Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Perempuan Tangguh Jadi Abdi Guru Selama 35 Tahun

Kompas.com - 05/11/2021, 07:20 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Perempuan dengan penuh senyuman itu bernama Rahmawati. Dia sudah menjadi guru selama 35 tahun.

Rahmawati merupakan wanita kelahiran tanah Batak, tepatnya di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.

Baca juga: Perjuangan Guru Jalani PJJ Sepanjang 1,5 Tahun

Tak lama lagi, dia akan pensiun menjadi guru.

Sepanjang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, dia sudah banyak memakan asam, pahit dan manisnya menjadi guru.

"Jadi 35 tahun, sudah saya makan semua pengalaman jadi guru. Meski banyak suka dan duka, tapi saya menikmatinya dengan baik. Satu tahun lagi, saya pensiun menjadi guru," ungkap Rahmawati saat Kompas.com mengunjungi kediamannya di bilangan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan belum lama ini.

Dia menceritakan, sebelum diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), dirinya hanya guru honorer di salah satu SMA Negeri di Tanjung Morawa, Sumatera Utara.

"Itu saya menjadi guru di Tanjung Morawa di tahun 1986. Jadi setelah lulus kuliah di tahun 1985, saya kerja jadi guru di sana," ungkap dia.

Selain menjadi guru, dia sempat bekerja di Asuransi Bumiputera.

Tak hanya itu, dia sempat kursus menjahit, agar mendapat uang sampingan pada saat itu.

"Itu semuanya saya tekuni, sebelum saya diangkat jadi PNS. Kursus saya jalani, jadi guru honorer saya jalani, kerja di asuransi saya jalani juga," tegas Ibu yang mempunyai anak empat ini.

Baca juga: Istri Nadiem Makarim: Jenjang PAUD Segera Buka PTM Terbatas

Pengangkatan menjadi PNS

Di tahun 1986, saat dirinya menjadi guru di Tanjung Morawa, ada kabar gembira yang membuat hatinya senang.

Itu kenapa? Karena, dia diangkat menjadi PNS oleh pemerintah.

Status PNS yang diembannya menjadi guru, seperti yang terjadi sampai saat ini.

"Persaingannya sangat ketat menjadi PNS. Meski status PNS, saya masih menjadi guru di SMA Negeri di Tanjung Morawa hingga tahun 1990," ujar wanita kelahiran Juli 1962 ini.

Selama empat tahun menjadi guru di Tanjung Morawa, dia mengajar ilmu Geografi dan Ekonomi. Pernah juga menjadi petugas di perpustakaan.

Setelah tahun 1990, dia pindah ke Jakarta, tepatnya di bulan Januari.

Sesampainya di Jakarta, dia mendapat amanah untuk menjadi guru di SMP Teladan, Jakarta Selatan.

Tak disangka, dia menjadi guru SMP Teladan sampai saat ini.

Meski dulu sempat mau dipindahkan ke SMAN Negeri 38, Jakarta.

Baca juga: PTM Mudahkan Siswa Saat Pembelajaran

"Tapi saat mau dipindahkan ke SMA Negeri 38, saya tidak mengurus berkas-berkas yang disuruh," tutur dia dengan lantang.

Guru SMP Teladan, Rahmawati saat mengisi absensi secara online.DOK. KOMPAS.com/DIAN IHSAN Guru SMP Teladan, Rahmawati saat mengisi absensi secara online.

Ikut suami pergi ke luar Jakarta

Selama 10 tahun di SMP Teladan, akhirnya dia pindah ke Medan, Sumatera Utara.

Alasan pindah, karena ikut almarhum suaminya pindah tugas ke Medan.

Waktu itu, suaminya dinas menjadi PNS di Kementerian Kehakiman.

"Tepatnya di tahun 2000, saya pindah lagi ke Medan, bareng suami dan anak-anak," sebutnya.

Tidak lama di Medan, dia akhirnya balik lagi ke Jakarta. Pasalnya, selama dia bekerja di SMA Negeri 11 Medan tidak digaji sama sekali.

Baca juga: 14 Perguruan Tinggi Sudah Berstatus PTN-BH, Ini Daftarnya

"Jadi Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Sumatera Utara pada waktu itu sudah keluar, saya bisa kerja di SMA Negeri 11 Medan, tapi tidak digaji. Itu karena banyak guru pindahan dari Aceh, makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Tepatnya di pertengahan tahun 2002," terang dia.

Saat pindah lagi ke Jakarta, dia merasa berat. Karena meninggalkan anak-anak yang masih kecil.

"Tapi itulah pengorbanan, harus dilakukan demi anak-anak dan suami tercinta. Saat itu, anak-anak masih sekolah, jadi suami dan anak-anak masih di Medan, saya duluan ke Jakarta," ucapnya.

Jadi guru merupakan panggilan hati

Pindah ke Jakarta, dia tetap bertugas di SMP Teladan. Sebab, dia sudah lelah mengurus SK mengajarnya.

"Dulu pas pindah ke Medan saja ngurus berkasnya lama sekali, sampai turun SK Gubernur di Medan. Jadi males lagi untuk pindah sekolah di Jakarta," ujarnya kembali.

Dia mengaku, menjadi guru merupakan panggilan hati. Meski sudah bolak-balik mengurus SK mengajar, baik di Jakarta maupun Medan.

Baca juga: 34 Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Versi QS AUR 2022

"Jadi guru panggilan hati ya, dituntut menjadi orang sabar, punya peduli sama orang. Bonusnya itu menjadi guru, kita dapat dunia dan akhirat, karena ilmu yang kita bagikan ke siswa-siswa akan mereka selalu gunakan dalam kehidupannya sehari-hari," tegasnya.

Selama di SMP Teladan, dia pernah mengajar beberapa mata pelajaran, menjadi wali kelas, wakil bidang kurikulum sekolah, dan lainnya.

Guru SMP Teladan, Rahmawati saat melakukan kunjungan kerja.DOK. KOMPAS.com/DIAN IHSAN Guru SMP Teladan, Rahmawati saat melakukan kunjungan kerja.

Jadi tulang punggung keluarga

Saat suami meninggal di tahun 2013, beban berat kehidupannya makin bertambah. Sebab, dia dituntut menjadi tulang punggung keluarga.

Baca juga: Kisah Guru TK Mengabdi Puluhan Tahun untuk Ladang di Akhirat

 

Namun, dia tetap semangat dan tidak pantang menyerah, karena dibantu keempat anaknya.

"Itu saya lakukan, agar anak-anak saya tetap bisa menimba ilmu pendidikan hingga kuliah. Alhamdulillah satu per satu beban untuk menyekolahkan mereka berkurang, semoga mereka menjadi anak-anak yang hebat," tutur dia dengan kesedihan.

Dia berpesan, guru terbaik adalah orangtua. Jangan sampai membuat mereka sedih. Jadi sayangilah mereka, khususnya ibu, karena surga ada di telapak kaki ibu.

Wanita yang hebat dan tanggung jawab

Ibu Nur, salah satu teman mengajar Ibu Rahmawati di SMP Teladan menceritakan, betapa hebatnya beliau.

Selain menjadi guru, dia menjadi orangtua dan tulang punggung bagi keluarga kecilnya.

"Banyak kawan-kawan di sini kagum kepadanya, karena jadi guru dan tulang punggung bagi keluarga itu tidak mudah. Dia luar biasa," jelas Nur.

Selama jadi guru, sudah banyak anak muridnya yang sukses, seperti menjadi polisi dan lainnya.

Baca juga: Orangtua Harus Beri Restu Anak Jalani PTM Terbatas

"Karena keteguhan dan tanggung jawab yang dia pegang, banyak anak muridnya yang jadi. Dia tegas dan hebat. Itu yang kami rasakan saat menjadi partner kerja maupun teman," tukas Nur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com