu tinggi. Hanya beberapa daerah saja yang memiliki konsentrasi tanah jarang yang tinggi. Selain itu ekstraksi ataupun metode pemisahan logam tanah jarang terbilang tidak mudah.

Baca juga: Malindo Feedmill Buka 6 Posisi Lowongan Kerja bagi S1, Buruan Daftar

Sehingga apabila ada suatu daerah tertentu memiliki kandungan logam tanah jarang yang tinggi maka daerah tersebut akan menjadi rebutan berbagai pihak.

"Akan jadi rebutan banyak pihak, salah satunya munculnya logam tanah jarang di lumpur lapindo Sidoarjo ini," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com