Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Media Unair: Konten Kisah Kemiskinan Langgar Etika

Kompas.com - 25/10/2021, 13:02 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Konten kisah kemiskinan seringkali disuguhkan untuk masyarakat luas.

Konten dengan tema ini rupanya sukses menuai views dan simpati publik, buktinya konten dengan tema kemiskinan sering menjadi trending di YouTube, dan memancing konten kreator lain untuk membuat konten serupa.

Baca juga: Guru Besar Unair: Orang Hidup Miskin Bukan karena Malas Kerja

Diproduksi secara terus menerus, konten itu dapat membuat jurang antara si miskin dan si kaya semakin lebar, akibat alienasi terhadap orang di bawah garis kemiskinan.

"Untuk itu konten kreator harus kreatif, tidak mengeksploitasi kemiskinan orang lain. Orang miskin dikomodifikasi sudah tidak kreatif menurut saya," ucap Pakar Kajian Studi Media Unair, Prof. Rachmah Ida, melansir laman Unair, Senin (25/10/2021).

Menurut Ida, konten yang dimaksud merupakan bentuk dari poverty porn.

Fokusnya adalah menunjukan penderitaan kemiskinan.

Tajuk ini sudah muncul sejak tahun 80-an, utamanya digunakan oleh lembaga penggalangan donasi dengan tujuan menggugah masyarakat untuk menyumbangkan uangnya.

"Meskipun tujuannya untuk menggalang dana, tapi tidak harus dengan menunjukan penderitaan orang miskin. Poverty porn bisa disebut melanggar etika, dan dalam kajian media dikategorikan dalam konteks eksploitasi," ucap Guru Besar Media pertama di Indonesia ini.

Baca juga: Ini Cara Bersihkan Telinga dengan Benar ala Dosen Unair

Kemiskinan yang menimbulkan rasa iba, kerap menyentuh kebanyakan masyarakat Indonesia untuk terus menyukai konten ini.

"Rasa iba jadi trigger dalam konten poverty porn, sehingga audiens memiliki kedekatan dan merasakan posisi orang tersebut,” jelas dia.

Dosen Ilmu Komunikasi Unair ini menjelaskan, masyarakat kemungkinan lebih memilih menonton tayangan yang relate dengan mereka, daripada tayangan berupa pertengkaran dan tayangan politik yang tak kunjung usai.

Selain itu, Indonesia dulu pernah menayangkan tontonan serupa sehingga konten poverty porn bukan merupakan hal baru di era digital ini.

Dia pun menyatakan kegemaran masyarakat Indonesia membahas konten yang dinikmati, menjadi salah satu faktor dalam menyebarkan konten yang ditonton.

"Di Indonesia, kita suka setelah nonton cerita ke tetangga, sehingga tayangan yang kita tonton kemudian menjadi source of talk atau sumber pembicaraan," tegas dia.

Ida mennegaskan, konten yang kreatif seharusnya menciptakan empowerment dan dapat menunjukan dampaknya dalam keberlangsungan hidup.

Baca juga: 6 Bidang Ilmu Unair Masuk Pemeringkatan THE WUR by Subject 2022

"Harus memiliki sense of crisis, simpati, dan empati. Bagi penikmat media, konten ini juga seharusnya tidak dijadikan orientasi, tapi sebagai pembelajaran, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com