Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Hasil Riset Ilmuwan Berpengaruh Dunia dari Telkom University

Kompas.com - 13/12/2021, 12:36 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Telkom University mengukuhkan Prof. Suyanto menjadi guru besar bidang Kecerdasan Buatan. Pada sidang senat pengukuhan Guru Besar Prof. Suyanto menyampaikan orasi ilmiah bertajuk "Komodo Mlipir Algorithm".

Menurut Prof. Suyanto, Komodo Mlipir Algorithm (KMA) merupakan sebuah algoritma baru, yang merupakan hasil riset dirinya bersama dengan tim di Kelompok Keahlian Intelligence System, Fakultas Informatika.

Algoritma ini termasuk ke dalam kelompok metode optimasi metaheuristik, yang dikenal sebagai Swarm Intelligence (SI).

"Metode KMA ini telah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual pada tanggal 08 Maret 2021," kata Prof. Suyanto seperti dikutip dari laman Telkom University, Senin (13/12/2021).

Baca juga: LTMPT Tegaskan Peserta Lolos SNMPTN 2022, Tak Boleh Daftar UTBK SBMPTN

Ciptakan Komodo Mlipir Algorithm (KMA)

Prof. Suyanto menerangkan, berbagai algoritma optimasi metaheuristik yang ada saat ini umumnya hanya mampu menyelesaikan masalah berdimensi rendah (puluhan hingga ratusan).

Walaupun ada sejumlah algoritma yang sanggup menyelesaikan masalah berdimensi ribuan, biasanya memiliki kompleksitas komputasi yang tinggi sehingga memerlukan sumber daya komputer yang besar dan waktu yang lama.

"KMA ini dibangun untuk mengatasi kekurangan tersebut. KMA dirancang mampu memberikan jaminan yang tinggi dalam menemukan optimum global serta dapat diskalakan untuk ribuan (bahkan jutaan) dimensi (atau variabel)," ungkap Prof. Suyanto yang merupakan alumni Teknik Informatika 1993, Telkom University (dulu bernama STT Telkom).

Baca juga: SNMPTN 2022, LTMPT: Pengisian PDSS Harus Bisa Dipertanggungjawabkan

Metode KMA terinspirasi dari Komodo

Prof. Suyanto yang telah menjadi dosen tetap Telkom University sejak tahun 2000 ini merupakan dosen yang aktif melakukan pengajaran dan penelitian di bidang Artificial Intelligence, Machine Learning, Swarm Intelligence, dan Evolutionary Computation.

Dia mengungkapkan, metode KMA yang dikembangkan ini terinspirasi dari perilaku Komodo yang merupakan hewan langka asli provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Sedangkan gerakan Mlipir merupakan istilah dalam Bahasa Jawa, yang dapat diartikan berjalan di pinggir untuk menghindari bahaya sehingga selamat mencapai tujuan.

"Secara empiris, KMA terbukti scalable, stable, dan low computation pada sebagian besar fungsi acuan," beber Prof. Suyanto.

Rencana pengembangan selanjutnya, KMA akan diuji secara lebih komprehensif menggunakan benchmark functions yang lebih kompleks dan permasalahan riil di dunia nyata.

Baca juga: Pejuang SNMPTN 2022 Wajib Tahu 12 Tahapan Pendaftaran dari LTMPT

KMA berpotensi diterapkan di berbagai bidang

Selain itu ada 2 poin penting lagi yang perlu diperhatikan antara lain, sebagai algoritma SI baru yang berkinerja tinggi. KMA berpotensi besar untuk diterapkan pada berbagai bidang karena semua permasalahan komputasi di dunia nyata adalah optimasi.

Selain itu, KMA memiliki potensi besar dalam mendukung pengembangan AutoML dan XAI untuk mewujudkan teknologi 4G AI, yang ditandai dengan adanya teknologi AXAI yang akurat, cepat, dan murah.

Poin konklusi selanjutnya menurut Prof. Suyanto adalah semua bidang ilmu adalah saling berkaitan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com