Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cek 5 Karakteristik Omicron, Epidemiolog Unair Sarankan Hal Ini

Kompas.com - 02/01/2022, 16:40 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Virus Covid-19 varian Omicron kini menjadi perhatian banyak negara karena penularannya yang masif.

Di Indonesia, pertama kali kasus Omicron ditemukan muncul pada Kamis (16/12/2021). Sejak saat itu, jumlah kasus varian omicron di Indonesia terus bertambah setiap harinya.

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani, mengatakan terdapat empat karakteristik virus Covid-19 varian omicron yang membedakan dengan varian lainnya.

Daya tular lebih meningkat daripada Varian Delta

Laura mengungkapkan sejak varian omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, dalam kurun waktu satu minggu saja kasus Covid-19 disana mengalami peningkatan sebanyak dua hingga tiga kali lipat.

Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa varian omicron perlu diwaspadai karena daya tularnya lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta sebelumnya.

“Virus Covid-19 varian delta daya tularnya tujuh kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan virus yang pertama kali muncul di Wuhan, sedangkan omicron lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta. Jadi bisa dibayangkan bagaimana berbahayanya varian omicron ini,” ujar Laura dilansir dari laman Unair.

Baca juga: Dosen UB Ceritakan Pengalaman di Inggris Saat Varian Omicron Melanda

Tingkat keparahan lebih rendah

Laura juga mengungkapkan bahwa varian omicron memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan varian delta. Tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah ketika varian omicron memiliki daya tular yang lebih cepat dan tidak ada langkah antisipasi lebih awal sehingga banyak orang yang terinfeksi maka akan berisiko terjadi penularan yang lebih luas.

“Apabila tidak dibendung maka kasusnya akan semakin banyak dan mungkin bisa menyebabkan fasilitas kesehatan overload. Ketika fasilitas kesehatan penuh, maka penanganan pasien bisa terlambat sehingga keparahan penyakit pasien meningkat atau bahkan bisa menyebabkan kematian,” ucap Laura.

Deteksi Varian Omicron gunakan PCR-SGTF

Lebih lanjut, Laura menjelaskan bahwa sebelumnya jika ingin mengetahui seseorang tertular virus Covid-19 varian yang mana maka harus menggunakan tes dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS). Namun untuk saat ini, jika ingin mengetahui apakah seseorang terinfeksi virus Covid-19 varian omicron maka harus menggunakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan S Gene Target Failure (SGTF).

“Jadi memang pemerintah telah menyiapkan metode tes terbaru yakni menggunakan PCR-SGTF agar deteksi kasus Covid-19 varian omicron bisa dilaksanakan dengan cepat,” tuturnya.

Efektivitas vaksin Covid-19 menurun untuk melawan varian omicron

Ketika muncul varian baru dari virus Covid-19, terdapat kekhawatiran bahwa varian tersebut dapat melarikan diri dari antibodi yang telah terbentuk dari vaksin. Menurut penuturan Laura, maksud dari melarikan diri tersebut dapat diartikan bahwa antibodi yang ada di dalam tubuh tidak bisa mengenali virus Covid-19 yang masuk.

Kenyataannya, vaksin Covid-19 yang diberikan masih bisa melawan varian omicron. Namun, dari hasil investigasi ditemukan bahwa terdapat penurunan efektivitas vaksin Covid-19.

“Pada varian virus Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan, vaksin Covid-19 memiliki efektivitas hingga 95 persen namun untuk melawan varian omicron ini efektivitas vaksin Covid-19 menurun dan hanya sebesar 50 persen. Peneliti masih terus melakukan investigas terkait hal ini,” ungkap Laura. 

Baca juga: 8 Jurusan Kuliah Ini Masa Depannya Cerah, Ada Pilihanmu?

Tetap terapkan 3 M dan lakukan vaksinasi

Terakhir, Laura menghimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan 3 M dengan ketat. Menurutnya, salah satu upaya untuk melawan varian apapun dari virus Covid-19 yakni dengan menerapkan 3 M tersebut.

Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk melakukan vaksinasi karena hingga saat ini vaksin Covid-19 masih efektif untuk melawan virus Covid-19 yang masuk ke dalam tubuh. Kalau tidak divaksin, sambungnya, maka varian apapun bisa menyebabkan kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com